A. Judul
PENGGUNAAN METODE KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS
DAN HASIL BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA CERITA ANAK PADA SISWA KELAS VI SD
NEGERI 4 KERTAHARJA KECAMATAN CIMERAK, KABUPATEN CIAMIS TAHUN PELAJARAN
2010/2011
B. Nama Penulis
Mamat Rohimat, A.Ma.Pd
C. Abstrak dan Kata Kunci
ABSTRAK
Kata Kunci: Aktivitas
Belajar dan Hasil Belajar Siswa, Pembelajaran Membaca Cerita Anak, KBM, Metode
Kuantum
Penelitian ini bermula dari adanya kesenjangan yang terjadi
dalam pembelajaran membaca cerita anak yang telah dilakukan guru dan siswa
kelas VI SD Negeri 04 Kertaharja, Kecamatan Cimerak, Kabupaten
Ciamis.Kesenjangan dimaksud, yakni aktivitas dan hasil belajar siswa di kelas
ini, masih jauh dari yang diharapkan.Hal ini disebabkan oleh penggunaan metode
yang kurang tepat. Untuk mengatasi masalah tersebut, digunakan metode
kolaborasi . Adapun pokok masalah yang diajukan dalam penelitian ini, yaitu:
(1) Bagaimana langkah-langkah menggunakan metode kuantum untuk meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran membaca cerita anak?, dan
(2) Apakah penggunaan metode kuantum dapat meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar siswa dalam pembelajaran membaca cerita anak? Prosedur yang akan
ditempuh untuk membuktikan tepat tidaknya solusi tersebut, adalah penelitian
tindakan kelas. Penelitian tersebut, dilaksanakan dalam dua siklus.Setiap
siklusnya menempuh tahapan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan
refleksi.Setelah melakukan penelitian ini dapat diambil simpulan bahwa penggunaan metode kuantum dalam pembelajaran
membaca cerita anakdapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri 4 Kertaharja,
Kecamatan Cimerak, Kabupaten
Ciamis, Tahun Pelajaran 2010/2011.Adanya peningkatan tersebut, tidak
lepas dari upaya sekemampuan guru, baik dalam merencanakan pembelajaran,
melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi kemampuan siswa dalam pembelajaran, dan
menindaklanjuti hasilnya agar diperoleh peningkatan yang lebih baik.
D. Pendahuluan
a. Latar Belakang Masalah
Kemampuan membaca bagi siswa, sangatlah penting. Dengan
membaca, siswa akan memperoleh ilmu pengetahuan dan pengalaman tertentu. Siswa
yang berkemampuan membaca, akan mampu menjawab setiap persoalan terkait dengan
berbagai mata pelajaran pokok di sekolah. Bahkan, dengan berbekal kemampuan
ini, siswa pun akan mampu hidup bersosial dengan baik di masyarakat. Berbeda
dengan siswa yang kurang memiliki kemampuan ini, setiap menghadapi persoalan
biasanya menghindar dan bahkan ada kecenderungan sering menutup diri, baik
dalam lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, maupun lingkungan masyarakat.
Dengan mengetahui situasi di atas, setiap guru di sekolah
berkewajiban untuk selalu mengingatkan para siswanya agar memiliki kebiasaan
membaca yang baik. Selain itu, guru pun harus berusaha meningkatkan kemampuan
membaca mereka melalui berbagai upaya strategis, termasuk di dalamnya memberi
contoh cara membaca yang efektif, selalu mengelola pembelajaran yang di
dalamnya terdapat pembagian waktu untuk membaca bagi siswa, dan upaya lainnya,
seperti memanfaatkan perpustakaan sekolah dan memberi tugas untuk membaca di
rumah. Melalui upaya tersebut, cepat atau lambat akan membentuk kebiasaan siswa
untuk selalu membaca dengan baik.
Selain itu, siswa pun harus sadar terhadap tuntutan ini.
Tanpa adanya kesadaran dari siswa untuk membaca, kiranya upaya guru akan
sia-sia. Sadar akan hal itu sangat penting, luangkanlah waktu untuk membaca.
Bacalah sesuatu yang baik dan menguntungkan, seperti membaca berbagai buku di
perpustakaan, membaca majalah pendidikan, membaca surