Rabu, 16 Oktober 2013

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATERI PERKALIAN PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA MELALUI VARIASI METODE KUMON MODEL KONSTRUKTIVISME (Penelitian Tindakan di Kelas VI SD Negeri 4 Kertaharja, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis Tahun Pelajaran 2011/2012)


A.    Judul

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATERI PERKALIAN PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA MELALUI VARIASI METODE KUMON MODEL KONSTRUKTIVISME                                                                  (Penelitian Tindakan di Kelas VI SD Negeri 4 Kertaharja, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis Tahun Pelajaran 2011/2012)
B.     Nama Penulis
Mamat Rohimat, S.Pd. SD
C.    Abstrak dan Kata Kunci
Abstrak
Kata Kunci: Hasil Belajar, Materi Perkalian, Metode Kumon
D.    Pendahuluan
  1. Latar Belakang Masalah
Keberhasilan pembelajaran matematika pada jenjang pendidikan dasar, khususnya di Sekolah Dasar akan menjadi faktor penentu keberhasilan pembelajaran matematika pada jenjang pendidikan berikutnya (SMP dan SMA). Hal ini dapat dimaklumi, tentunya dengan berbagai alasan yang normatif, terutama karena pada jenjang pendidikan dasar ini siswa dibekali dengan berbagai kemampuan dasar matematika, seperti yang telah ditetapkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Sekolah Dasar khususnya untuk Mata Pelajaran Matematika di masing-masing kelas. Tanpa memiliki kemampuan yang sangat mendasar ini, tidak mungkin mampu menguasai kemampuan selanjutnya. Itu sebabnya, demi keberhasilan pembelajaran matematika pada jenjang pendidikan dasar  patut diupayakan melalui berbagai cara yang tepat, tentunya oleh guru (Asher, 2008:13).   
Tujuan pembelajaran matematika di kelas VI Sekolah Dasar, adalah, “Untuk melatih siswa berpikir sistematis (teratur), logis (masuk akal), kritis (banyak bertanya, tidak lekas percaya), kreatif (berdaya cipta), dan konsisten (taat aturan). Hal ini dilakukan, antara lain melalui pelatihan penambahan, pengurangan, pembagian, dan perkalian bilangan” (Fajariyah dan Triratnawati, 2008:6).         
Sementara itu berkaitan dengan kegiatan pembelajaran adalah hasil belajar, hasil belajar itu dapat dipahami sebagai kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia melaksanakan pengalaman belajarnya. Adapun factor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar tersebut dapat dibagi menjadi dua  bagian besar yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor biologis dan faktor fsikologis. Sementara faktor eksternal yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat.
 Faktor-faktor di atas akan menjadi patokan guna mengukur tingkat keberhasilan siswa setelah mengikuti pembelajaran matematika dengan materi ajar tertentu, termasuk di dalamnya adalah perkalian. Khusus untuk mengetahui hasil belajar mata pelajaran matematika maka hasil belajar tersebut adalah Hasil belajar siswa terhadap materi ajar perkalian, dinilai sangat penting, karena perkalian mendasari beberapa konsep matematika lain. Hal ini sebagaimana ditegaskan Sumarno dan Sukahar (dalam Khotimah dkk., 2010:85), bahwa ‘Perkalian adalah penjumlahan berulang. Perkalian mendasari beberapa konsep matematika lain. Perkalian dibutuhkan untuk memecahkan persoalan berhitung dalam kehidupan sehari-hari’.
Untuk mengetahui sudah sampai sejauh mana tingkat hasil belajar perkalian pada siswa kelas VI SD Negeri 4 Kertaharja, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis, maka dilakukan evaluasi. Untuk kemudian data evaluasi masing-masing siswa dinilai dengan menggunakan ketentuan yang berlaku, yaitu Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk setiap kompetensi dasar mata pelajaran matematika yang berlaku di sekolah. Hasilnya menunjukkan tujuh puluh lima persen (75%) siswa tingkat hasil belajarnya terhadap materi ajar perkalian masih kurang. Rata-rata nilai yang diperoleh mereka masih kurang dari nilai 6 (hasil evaluasi guru kelas VI SD Negeri 4 Kertaharja).  
Bertolak dari kenyataan di atas, penulis merasa perlu meneliti permasalahan yang muncul agar siswa mampu menggunakan dasar perkalian, seperti: Pembagian, Kelipatan Persekutuan Terkecil, Faktor Persekutuan Terbesar, Penyederhanaan Pemecahan, Konversi Pemecahan, Soal Cerita Perkalian, dan lain-lain.
Timbulnya masalah yang tidak diharapkan itu sebagai akibat keterbatasan kemampuan mereka untuk dididik dalam memahami pelajaran. Akibat lain, sangat mungkin hal ini dikarenakan guru kurang mampu mengelola pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi mereka. Sehingga, wajarlah apabila kemudian mereka berlaku asal belajar dan akhirnya kurang menguasai materi ajar.
Untuk mengatasi masalah di atas solusi yang diupayakan oleh penulis adalah mengelola pembelajaran perkalian berdasarkan langkah-langkah metode KUMON. Dasar pertimbangan solusi ini ditempuh, antara lain:
1.      Terinsprirasi oleh temuan hasil penelitian Jaiyaroh (2006:87) yang menyimpulkan bahwa pembelajaran perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme membuat siswa Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Melalui pembelajaran berorientasi PAKEM ini kinerja siswa dan guru lebih meningkat, proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan berkualitas, siswa lebih kreatif, hasil belajar perkalian lebih optimal, dan hasil belajar matematika lebih memuaskan.
2.      Tingkat hasil belajar siswa dapat dikembangkan secara bertahap (step by step), memupuk tanggung jawab pribadi, meningkatkan kemandirian, menanamkan dasar perkalian yang kuat sesuai prinsip metode KUMON model konstruktivisme yang dikembangkan oleh Toru KUMON dari Jepang. Keistimewaan metode KUMON model konstruktivisme adalah bimbingan perseorangan sesuai kemampuan masing- masing siswa, bahan pelajaran disusun secara efektif, sistematis, dan step by step. Siswa dilatih memahami dan mengerjakan soal dengan kemampuannya sendiri untuk membentuk kemandirian.
3.      Metode KUMON model konstruktivisme belum pernah digunakan oleh guru kelas VI SD Negeri 4 Kertaharja, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis, baik dalam pembelajaran perkalian maupun yang lain.
Besar harapan setelah mengikuti pembelajaran perkalian dengan menggunakan metode KUMON model konstruktivisme hasil belajar siswa mengalami peningkatan. 
Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa terdorong untuk mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul “UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATERI PERKALIAN PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA MELALUI VARIASI METODE KUMON MODEL KONSTRUKTIVISME (Penelitian Tindakan di Kelas VI SD Negeri 4 Kertaharja, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis)”.

b.      Perumusan Masalah    
Bertolak dari batasan masalah di atas, pokok masalah dalam penelitian tindakan kelas ini dapat dirumuskan secara lebih spesifik menjadi sebagai berikut.
1.      MBagaimanakah perencanaan pembelajaran mata pelajaran matematika pada pokok bahasan perkalian berdasarkan variasi metode KUMON model konstruktivisme model konstruktivisme yang diupayakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri 4 Kertaharja?
2.      Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran matematika pokok bahasan perkalian berdasarkan variasi metode KUMON model konstruktivisme model konstruktivisme untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri 4 Kertaharja?
3.      Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri 4 Kertaharja dalam mata pelajaran matematika pada pokok bahasan perkalian setelah menggunakan metode KUMON model konstruktivisme model konstruktivisme?

c.       Tujuan Penelitian
         Bertolak dari pokok masalah yang telah dirumuskan lebih dulu, tujuan penelitian ini dapat ditentukan sebagai berikut.
1.      Untuk meningkatkan kemampuan guru menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) mata pelajaran matematika pada pokok bahasan perkalian berdasarkan variasi metode KUMON model konstruktivisme model konstruktivisme untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri 4 Kertaharja.
2.      Untuk meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran mata pelajaran matematika pokok bahasan perkalian berdasarkan variasi metode KUMON model konstruktivisme model konstruktivisme yang diupayakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri 4 Kertaharja.
3.      Untuk mengetahui hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri 4 Kertaharja dalam mata pelajaran matematika pada pokok bahasan perkalian setelah diupayakan melalui variasi metode KUMON model konstruktivisme model konstruktivisme.

E.     Kajian Pustaka
a.      Metode Kumon
         Metode KUMON model konstruktivisme adalah metode pembelajaran yang ditemukan oleh Toru KUMON dari jepang. Dengan prinsip pembelajaran perseorangan sesuai kemampuan masing-masing siswa dan disusun secara sistematis step by step.
         Sistem belajar KUMON berbeda dengan sistem belajar yang ada di kursus lain yang memberikan pelajaran secara sama rata. Dari website KUMON, diketahui bahwa system belajar KUMON adalah “sistem belajar perseorangan yang mengembangkan kemampuan setiap individu anak” (www.kumon.co.id)
          Pada mulanya KUMON diperuntukan dalam pelajaran matematika untuk membantu anak mengembangkan potensi yang dimilikinya. Namun, KUMON juga dikembangkan untuk pembelajaran bahasa inggris dan tersebar di 44 negara, termasuk Indonesia.
          Bahan pelajaran matematika KUMON bertujuan untuk membantu kemampuan dasar agar anak dapat mempelajari matematika tingkat SMA dengan kemampuannya sendiri.
           Bahan pelajaran matematika KUMON terdiri dari 23 level. Bahannya dimulai dari yang paling sederhana, seperti: pengenalan bilangan, hingga limit fungsi, integral, diferensial, dan statistik setara pelajaran tingkat SD. Rangkaian soal KUMON tersusun secara sistematis dan small steps untuk memudahkan anak belajar. Tahapan penguasaan materi pelajaran dibuat detail setapak demi setapak. Tujuannya agar anak memiliki kemampuan yang baik untuk maju ke pelajaran berikutnya. Pada akhirnya, siswa tidak kesulitan dengan pelajaran matematika. Di lembar kerja diberikan petunjuk dan contoh soal sehingga anak dapat mengerjakan soal dengan kemampuannya sendiri. KUMON dapat diikuti oleh anak prasekolah siswa SD, siswa SMP, dan siswa SMA dengan segala tingkat kemampuannya.
          Keberhasilan belajar KUMON ditentukan oleh penguasaan siswa per lembar kerja dan target waktu pencapaian yang disepakati bersama, di kursus KUMON kecekatan siwa dan pembimbing, pemberi pujian, dan pemberian feed back, sangat mempengaruhi hasil belajar siswa.
         Sebelum memulai pelajaran di KUMON, mula-mula anak perlu mengikuti tes penempatan untuk mengetahui level awal yang tepat. Setelah itu, anak belajar kursus setiap 2 kali seminggu. Pada hari kursus, siswa bebas datang jam berapa saja diantara jam buka kursus yang telah ditentukan. Di KUMON, masing-masing anak mendapatkan program belajar secara individual sesuai dengan kemampuan masing-masing dan mengerjakan secara mandiri. Setelah selesai, lembar kerja diserahkan ke pembimbing untuk diperiksa dan diberi nilai. Jika ada yang salah, siswa disuruh membetulkan sendiri agar anak benar-benar menguasai apa yang dipelajari dan tidak mengulang kesalahan yang sama. Selanjutnya, siswa akan menerima lembar kerja PR untuk dikerjakan di rumah hingga hari kursus berikutnya. Sebelum pulang, siswa mengikuti latihan secara lisan bersama pembimbing.
        Keistimewaan KUMON dibanding kursus lain adalah sebagai berikut.
1.      Pelajaran disesuaikan dengan kemampuan masing-masing anak.
2.      Mulai pelajaran dari hal mudah
3.      Membentuk kemandirian belajar.
Karena keistimewaan KUMON tersebut, penulis berpendapat metode ini tepat untuk siswa tingkat MI atau yang sederajat. Sebab, kemampuan dasar perkalian masing-masing siswa tidak sama. Kecepatan belajar mereka juga berbeda. Prinsip belajar step by step sangat cocok bagi mereka, demikian juga pembentukan kemandirian belajar.
          Untuk melatih keterampilan sosial sehingga siswa tidak tumbuh menjadi egois dan individualis, serta untuk menyiasati hambatan belajar siswa akibat keterbatasannya, sengaja diupayakan adanya variasi dalam menerapkan strategi KUMON. Variasi yang dimaksud yaitu dengan menggunakan model konstruktivis elaborasi. Uraian lebih jauh mengenai variasi KUMON berdasarkan model konstruktivisme elaborasi diuraikan secara khusus,yaitu:
1.      Pusat kegiatan belajar mengajar adalah peserta didik yang aktif.
2.      Pembelajaran dimulai dari yang sudah diketahui dan dipahami peserta didik.
3.      Bangkitkan motivasi belajar peserta didik dengan membuat materi pelajaran sebagai hal yang menarik dan berguna bagi kehidupannya.
4.      Guru harus segera mengenali materi pelajaran dan metode pembelajaran yang membuat peserta didik bosan. Ini harus segera ditanggulangi.
5.      Siswa harus selalu aktif selama pembelajaran.      
6.      Proses aktif ini tidak terjadi melalui transmisi, tapi melalui interpretasi.
7.      Interpretasi selalu dipengaruhi oleh pengetahuan sebelumnya.
8.      Interpretasi dibangun oleh metode instruksi yang memungkinkan negosiasi pemikiran (bertukar pikiran), melalui diskusi, tanya jawab, dan sebagainya.
9.      Tanya jawab didorong oleh kegiatan inkuiri (ingin tahu) para siswa. Jadi kalau  siswa tidak bertanya/tidak bicara berarti dia tidak belajar secara optimal.
10.  Kegiatan belajar mengajar tidak hanya merupakan suatu proses pengalihan pengetahuan, tapi juga pengalihan keterampilan dan kemampuan.

          Ada beberapa langkah konkret yang harus diupayakan guru dalam mengelola proses belajar siswa bila menggunakan model pembelajaran konstruktivisme. Beberapa langkah dimaksud dijelaskan Mulyasa (2003:243) dalam rangkaian tahapan berikut. Pertama, tahap pemanasan-apersepsi selama lebih kurang 5 s.d. 10 menit, dengan langkah-langkah berikut: (1) pelajaran dimulai dengan hal-hal yang diketahui dan dipahami peserta didik; (2) motivasi peserta didik dengan bahan ajar yang menarik dan berguna baginya; (3) peserta didik didorong agar tertraik untuk mengetahui hal-hal yang baru. Kedua, tahapan eksplorasi selama lebih kurang 25 s.d. 30 menit, dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) materi/keterampilan baru diperkenalkan; (2) libatkan siswa secara aktif dalam problem solving; (3) letakkan penekanan pada kaitan struktural, yaitu kaitan antara materi ajar yang baru dengan berbagai aspek kehidupan di dalam lingkungan; dan (4) cari metodologi yang paling tepat sehingga materi ajar dapat terproses menjadi bagian dari pengetahuan peserta didik. Ketiga, tahapan konsolidasi pembelajaran, dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) melibatkan peserta didik secara aktif dalam menafsirkan dan memahami materi ajaran baru; (2) libatkan siswa secara aktif dalam problem solving; (3) letakkan penekanan pada kaitan struktural, yaitu kaitan antara materi ajar yang baru dengan berbagai aspek kegiatan/kehidupan di dalam lingkungan; dan (4) cari metodologi yang paling tepat sehingga materi ajar dapat terproses menjadi bagian dari pengetahuan peserta didik.  Keempat, tahapan pembentukan sikap dan perilaku selama lebih kurang 10 menit, dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) peserta didik didorong untuk menerapkan konsep/pengertian yang dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari; (2) peserta didik membangun sikap dan perilaku baru dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan pengertian yang dipelajari; dan (3) cari metodologi yang paling tepat agar terjadi perubahan pada sikap dan perilaku peserta didik. Kelima, tahap penilaian formatif selama lebih kurang 10 menit, dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) kembangkan cara-cara untuk menilai hasil pembelajaran peserta didik; (2) gunakan hasil penilaian tersebut untuk melihat kelemahan atau kekurangan peserta didik dan masalah-masalah yang dihadapi guru; dan  (3) cari metodologi yang paling tepat yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Keunggulan-keunggulan metode KUMON model konstruktivisme berbeda dengan metode lain, dan ini belum tentu dimiliki dalam beberapa metode tersebut. Menurut Mulyasa dan beberapa ahli lainnya, seperti telah dijelaskan di atas, diperoleh gambaran keunggulan metode KUMON model konstruktivisme, di antaranya:
1.      Materi ajar dipelajari siswa secara bertahap.
2.      Pengelolaan materi ajar didasarkan pada tingkat kebutuhan siswa untuk mencapai tujuan. 
3.      Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk membimbing dan mengarahkan siswa ke arah pembelajaran yang diharapkan.
4.      Pemberian tugas akan meningkatkan kematangan berpikir siswa terhadap materi ajar yang dipelajari.
5.      Mudah bagi guru untuk mengarahkan dan membimbing siswa pada tingkat proses pembelajaran yang berdinamika sebagai dampak adanya model konstruktivisme yang diterapkan.
6.      Pembelajaran tidak akan terkesan membosankan karena aktivitas pembelajaran berorientasi PAIKEM (pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan).
Selain ada sisi keunggulannya, metode KUMON model konstruktivisme pun tidak lepas dari beberapa kelemahan, di antaranya:
1.      Perbedaan kemampuan awal peserta didik susah diprediksi upaya untuk mengatasinya, dan biasanya ini bisa di atasi setelah berlangsungnya kegiatan pembelajaran inti.
2.      Membutuhkan situasi yang benar-benar kondusif dan media pembelajaran yang tidak seadanya, harus bermutu, dan valid untuk materi yang dipelajari.
3.      Butuh waktu untuk mempejalari kesesuaian suatu model KUMON yang benar-benar efektif untuk mengatasi permasalahan siswa yang sejalan dengan materi ajar dan tujuan yang diinginkan tercapai setelah pembelajaran berlangsung.
b.      Hipotesis Tindakan
Bertolak dari pokok masalah penelitian tindakan kelas ini dan kerangka teoretik di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut “Variasi metode KUMON model konstruktivisme dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas III SD Negari 3 Cibenda dalam Pembelajaran Mata Pelajaran Matematika pada Pokok Bahasan Perkalian”.

F.     Metodologi Penelitian
a.      Rencana Penelitian
1.      Setting  Penelitian
Setting dalam penelitian ini meliputi : tempat penelitian, waktu penelitian, dan siklus PTK sebagai berikut.
a)      Tempat Penelitian
          Penelitian tindakan kelas tentang upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada materi ajar perkalian melalui variasi metode KUMON model konstruktivisme  ini dilaksanakan kelas VI SD Negeri 4 Kertaharja, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis.
b)     Waktu Penelitian
           Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini berlangsung pada bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2011, tahun pelajaran 2011/2012. Penetapan waktu tersebut mengacu pada kalender akademik sekolah.

c)      Siklus PTK
          Penelitian tindakan kelas ini direncanakan dalam tiga siklus yang diupayakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dalam materi ajar perkalian. Namun, apabila selama dalam tiga siklus tersebut masih terdapat siswa yang belum mengalami peningkatan hasil belajar yang diharapkan, ada kemungkinan berlanjut pada siklus berikutnya hingga seluruh siswa dinyatakan menguasai materi ajar perkalian.
     2. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah guru dan siswa kelas VI SD Negeri 4 Kertaharja, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis, yang memasuki semester II tahun pelajaran 2011/2012. Jumlah siswa tersebut ada 35 orang, yang terdiri atas 27 orang siswa berjenis kelamin laki-laki dan 8 orang siswa berjenis kelamin perempuan.
b.      Rencana Tindakan
Secara sederhana, tahapan-tahapan dalam setiap siklus PTK seperti telah dijelaskan di atas, divisualisasikan Kemmis dan Taggart (dalam Hermawan, 2009:8) sebagai berikut.
          




c.  Teknik Pengumpulan Data
    Pengumpulan data dalam setiap siklus PTK ini menggunakan beberapa teknik berikut.
1.      Teknik observasi diupayakan untuk mengumpulkan data aktivitas guru dan siswa selama berinteraksi dalam KBM pada masing-masing siklus PTK. Kegiatan yang dilakukan pengamat selama proses pengumpulan data melalui teknik ini antara lain merekam dan mencatat semua peristiwa yang sedang berlangsung dari awal hingga akhir masing-masing siklus PTK.
2.      Teknik wawancara diupayakan untuk memperoleh data tanggapan secara lisan dari guru dan siswa sehubungan dengan beberapa pertanyaan yang diajukan terkait dengan situasi KBM yang telah berlangsung pada masing-masing siklus PTK.
3.      Teknik tes diupayakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam memenuhi setiap  tuntutan pembelajaran pada masing-masing siklus PTK.   
  1. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Data yang dikumpulkan melalui beberapa teknik dan instrumen pengumpulan data pada setiap pelaksanaan siklus PTK dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan teknik persentase untuk melihat kecenderungan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran.
1.      Hasil belajar yang diperoleh siswa dalam pembelajaran pada masing-masing siklus PTK, dianalisis  dengan cara menganalisis nilai rata-rata hasil evaluasi. Kemudian hasilnya dikategorikan dalam klasifikasi tinggi, sedang, dan rendah.
2.      Aktivitas siswa dalam pembelajaran untuk masing-masing siklus PTK dianalisis dengan cara menganalisis tingkat keaktifan siswa dalam memenuhi tuntutan pembelajaran. Kemudian hasilnya dikategorikan dalam klasifikasi tinggi, sedang, dan rendah.
3.      Kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran untuk masing-masing siklus PTK dianalisis dengan cara menganalisis tingkat kemampuan guru dalam memenuhi setiap tuntutan proses pembelajaran. Kemudian hasilnya dikategorikan dalam klasifikasi tinggi, sedang, dan rendah. Kemampuan dimaksud, baik dalam perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, maupun tindak lanjut hasil pembelajaran untuk masing-masing siklus PTK.
            Kerangka pengolahan dan analisis data tersebut di atas akan diberlakukan pada setiap siklus tindakan sampai peningkatan hasil belajar siswa tercapai dan kinerja guru pun meningkat. 
       
G.    Hasil Penelitian dan Pembahasan
a.      Deskripsi Siklus 1
        Penelitian tindakan kelas siklus 1 menempuh empat tahapan berikut: (1) perencanaan tindakan (planning); (2) pelaksanaan tindakan (acting); (3) pengamatan (observing); dan (4) refleksi (reflecting). Data masing-masing tahapan tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut.
1. Perencanaan Tindakan (Planning)
          Pada tahap perencanaan tindakan siklus 1, tim peneliti menempuh serangkaian kegiatan yang diupayakan agar berkontribusi pada kelancaran pelaksanaan tindakan siklus 1. Setiap kegiatan yang direncanakan tidak lepas dari masalah yang ingin diselesaikan dan solusi untuk mengatasinya. Adapun kegiatan dimaksud, sebagai berikut.
1)      Tim peneliti menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran pokok bahasan perkalian berdasarkan langkah-langkah variasi metode KUMON model konstruktivisme. Setiap komponen yang direncanakan dituangkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran tertulis untuk dijadikan sebagai pedoman bagi guru dan siswa pada saat pelaksanaan tindakan siklus 1 berlangsung. Beberapa komponen yang dirumuskan itu, antara lain: (1) standar kompetensi; (2) kompetensi dasar; (3) indikator hasil belajar; (4) tujuan pembelajaran; (5) materi pokok; (6) kegiatan belajar mengajar; (7) alat dan sumber belajar; dan (8) penilaian.
2)      Membuat instrumen, antara lain: (1) Lembar Kerja Siswa; (2) Lembar Observasi; dan (3) Lembar Tes Siklus 1.
2. Pelaksanaan Tindakan (Acting)
          Pada tahap pelaksanaan tindakan (acting) siklus 1, guru dan siswa melaksanakan kegiatan belajar mengajar pokok bahasan perkalian berdasarkan langkah-langkah variasi metode KUMON model konstruktivisme, sesuai dengan rencana tindakan siklus 1. Adapun langkah-langkah pelaksanaannya sebagai berikut.
1)      Penyajian epitome, guru menerangkan kerangka isi materi ajar dan menjelaskan langkah-langkah belajar yang harus ditempuh oleh siswa dalam rangka mencapai tujuan.
2)      Elaborasi 1, guru menjelaskan materi ajara perkalian.
3)      Sintesis 1, guru membimbing siswa memahami materi ajar, terutama siswa yang nilai hasil belajarnya dengan kategori sedang.
4)      Pengumpulan hasil unjuk kerja siswa oleh guru untuk selanjutnya dinilai sebagai data nilai pemahaman siswa terhadap materi ajar.
5)      Elaborasi 2, guru menjelaskan tentang pokok bahasan perkalian.
6)      Konsolidasi, guru menanyakan permasalahan/kesulitan siswa dalam memahami materi ajar, terutama kepada siswa yang nilai hasil unjuk kerjanya dinilai dengan kategori sedang pada pembelajaran sebelumnya.
7)      Pengumpulan hasil unjuk kerja siswa oleh guru untuk dievaluasi sebagai data hasil pemahaman siswa terhadap materi ajar. Seluruh data yang harus didapat oleh observer, yaitu penilaian sikap, pengamatan aktivitas siswa dan guru, serta data yang didapat oleh guru, yaitu nilai hasil belajar siswa dan unjuk kerja siswa. Selanjutnya, diolah bersama untuk diketahui kekurangan dan kelebihannya sebagai acuan perencanaan siklus 2.
3. Pengamatan (Observing)
         Pengamatan atau observasi dilakukan untuk mendapatkan data aktivitas guru dan siswa sebagai bahan acuan evaluasi proses pembelajaran. Tahap pengamatan dilakukan dua kali. Setiap pengamatan dilakukan oleh dua orang observer pada waktu proses pembelajaran, yaitu sebagai berikut.
1)      Pada waktu penyajian epitome, elaborasi 1, sintesis 1, observer I mengamati aktivitas guru, sedangkan observer II mengamati/menilai sikap siswa dalam proses pembelajaran. Adapun hasil rangkuman jawaban yang dikotomi dari daftar penilaian sikap siklus 1 seperti pada daftar tabel 1 dalam pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme, dapat dilihat pada tabel 4.1 (data keaktifan dalam pembelajaran siklus 1) dan tabel A1.1 (data keaktifan siswa siklus 1), seperti berikut ini.

Tabel 4.1
Data Keaktifan dalam Pembelajaran Siklus 1

No.
Aspek
Nilai Rata-rata
Tingkat Keaktifan
dalam Pembelajaran
1
Disiplin
7,50
Baik
2
Ketekunan
7,50
Baik
3
Tanggung jawab
8,00
Sangat Baik
4
Konsultasi
7,47
Baik
5
Solusi
7,47
Baik
6
Kerja sama
8,00
Sangat Baik
7
Kemandirian
7,66
Baik
Rata-rata
7,66
Baik

         Pada tabel 4.1, menunjukkan bahwa tingkat keaktifan siswa dalam pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme, dari 32 siswa memiliki nilai rata-rata 7,66 dengan kategori baik.

Tabel 4.2
Data Keaktifan Siswa Memahami Materi Ajar Siklus 1
Kategori Keaktifan Menganalisis Materi Ajar
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
>8.00
7,50  _  7,99
7,00   _   7,49
6,00   _   6,99
11 Siswa
12 Siswa
9 Siswa
-

          Pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa tingkat keaktifan siswa belajar dari 32 siswa dalam memahami materi ajar tentang pokok bahasan perkalian: (1) 11 orang siswa dengan ketegori sangat baik; (2) 12 orang siswa dengan kategori baik; dan (3) 9 orang siswa dengan kategori cukup. Dari 32 orang siswa, hasil penilaian keaktifan belajar rata-rata sebagian besar siswa menunjukkan baik, tetapi 9 orang siswa lainnya tingkat keaktifannya masih dalam kategori cukup.
2)      Pada waktu penyajian elaborasi 2, konsolidasi, sintesis 2, observer I mengamati aktivitas guru, sedangkan observer II mengamati aktivitas siswa. Rangkuman hasil pengamatan dari daftar observasi siswa siklus 1, seperti pada tabel 2 dalam pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme dapat dilihat pada tabel 4.3 (data keaktifan dalam unjuk kerja siklus 1), sebagai berikut.

Tabel 4.3
Data Keaktifan dalam Unjuk Kerja Siklus 1
No
Aspek
Nilai
Rata-rata
Tingkat Keaktifan dalam Unjuk Kerja
1
Mengingat
7,56
Baik
2
Menggunakan
7,50
Baik
3
Mengembangkan
7,58
Baik
Rata-rata
7,55
Baik

         Tabel 4.3 menunjukkan bahwa tingkat keaktifan siswa dalam unjuk kerja dari 32 orang siswa dalam pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme memiliki nilai rata-rata kelas 7,55 dengan kategori baik.
Tabel 4.4
Data Keaktifan Unjuk Kerja Siswa pada Siklus 1
Kategori Keaktifan Unjuk Kerja Siswa
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
>8,00
7,50  _  7,99
7,00  _  7,49
6,00  _  6,99
5 siswa
19 siswa
8 siswa
-

         Tabel 4.4 menunjukkan bahwa tingkat keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme, sebagai berikut: (1) 5 orang siswa dengan kategori sangat baik; (2) 19 orang siswa dengan kategori baik; dan (3) 8 orang siswa dengan kategori cukup.
         Berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan sebagian besar siswa dinyatakan sudah aktif dengan kategori baik, sedangkan 8 orang siswa lainnya masih terkategori cukup.
         Dari hasil pengamatan aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan menggunakan strategi pembelajaran konstruktiisme tipe elaborasi yang dilakukan dua orang observer, seperti tertuang pada lampiran 7. Hasil rangkuman pengamatan yang dikotomi dari daftar tabel 10 lembar observasi guru ditunjukkan pada tabel 4.5 (data hasil observasi aktivitas guru), seperti berikut ini.









Tabel 4.5
Data Keaktifan Guru pada Siklus 1
No
Aspek
Nilai Observer I
Nilai Observer II
Nilai Rata-rata
Kategori
1
Strategi pengajaran
8,40
8,60
8,50
Baik
2
Kefektifan
8,33
8,33
8,33
Baik
3
Kemampuan
8,50
8,62
8,56
Baik
No
Aspek
Nilai Observer I
Nilai Observer II
Nilai Rata-rata
Nilai Kategori
4
Fasilitas media
8,00
8,00
8,00
Baik
Jumlah
33,23
33,55
33,39

Rata-rata
8,20
8,38
8,34


            Tabel 4.5 menunjukkan bahwa keaktifan guru dalam proses pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme siklus 1, komposisinya sebagai berikut: (1) strategi pengajaran terkategori baik; (2) keefektifan terkategori baik; (3) kemampuan terkategori baik; dan (4) fasilitas media terkategori baik.
4. Evaluasi dan Refleksi (Reflecting)
          Keberhasilan dan kelemahan hasil belajar siswa pada siklus 1, dari 32 orang siswa semuanya memahami materi ajar perkalian. Adapun rangkuman jawaban yang dikotomi dari daftar nilai hasil belajar siswa siswa siklus 1, seperti pada tabel 3, dapat pada tabel 4.6 (data keberhasilan dalam pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme siklus 1), dan tabel 4.7 (data keberhasilan siswa memahami materi ajar siklus 1), seperti berikut.

Tabel 4.6
Data Keberhasilan  dalam Pembelajaran Memahami Materi Ajar Siklus 1
No
Aspek
Nilai Rata-rata
Tingkat Keberhasilan dalam Pembelajaran
1
Kecermatan
8,53
Sangat Tinggi
2
Kecepatan
7,62
Tinggi
3
Kesesuaian
7,59
Tinggi
4
Kuantitas
7,84
Tinggi
5
Kualitas
7,81
Tinggi
Rata-rata
7,87
Tinggi

          Tabel 4.6 menunjukkan bahwa keberhasilan ketuntasan belajar dari 32 orang siswa dalam memahami materi ajar perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme  memiliki nilai rata-rata kelas 7,87 dengan kategori  tinggi.
Tabel  4.7
Data Keberhasilan Siswa
dalam Memahami Materi Ajar pada Siklus 1
Kategori Keberhasilan Siswa dalam Memahami Materi Ajar pada Siklus 1
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Kurang
>8,00
7,50  _  7,99
7,00  _  7,49
6,00  _  6,99
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Belum Tuntas
5 siswa
19 siswa
8 siswa
-

         Tabel 4.7 menunjukkan bahwa keberhasilan/ketuntasan belajar dari 32 siswa, tentang pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme, sebagai berikut: (1) 7 orang siswa dengan kategori sangat tinggi (tuntas); (2) 19 orang siswa dengan kategori tinggi (tuntas); dan (3) 6 orang siswa dengan kategori sedang (tuntas).
         Dari 32 orang siswa, keberhasilan belajarnya dinyatakan tuntas semua, tetapi masih ada 6 orang siswa yang tingkat keberhasilannya termasuk kategori sedang.
         Dari 32 orang siswa semuanya mengikuti kegiatan pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme. Adapun rangkuman jawaban yang dikotomi dari daftar nilai hasil unjuk kerja siswa pada siklus 1, seperti pada tabel 3 dapat dilihat pada tabel 4.8 (data keberhasilan dalam unjuk kerja siklus 1) dan tabel 4.9 (data keberhasilan unjuk kerja siswa siklus 1), sebagai berikut.
Tabel 4.8
Data Keberhasilan
dalam Pembelajaran Berdasarkan Unjuk Kerja Siswa Siklus 1
No
Aspek
Nilai Rata-rata
Tingkat Keberhasilan dalam Unjuk Kerja
1
Kemampuan efektif
7,48
Sedang
2
Kemampuan kognitif
7,55
Tinggi
3
Kemampuan psikomotorik
7,62
Tinggi
Rata-rata
7,55
Tinggi
  
        Tabel D.1 menunjukkan bahwa keberhasilan/ketuntasan belajar dari 32 orang siswa, dalam unjuk kerja tentang pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme memiliki nilai rata-rata 7,55 dengan kategori tinggi.
Tabel 4.9
Data Keberhasilan Unjuk Kerja Siswa pada Siklus 1
Kategori Keberhasilan Siswa Memahami Materi Ajar
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Kurang
>8,00
7,50  _  7,99
7,00   _  7,49
6,00  _  6,99
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Belum Tuntas
10 siswa
14 siswa
8 siswa

  
        Tabel 4.9 menunjukkan bahwa keberhasilan/ketuntasan belajar dari 32 orang siswa dalam unjuk kerja pada materi ajar pokok bahasan perkalian, komposisinya sebagai berikut: (1) 10 orang siswa dengan kategori sangat tinggi (tuntas); (2) 14 orang siswa dengan kategori tinggi (tuntas); dan  (3) 8 siswa dengan kategori sedang (tuntas).
         Hasil proses pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme, hasil unjuk kerja dan keaktifan siswa dapat dilihat pada grafik 1, berikut ini.

Grafik 1
Keberhasilan dan Kelemahan Siklus 1
    
          Baik keberhasilan dan kelemahan pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme dapat dilihat pada grafik 1 di atas. Jelasnya mengenai hal itu, sebagai berikut.
1)      7 orang siswa dengan kategori sangat tinggi, dan 19 0rang siswa dengan kategori tinggi berhasil memahami materi ajar.
2)      11 orang siswa dengan kategori sangat baik, dan 12 orang siswa dengan kategori baik, aktif mengikuti pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme.
3)      6 orang siswa dengan kategori sedang, disebabkan kurang mampu memahami materi ajar, yaitu dari aspek: kecermatan, kecepatan, kesesuaian, kuantitas, dan kualitas.
4)      9 orang siswa dengan kategori cukup, disebabkan kurang aktif mengikuti pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme, yaitu dari aspek: solusi, konsultasi, disiplin, dan ketekunan.
5)      10 siswa, dengan kategori sangat tinggi dan 14 orang siswa dengan kategori tinggi, berhasil memahami materi ajar.
6)      5 siswa dengan kategori sangat baik, dan 19 orang siswa dengan kategori baik dan aktif mengikuti unjuk kerja pokok bahasan perkalian.
7)      8 orang siswa dengan kategori sedang disebabkan kurang mampu memahami materi ajar, yaitu dari aspek: kemampuan apektif, kemampuan kognitif, dan kemampuan psikomotorik.
8)      8 orang siswa dengan kategori cukup disebabkan kurang aktif mengikuti unjuk kerja pokok bahasan perkalian.
        Evaluasi kekurangan dan solusi pelaksanaan tindakan siklus 1, yang didapat dari hasil diskusi antara guru dan observer, pada proses pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme, adalah sebagai berikut: (1) mutu tindakan masih kurang sempurna menurut pendapat peneliti walaupun oleh observer dikategorikan baik; (2) kecukupan waktu masih mengalami kendala sebab kondisi siswa usai libur panjang. Artinya, konsentrasi belajar siswa masih kurang; (3) ketentuan belajar siswa semuanya tuntas namun masih ada siswa yang nilainya dengan kategori sedang; dan (4)  kelemahan atau kekurangan dalam tindakan siklus 1 tersebut diperbaiki pada tindakan siklus 2 dan diharapkan hasilnya lebih meningkat.

b. Deskripsi Siklus 2
Penelitian tindakan kelas siklus 2 menempuh empat tahapan berikut: (1) perencanaan tindakan (planning); (2) pelaksanaan tindakan (acting); (3) pengamatan (observing); dan (4) refleksi (reflecting). Data masing-masing tahapan tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut.
1. Perencanaan Tindakan (Planning)
Perencanaan tindakan siklus 2 dikembangkan berdasarkan hasil refleksi siklus 1. Pada tahap ini tim peneliti melakukan upaya sebagai berikut.      
1)   Tim peneliti menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran pokok bahasan perkalian berdasarkan langkah-langkah variasi metode KUMON model konstruktivisme. Setiap komponen yang direncanakan dituangkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran tertulis untuk dijadikan sebagai pedoman bagi guru dan siswa pada saat pelaksanaan tindakan siklus 2 berlangsung. Beberapa komponen yang dirumuskan itu, antara lain: (1) standar kompetensi; (2) kompetensi dasar; (3) indikator hasil belajar; (4) tujuan pembelajaran; (5) materi pokok; (6) kegiatan belajar mengajar; (7) alat dan sumber belajar; dan (8) penilaian.
2)   Membuat instrumen, antara lain: (1) Lembar Kerja Siswa; (2) Lembar Observasi; dan (3) Lembar Tes Siklus 2.


2. Pelaksanaan Tindakan (Acting)
          Pada tahap pelaksanaan tindakan (acting) siklus 2, guru dan siswa melaksanakan kegiatan belajar mengajar pokok bahasan perkalian berdasarkan langkah-langkah variasi metode KUMON model konstruktivisme, sesuai dengan rencana tindakan siklus 2, sebagai hasil refleksi siklus 1. Adapun langkah-langkah pelaksanaannya sebagai berikut.    
1)      Penyajian epitome, guru menerangkan kerangka isi materi ajar dan menjelaskan langkah-langkah belajar yang harus ditempuh oleh siswa dalam rangka mencapai tujuan.
2)      Elaborasi 1, guru menjelaskan pokok bahasan perkalian.
3)      Sintesis 1, guru membimbing siswa memahami materi ajar, terutama siswa yang nilai hasil belajarnya dengan kategori sedang.
4)      Pengumpulan hasil unjuk kerja siswa oleh guru untuk selanjutnya dinilai sebagai data nilai pemahaman siswa terhadap materi ajar.
5)      Elaborasi 2, guru menjelaskan tentang hal-hal yang kurang dan belum dipahami siswa.
6)      Konsolidasi, guru menanyakan permasalahan/kesulitan siswa dalam memahami materi ajar, terutama kepada siswa yang nilai hasil unjuk kerjanya dinilai dengan kategori sedang pada siklus 1.
7)      Pengumpulan hasil unjuk kerja siswa oleh guru untuk dievaluasi sebagai data hasil pemahaman siswa terhadap materi ajar.
8)      Seluruh data yang harus didapat oleh observer, yaitu penilaian sikap, pengamatan aktivitas siswa dan guru, serta data yang didapat oleh guru, yaitu nilai hasil belajar siswa dan unjuk kerja siswa. Selanjutnya, diolah bersama untuk diketahui kekurangan dan kelebihannya sebagai acuan perencanaan siklus 3.
3. Pengamatan (Observing)
          Pengamatan atau observasi dilakukan untuk mendapatkan data aktivitas guru dan siswa sebagai bahan acuan evaluasi proses pembelajaran. Tahap pengamatan dilakukan dua kali. Setiap pengamatan dilakukan oleh dua orang observer pada waktu proses pembelajaran, yaitu sebagai berikut.
1)      Pada waktu penyajian epitome, elaborasi 1, sintesis 1, observer I mengamati aktivitas guru, sedangkan observer II mengamati/menilai sikap siswa dalam proses pembelajaran. Adapun hasil rangkuman jawaban yang dikotomi dari daftar penilaian sikap siklus 2 seperti pada daftar tabel 1 dalam pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme dapat dilihat pada tabel 4.10 (data keaktifan dalam pembelajaran siklus 2) dan tabel 4.11 (data keaktifan siswa siklus 2), seperti berikut ini.







Tabel 4.10
Data Keaktifan dalam Pembelajaran Siklus 2

No
Aspek
Nilai Rata-rata
Tingkat Keaktifan
dalam Pembelajaran
1
Disiplin
7,56
Baik
2
Ketekunan
7,78
Baik
3
Tanggung jawab
7,53
Baik
4
Konsultasi
7,69
Baik
5
Solusi
7,75
Baik
6
Kerja sama
7,65
Baik
7
Kemandirian
7,62
Baik
Rata-rata
7,65
Baik

        Pada tabel 4.10, menunjukkan bahwa tingkat keaktifan siswa dalam pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme, dari 32 siswa memiliki nilai rata-rata kelas 7,65 dengan kategori baik.
Tabel 4.11
Data Keaktifan Siswa Memahami Materi Ajar Siklus 2
Kategori Keaktifan Menganalisis Materi Ajar
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
>8.00
7,50  _  7,99
7,00   _   7,49
6,00   _   6,99
14 Siswa
11 Siswa
7 Siswa
-

          Pada tabel 4.11 menunjukkan bahwa tingkat keaktifan siswa belajar dari 32 siswa dalam memahami materi ajar mengenai cara pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme, sebagai berikut: (1) 14 orang siswa dengan ketegori sangat baik; (2) 11 orang siswa dengan kategori baik; dan (3) 7 orang siswa dengan kategori cukup. Dari 32 orang siswa, hasil penilaian keaktifan belajar rata-rata sebagian besar siswa menunjukkan baik, tetapi 7 orang siswa lainnya tingkat keaktifannya masih dalam kategori cukup.
         Pada waktu penyajian elaborasi 2, konsolidasi, sintesis 2, observer I mengamati aktivitas guru, sedangkan observer II mengamati aktivitas siswa. Rangkuman hasil pengamatan dari daftar observasi siswa siklus 2, seperti pada tabel 7 dalam pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme dapat dilihat pada tabel 4.12 (data keaktifan dalam unjuk kerja siklus 2), sebagai berikut.
Tabel 4.12

Data Keaktifan dalam Unjuk Kerja Siklus 2
No
Aspek
Nilai Rata-rata
Tingkat Keaktifan dalam Unjuk Kerja
1
Mengingat
7,66
Baik
2
Menggunakan
7,57
Baik
3
Mengembangkan
7,61
Baik
Rata-rata
7,61
Baik

Tabel 4.12 menunjukkan bahwa tingkat keaktifan siswa dalam unjuk kerja dari 32 orang siswa dalam pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme memiliki nilai rata-rata kelas 7,61 dengan kategori baik.
Tabel 4.13
Data Keaktifan Unjuk Kerja Siswa pada Siklus 2
Kategori Keaktifan Unjuk Kerja Siswa
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
>8,00
7,50  _  7,99
7,00  _  7,49
6,00  _  6,99
9 siswa
16 siswa
7 siswa
-
        Tabel 4.13 menunjukkan bahwa tingkat keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme, sebagai berikut: (1) 9 orang siswa dengan kategori sangat baik; (2) 16 orang siswa dengan kategori baik; dan (3) 7 orang siswa dengan kategori cukup. Berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan sebagian besar siswa dinyatakan sudah aktif dengan kategori baik, sedangkan 8 orang siswa lainnya masih terkategori cukup. Dari hasil pengamatan aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme yang dilakukan dua orang observer, seperti tertuang pada lampiran 7. Hasil rangkuman pengamatan yang dikotomi dari daftar tabel 10 lembar observasi guru ditunjukkan pada tabel 4.14 (data hasil observasi aktivitas guru), seperti berikut ini.

                                                 Tabel 4.14
Data Keaktifan Guru pada Siklus 2
No
Aspek
Nilai Observer I
Nilai Observer II
Nilai Rata-rata
Kategori
1
Strategi pengajaran
8,50
8,40
8,45
Baik
2
Kefektifan
8,50
8,40
8,50
Baik
3
Kemampuan
8,62
8,38
8,50
Baik
No
Aspek
Nilai Observer I
Nilai Observer II
Nilai Rata-rata
Kategori
4
Fasilitas media
9,00
8,00
8,50
Baik
Jumlah
34,62
33,18
33,95

Rata-rata
8,65
8,30
8,48


        Tabel 4.14 menunjukkan bahwa keaktifan guru dalam proses pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme siklus 2, komposisinya sebagai berikut: (1) strategi pengajaran terkategori baik; (2) keefektifan terkategori baik; (3) kemampuan terkategori baik; dan (4) fasilitas media terkategori baik.
4. Evaluasi dan Refleksi (Reflecting)
         Keberhasilan dan kelemahan hasil belajar siswa pada siklus 2, dari 32 orang siswa semuanya memahami materi ajar tentang cara pokok bahasan perkalian. Adapun rangkuman jawaban yang dikotomi dari daftar nilai hasil belajar siswa siswa siklus 2, seperti pada tabel 8, dapat pada tabel 4.15 (data keberhasilan dalam pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme siklus 2), dan tabel 4.16 (data keberhasilan siswa memahami materi ajar siklus 2), seperti berikut.
Tabel 4.15
Data Keberhasilan
dalam Pembelajaran Memahami Materi Ajar Siklus 2
No
Aspek
Nilai Rata-rata
Tingkat Keberhasilan dalam Pembelajaran
1
Kecermatan
7,65
Tinggi
2
Kecepatan
7,68
Tinggi
3
Kesesuaian
7,81
Tinggi
4
Kuantitas
7,71
Tinggi
5
Kualitas
7,84
Tinggi
Rata-rata
7,74
Tinggi

          Tabel 4.15 menunjukkan bahwa keberhasilan ketuntasan belajar dari 32 orang siswa dalam memahami materi ajar tentang pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme memiliki nilai rata-rata kelas 7,74 dengan kategori  tinggi.







Tabel  4.16
        Data Keberhasilan Siswa dalam Memahami Materi Ajar pada Siklus 2
Kategori Keberhasilan Siswa
dalam Memahami Materi Ajar pada Siklus 2
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Kurang
>8,00
7,50  _  7,99
7,00  _  7,49
6,00  _  6,99
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Belum Tuntas
15 siswa
13 siswa
4 siswa
-

         Tabel 4.16 menunjukkan bahwa keberhasilan/ketuntasan belajar dari 32, tentang cara pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme, sebagai berikut: (1) 15 orang siswa dengan kategori sangat tinggi (tuntas); (2) 13 orang siswa dengan kategori tinggi (tuntas); dan (3) 4 orang siswa dengan kategori sedang (tuntas).
          Dari 32 orang siswa, keberhasilan belajarnya dinyatakan tuntas semua, tetapi masih ada 4 orang siswa yang tingkat keberhasilannya termasuk kategori sedang.
          Dari 32 orang siswa semuanya mengikuti kegiatan pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme. Adapun rangkuman jawaban yang dikotomi dari daftar nilai hasil unjuk kerja siswa pada siklus 2, seperti pada tabel 8 dapat dilihat pada tabel 4.17 (data keberhasilan dalam unjuk kerja siklus 2) dan tabel 4.18 (data keberhasilan unjuk kerja siswa siklus 2), sebagai berikut.
                                                               Tabel 4.17
                                            Data Keberhasilan
  dalam Pembelajaran Berdasarkan Unjuk Kerja Siswa Siklus 2
No
Aspek
Nilai Rata-rata
Tingkat Keberhasilan dalam Unjuk Kerja
1
Kemampuan efektif
7,60
Tinggi
2
Kemampuan kognitif
7,70
Tinggi
3
Kemampuan psikomotorik
7,74
Tinggi
Rata-rata
7,68
Tinggi
  
           Tabel 4.17 menunjukkan bahwa keberhasilan/ketuntasan belajar dari 32 orang siswa, dalam unjuk kerja tentang pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme memiliki nilai rata-rata 7,68 dengan kategori tinggi.
Tabel 4.18
Data Keberhasilan Unjuk Kerja Siswa pada Siklus 2
Kategori Keberhasilan Siswa Memahami Materi Ajar
SangatTinggi
Tinggi
Sedang
Kurang
>8,00
750  _  7,99
7,00   _  7,49
6,00  _  6,99
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Belum Tuntas
10 siswa
16 siswa
6 siswa
-

 Tabel 4.18 menunjukkan bahwa keberhasilan/ketuntasan belajar dari 32 orang siswa dalam unjuk kerja materi ajar perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme, komposisinya sebagai berikut: (1) 10 orang siswa dengan kategori sangat tinggi (tuntas); (2) 16 orang siswa dengan kategori tinggi (tuntas); dan  (3) 6 siswa dengan kategori sedang (tuntas).
          Hasil proses pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme, hasil unjuk kerja dan keaktifan siswa dapat dilihat pada grafik 2, berikut ini.









Grafik 2
Keberhasilan dan Kelemahan Siklus 2
    
        Baik keberhasilan dan kelemahan pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme dapat dilihat pada grafik di atas. Jelasnya mengenai hal itu, sebagai berikut. 
1)      15 orang siswa, dengan kategori sangat tinggi, dan 13 0rang siswa dengan kategori tinggi berhasil memahami materi ajar.
2)      14 orang siswa dengan kategori sangat baik, dan 11 orang siswa dengan kategori baik, aktif mengikuti pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme.
3)      4 orang siswa dengan kategori sedang, disebabkan kurang mampu memahami materi ajar, yaitu dari aspek: kecermatan, kecepatan, kesesuaian, kuantitas, dan kualitas.
4)      7 orang siswa dengan kategori cukup, disebabkan kurang aktif mengikuti pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme, yaitu dari aspek: solusi, konsultasi, disiplin, dan ketekunan.
5)      10 siswa, dengan kategori sangat tinggi dan 16 orang siswa dengan kategori tinggi, berhasil memahami materi ajar.
6)      9 siswa dengan kategori sangat baik, dan 16 orang siswa dengan kategori baik dan aktif mengikuti unjuk kerja pokok bahasan perkalian.
7)      6 orang siswa dengan kategori sedang disebabkan kurang mampu memahami materi ajar, yaitu dari aspek: kemampuan afektif, kemampuan koggnitif, dan kemampuan psikomotorik.
8)      7 orang siswa dengan kategori cukup disebabkan kurang aktif mengikuti unjuk kerja pokok bahasan perkalian.
         Evaluasi kekurangan dan solusi pelaksanaan tindakan siklus 2, yang didapat dari hasil diskusi antara guru dan observer, pada proses pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme, adalah sebagai berikut.      
1)      Menurut pendapat peneliti, mutu tindakan masih agak sempurna walaupun oleh observer dikategorikan baik.
2)      Ketersedian waktu tidak mengalami kendala, sebab konsolidasi dan arahan dalam pembelajaran perlu dilakukan secara optimal.
3)      Ketuntasan belajar siswa semuanya tuntas namun masih ada siswa yang nilainya dengan kategori sedang menurun jumlahnya.
4)      Kelemahan atau kekurangan dalam tindakan siklus 2 diperbaiki pada tindakan siklus  3 dan diharapkan hasilnya lebih meningkat lagi.
c. Deskripsi Siklus 3
Penelitian tindakan kelas siklus 3 menempuh empat tahapan berikut: (1) perencanaan tindakan (planning); (2) pelaksanaan tindakan (acting); (3) pengamatan (observing); dan (4) refleksi (reflecting). Data masing-masing tahapan tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut.

1. Perencanaan Tindakan (Planning)
Pada tahap perencanaan tindakan siklus 3, tim peneliti menempuh serangkaian kegiatan yang diupayakan agar berkontribusi pada kelancaran pelaksanaan tindakan siklus 3. Setiap kegiatan yang direncanakan tidak lepas dari masalah yang ingin diselesaikan dan solusi untuk mengatasinya. Adapun kegiatan dimaksud, sebagai berikut. 
1)      Tim peneliti menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran pokok bahasan perkalian berdasarkan langkah-langkah variasi metode KUMON model konstruktivisme. Setiap komponen yang direncanakan dituangkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran tertulis untuk dijadikan sebagai pedoman bagi guru dan siswa pada saat pelaksanaan tindakan siklus 3 berlangsung. Beberapa komponen yang dirumuskan itu, antara lain: (1) standar kompetensi; (2) kompetensi dasar; (3) indikator hasil belajar; (4) tujuan pembelajaran; (5) materi pokok; (6) kegiatan belajar mengajar; (7) alat dan sumber belajar; dan (8) penilaian.
2)      Membuat instrumen, antara lain: (1) Lembar Kerja Siswa; (2) Lembar Observasi; dan (3) Lembar Tes Siklus 3.

2. Pelaksanaan Tindakan (Acting)
          Pada tahap pelaksanaan tindakan (acting) siklus 3, guru dan siswa melaksanakan kegiatan belajar mengajar pokok bahasan perkalian berdasarkan langkah-langkah variasi metode KUMON model konstruktivisme, sesuai dengan rencana tindakan siklus 3, sebagai hasil refleksi siklus 2. Adapun langkah-langkah pelaksanaannya sebagai berikut.  
1)      Penyajian epitome, guru menerangkan kerangka isi materi ajar dan menjelaskan langkah-langkah belajar yang harus ditempuh oleh siswa dalam rangka mencapai tujuan.
2)      Elaborasi 1, guru menjelaskan pokok bahasan perkalian.
3)      Sintesis 1, guru membimbing siswa memahami materi ajar, terutama siswa yang nilai hasil belajarnya dengan kategori sedang.
4)      Pengumpulan hasil unjuk kerja siswa oleh guru untuk selanjutnya dinilai sebagai data nilai pemahaman siswa terhadap materi ajar.
5)      Elaborasi 2, guru menjelaskan tentang materi ajar perkalian.
6)      Konsolidasi, guru menanyakan permasalahan/kesulitan siswa dalam memahami materi ajar, terutama kepada siswa yang nilai hasil unjuk kerjanya dinilai dengan kategori sedang pada siklus 3.
7)      Pengumpulan hasil unjuk kerja siswa oleh guru untuk dievaluasi sebagai data hasil pemahaman siswa terhadap materi ajar.
8)      Seluruh data yang harus didapat oleh observer, yaitu penilaian sikap, pengamatan aktivitas siswa dan guru, serta data yang didapat oleh guru, yaitu nilai hasil belajar siswa dan unjuk kerja siswa. Selanjutnya, diolah bersama untuk diketahui kekurangan dan kelebihannya sebagai acuan perencanaan siklus berikutnya.

3. Pengamatan (Observing)
         Pengamatan atau observasi dilakukan untuk mendapatkan data aktivitas guru dan siswa sebagai bahan acuan evaluasi proses pembelajaran. Tahap pengamatan dilakukan dua kali. Setiap pengamatan dilakukan oleh dua orang observer pada waktu proses pembelajaran, yaitu sebagai berikut.  
1) Pada waktu penyajian epitome, elaborasi 1, sintesis 1, observer I mengamati aktivitas guru, sedangkan observer II mengamati/menilai sikap siswa dalam proses pembelajaran. Adapun hasil rangkuman jawaban yang dikotomi dari daftar penilaian sikap siklus 3 seperti pada daftar tabel 11 dalam pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme, dapat dilihat pada tabel 19 (data keaktifan dalam pembelajaran siklus 3) dan tabel 4.20 (data keaktifan siswa siklus 3), seperti berikut ini.
Tabel 4.19
Data Keaktifan dalam Pembelajaran Siklus 3
No
Aspek
Nilai Rata-rata
Tingkat Keaktifan
dalam Pembelajaran
1
Disiplin
8,39
Sangat Baik
2
Ketekunan
8,37
Sangat Baik
3
Tanggung jawab
8,37
Sangat Baik
4
Konsultasi
8,22
Sangat Baik
5
Solusi
8,28
Sangat Baik
6
Kerja sama
8,56
Sangat Baik
7
Kemandirian
7,59
Baik
Rata-rata
8,04
Sangat Baik

        Pada tabel 4.19, menunjukkan bahwa tingkat keaktifan siswa dalam pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme, dari 32 siswa memiliki nilai rata-rata 8,04 dengan kategori sangat baik.

Tabel 4.20
Data Keaktifan Siswa Memahami Materi Ajar Siklus 3
Kategori Keaktifan Menganalisis Materi Ajar
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
>8.00
7,50 _  7,99
7,00   _   7,49
6,00   _   6,99
23 Siswa
4 Siswa
5 Siswa
-

           Pada tabel 4.20 menunjukkan bahwa tingkat keaktifan siswa belajar dari 32 siswa dalam memahami materi ajar perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme, sebagai berikut: (1) 23 orang siswa dengan ketegori sangat baik; (2) 4 orang siswa dengan kategori baik; dan (3) 5 orang siswa dengan kategori cukup. Dari 32 orang siswa, hasil penilaian keaktifan belajar rata-rata sebagian besar siswa menunjukkan baik, tetapi 5 orang siswa lainnya tingkat keaktifannya masih dalam kategori cukup.   
2)      Pada waktu penyajian elaborasi 2, konsolidasi, sintesis 2, observer I mengamati aktivitas guru, sedangkan observer II mengamati aktivitas siswa. Rangkuman hasil pengamatan dari daftar observasi siswa siklus 3, seperti pada tabel 2 dalam pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme dapat dilihat pada tabel 4.21 (data keaktifan dalam unjuk kerja siklus 3), sebagai berikut.


Tabel 4.21
Data Keaktifan dalam Unjuk Kerja Siklus 3
No
Aspek
Nilai Rata-rata
Tingkat Keaktifan dalam Unjuk Kerja
1
Mengingat
7,81
Baik
2
Menggunakan
7,77
Baik
3
Mengembangkan
7,88
Baik
Rata-rata
7,82
Baik

         Tabel 4.21 menunjukkan bahwa tingkat keaktifan siswa dalam unjuk kerja dari 32 orang siswa dalam pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme memiliki nilai rata-rata kelas 7,82 dengan kategori baik.
Tabel 4.22
Data Keaktifan Unjuk Kerja Siswa pada Siklus 3

Kategori Keaktifan Unjuk Kerja Siswa
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
>8,00
7,50  _  7,99
7,00  _  7,49
6,00  _  6,99
12 siswa
16 siswa
4 siswa
-

          Tabel 4.22 menunjukkan bahwa tingkat keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme, sebagai berikut: (1) 12 orang siswa dengan kategori sangat baik; (2) 16 orang siswa dengan kategori baik; dan (3) 4 orang siswa dengan kategori cukup.
           Berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan sebagian besar siswa dinyatakan sudah aktif dengan kategori baik, sedangkan 4 orang siswa lainnya masih terkategori cukup.
           Dari hasil pengamatan aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme yang dilakukan dua orang observer, seperti tertuang pada lampiran 7. Hasil rangkuman pengamatan yang dikotomi dari daftar tabel 10 lembar observasi guru ditunjukkan pada tabel 4.23 (data hasil observasi aktivitas guru), seperti berikut ini.
Tabel 4.23
Data Keaktifan Guru pada Siklus 3
No
Aspek
Nilai Observer I
Nilai Observer II
Nilai Rata-rata
Kategori
1
Strategi pengajaran
8,50
8,40
8,45
Baik
2
Kefektifan
8,40
8,60
8,05
Baik
3
Kemampuan
8,60
8,40
8,05
Baik
No
Aspek
Nilai Observer I
Nilai Observer II
Nilai Rata-rata
Kategori
4
Fasilitas media
8,80
8,00
8,04
Baik
Jumlah
34,30
33,40
33,85

Rata-rata
8,76
8,46
8,61


        Tabel 4.23 menunjukkan bahwa keaktifan guru dalam proses pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme siklus 3, komposisinya sebagai berikut: (1) strategi pengajaran terkategori baik; (2) keefektifan terkategori baik; (3) kemampuan terkategori baik; dan (4) fasilitas media terkategori baik.
4. Evaluasi dan Refleksi (Reflecting)
          Keberhasilan dan kelemahan hasil belajar siswa pada siklus 3, dari 32 orang siswa semuanya memahami materi ajar tentang cara pokok bahasan perkalian. Adapun rangkuman jawaban yang dikotomi dari daftar nilai hasil belajar siswa siswa siklus 3, seperti pada tabel 13, dapat pada tabel 4.24 (data keberhasilan dalam pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme siklus 3), dan tabel 4.25 (data keberhasilan siswa memahami materi ajar siklus 3), seperti berikut.
Tabel 4.24                                                                                                                    Data Keberhasilan dalam Pembelajaran Memahami Materi Ajar Siklus 3
No
Aspek
Nilai Rata-rata
Tingkat Keberhasilan dalam Pembelajaran
1
Kecermatan
8,56
Sangat Tinggi
2
Kecepatan
8,06
Sangat Tinggi
3
Kesesuaian
7,53
Tinggi
4
Kuantitas
8,09
Sangat Tinggi
5
Kualitas
7,50
Tinggi
Rata-rata
7,95
Tinggi

         Tabel 4.24 menunjukkan bahwa keberhasilan ketuntasan belajar dari 32 orang siswa dalam memahami materi ajar perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme memiliki nilai rata-rata kelas 7,95 dengan kategori  tinggi.
                                             Tabel  4.25
       Data Keberhasilan Siswa dalam Memahami Materi Ajar pada Siklus 3
Kategori Keberhasilan Siswa dalam Memahami Materi Ajar pada Siklus 3
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Kurang
>8,00
7,50  _  7,99
7,00  _  7,49
6,00  _  6,99
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Belum Tuntas
21 siswa
9 siswa
2 siswa
-

         Tabel 4.25 menunjukkan bahwa keberhasilan/ketuntasan belajar dari 32, tentang cara pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme, sebagai berikut: (1) 21 orang siswa dengan kategori sangat tinggi (tuntas); (2) 9 orang siswa dengan kategori tinggi (tuntas); dan (3) 2 orang siswa dengan kategori sedang (tuntas).
          Dari 32 orang siswa, keberhasilan belajarnya dinyatakan tuntas semua, tetapi masih ada 2 orang siswa yang tingkat keberhasilannya termasuk kategori sedang.
          Dari 32 orang siswa semuanya mengikuti kegiatan pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme. Adapun rangkuman jawaban yang dikotomi dari daftar nilai hasil unjuk kerja siswa pada siklus 3, seperti pada tabel 14 dapat dilihat pada tabel 4.26 (data keberhasilan dalam unjuk kerja siklus 3) dan tabel 4.27 (data keberhasilan unjuk kerja siswa siklus 3), sebagai berikut.
Tabel 4.26
Data Keberhasilan
dalam Pembelajaran Berdasarkan Unjuk Kerja Siswa Siklus 3
No
Aspek
Nilai Rata-rata
Tingkat Keberhasilan dalam Unjuk Kerja
1
Kemampuan efektif
7,66
Sedang
2
Kemampuan kognitif
7,84
Tinggi
3
Kemampuan psikomotorik
7,83
Tinggi
Rata-rata
7,79
Tinggi
  
          Tabel 4.26 menunjukkan bahwa keberhasilan/ketuntasan belajar dari 32 orang siswa, dalam unjuk kerja tentang cara pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme memiliki nilai rata-rata 7,79 dengan kategori tinggi.

Tabel 4.27
Data Keberhasilan Unjuk Kerja Siswa pada Siklus 3
Kategori Keberhasilan Siswa Memahami Materi Ajar
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Kurang
>8,00
7,50  _  7,99
7,00   _  7,49
6,00  _  6,99
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Belum Tuntas
11 siswa
18 siswa
3 siswa


 Tabel 4.27 menunjukkan bahwa keberhasilan/ketuntasan belajar dari 32 orang siswa dalam unjuk kerja pokok bahasan perkalian, dengan menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme komposisinya sebagai berikut: (1) 11 orang siswa dengan kategori sangat tinggi (tuntas); (2) 18 orang siswa dengan kategori tinggi (tuntas); dan  (3) 3 siswa dengan kategori sedang (tuntas).
          Hasil proses pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme, hasil unjuk kerja dan keaktifan siswa dapat dilihat pada grafik berikut ini.

Grafik 3
Keberhasilan dan Kelemahan Siklus 3
          Baik keberhasilan dan kelemahan pembelajaran pokok bahasan perkalian dapat dilihat pada grafik 3 di atas. Jelasnya mengenai hal itu, sebagai berikut.  
1)      21 orang siswa, dengan kategori sangat tinggi, dan 9 0rang siswa dengan kategori tinggi berhasil memahami materi ajar.
2)      23 orang siswa dengan kategori sangat baik, dan 4 orang siswa dengan kategori baik, aktif mengikuti pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme.
3)      2 orang siswa dengan kategori sedang, disebabkan kurang mampu memahami materi ajar, yaitu dari aspek: kecermatan, kecepatan, kesesuaian, kuantitas, dan kualitas.
4)      5 orang siswa dengan kategori cukup, disebabkan kurang aktif mengikuti pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme, yaitu dari aspek: solusi, konsultasi, disiplin, dan ketekunan.
5)      11 siswa, dengan kategori sangat tinggi dan 18 orang siswa dengan kategori tinggi, berhasil memahami materi ajar.
6)      12 siswa dengan kategori sangat baik, dan 16 orang siswa dengan kategori baik dan aktif mengikuti unjuk kerja pada materi ajar pokok bahasan perkalian.
7)      3 orang siswa dengan kategori sedang disebabkan kurang mampu memahami materi ajar, yaitu dari aspek: kemampuan afektif, kemampuan kognitif, dan kemampuan psikomotorik.
8)      4 orang siswa dengan kategori cukup disebabkan kurang aktif mengikuti unjuk kerja pokok bahasan perkalian.
         Evaluasi kekurangan dan solusi pelaksanaan tindakan siklus 3, yang didapat dari hasil diskusi antara guru dan observer, pada proses pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme, adalah sebagai berikut.  
1)      Menurut pendapat peneliti maupun observer, mutu tindakan dikategorikan baik, akan tetapi bagi yang melanjutkan penelitian ini tingkatkan lagi.
2)      Ketersediaan waktu tidak mengalami kendala, sebab kondisi pembelajaran diatur secara bertahap, sehingga pembelajaran mengikuti jatah waktu yang sudah ditentukan pada tahap pembelajaran (lampiran 2) secara optimal.
3)      Ketuntasan belajar siswa semuanya tuntas, namun masih ada siswa yang nilainya dengan kategori sedang.
4)      Kelemahan atau kekurangan dalam tindakan siklus 3 tersebut diperbaiki pada tindakan pembelajaran berikutnya dan diharapkan hasilnya lebih meningkat.
d. Peningkatan
         Hasil perubahan dalam peningkatan pemahaman, aktivitas, dan pengembangan pembelajaran adalah sebagai berikut.
 Grafik 4
  Peningkatan Pemahaman Siswa
        Hasil perubahan peningkatan pemahaman siswa dapat dilihat pada grafik 4, yang dapat dijelaskan sebagai berikut.
1)      Nilai rata-rata keberhasilan dalam pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme dari siklus 1, siklus 2, dan siklus 3 menunjukkan peningkatan, yaitu peningkatan pemahaman siswa yang disebabkan oleh mutu tindakan.
2)      Nilai keaktifan dalam unjuk kerja dari siklus 1, siklus 2, dan siklus 3 menunjukkan peningkatan, yaitu peningkatan pemahaman siswa yang mencerminkan ketersediaan waktu belajar tercapai, serta ketuntasan belajar.
                  Grafik 5
                 Hasil Peningkatan Aktivitas Siswa
        Hasil perubahan meningkatkan aktivitas unjuk kerja, dapat dilihat pada grafik 5, yang menunjukkan sebagai berikut.
1)      Nilai rata-rata keberhasilan dalam pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme dari siklus 1, siklus 2, dan siklus 3 menunjukkan peningkatan, yaitu peningkatan pemahaman siswa yang disebabkan oleh mutu tindakan.
2)      Nilai keaktifan dalam unjuk kerja dari siklus 1, siklus 2, dan siklus 3 menunjukkan peningkatan, yaitu peningkatan pemahaman siswa yang mencerminkan ketersediaan waktu belajar tercapai, serta ketuntasan belajar.





Grafik 6
Hasil Perubahan Pengembangan Pembelajaran
       Hasil perubahan pengembangan pembelajaran dapat dilihat pada grafik 6, yang menunjukkan sebagai berikut.
1)      Nilai pengamatan kemampuan dan fasilitas dari siklus 1, siklus 2, dan siklus 3, menyatakan rata-rata dengan kategori baik, berarti ada perubahan pengembangan pembelajaran.
2)      Nilai dari hasil pengamatan fasilitas pembelajaran dari siklus 1, siklus 2, dan siklus 3 rata-rata dengan kategori sangat tinggi, berarti adanya daya tarik dalam pembelajaran.
3)      Nilai pengamatan strategi pengajaran dan keefektifan rata-rata dengan kategori sangat tinggi, berarti adanya perencanaan strategi pengajaran yang baik dapat berakibat pada efisiensi waktu/ketersediaan waktu.
4)      Hasil belajar tuntas, seiring meningkatnya pemahaman siswa terhadap materi ajar.














  1. Simpulan
          Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terhadap penggunaan variasi metode KUMON model konstruktivisme dalam pembelajaran perkalian, dapat diambil simpulan sebagai berikut. 
1.      Perencanaan pembelajaran mata pelajaran matematika pada pokok bahasan perkalian berdasarkan variasi metode KUMON model konstruktivisme yang diupayakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri 4 Kertaharja, baik pada siklus 1, siklus 2, maupun siklus 3 terdiri atas komponen berikut: (1) standar kompetensi, (2) kompetensi dasar, (3) indikator hasil belajar, (4) tujuan pembelajaran, (5) materi pokok, (6) kegiatan belajar mengajar, (7) alat dan sumber belajar, dan (8) penilaian.
2.      Pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran matematika pokok bahasan perkalian berdasarkan variasi metode KUMON model konstruktivisme untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri 4 Kertaharja, baik pada siklus 1, siklus 2, maupun siklus 3 menempuh langkah-langkah berikut: (1) guru menjelaskan kerangka isi materi ajar dan langkah-langkah belajar yang harus ditempuh oleh siswa dalam rangka mencapai tujuan, (2) guru menjelaskan materi ajar perkalian sesuai dengan kerangka isi materi pokok yang telah direncanakan, (3) guru membimbing siswa saat memahami materi ajar, (4) guru menilai hasil unjuk kerja siswa yang menunjukkan tarap pemahamannya terhadap materi ajar, (5) guru memberikan tindak lanjut, (6) guru bertanya jawab dengan siswa sehubungan dengan materi ajar yang telah dipelajari, dan (7) guru memberikan bahan penugasan untuk diselesaikan di rumah secara individu dan menutup kegiatan pembelajaran.
3.      Ada peningkatan hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri 4 Kertaharja dalam mata pelajaran matematika pada pokok bahasan perkalian setelah menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme.
  1. Daftar Pustaka
Amat, Mukadis. 2006. Pengorganisasian Isi Pembelajaran Tipe Prosedural. Malang: Universitas Negeri Malang.
Arikunto, Suharsimi. 2005. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Arief, Aminudin. 1989. Dinamika Kegiatan dalam Strategi Belajar Mengajar. Malang: LSW.
Dengeng, I Nyoman Sudana. 2000. Peran Teknologi Pembelajaran di Era Kesemrawutan Global, Makalah Seminar Nasional Teknologi Pendidikan. Jakarta: Forum Komunikasi Mahasiswa Pascasarjana Teknologi Pendidikan UNJ.
……………………………….,1989. Ilmu Pembelajaran Taksonomi Variabel. Jakarta:Depdikbud, Dirjen Dikti: Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tinggi.
……………………………….,1988. Pengorganisasian Pengajaran Berdasarkan Teori Elaborasi dan Pengaruhnya terhadap Perolehan Belajar Informasi Verbal dan Konsep. Disertasi untuk Memperoleh Gelar Doktor di Bidang Teknologi Pengajaran. Malang:FPS IKIP Malang.
Dimyati, M. 1989. Landasan Kependidikan. Jakarta:Dirjen Dikti Depdikbud RI.
Dimyati, M. dan Mudjiono. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:Rineka Cipta.
Gagne, R. M. 1986. The Condition of Learning. New York: Holt, Rinehart and  Winston.
Gagne, R.M & Briggs, J.L. 1988. Principles of  Instuctional Technology Second Edition. New York: Holt, Rinehart and  Winston.
Herawati, Susilo. 2006. Pelaporan Penelitian Tindakan Kelas. Malang: LSW.
Hermawan, Asep. 2007. Strategi Belajar Mengajar Berorientasi Contextual Teaching and Learning. Ciamis: Universitas Galuh Press.
Lemlit, U.M. 2006. Pedoman Penyusunan Proposal dan Laporan Penelitian Tindakan Kelas. Malang: LPUNM.
Millis, Jamie D. 2005. Teaching The Mixed Model Design. www. Findarticles.com/p/articles/ml.qa3673/2005ai-nl3633258.
Saifudin, Anwar. 1998. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yagyakarta: Liberty.
Sa’dun, Akbar. 2006. Penyusunan Proposal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Suhadi, Ibnu. 2006. Dinamika Pembelajaran Berorientasi Konstruktivisme. Jakarta: Rineka Cipta.
Uno, B. Hamzah. 2007. Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta:Bumi Aksara.

Winkel, WS. 1983. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia.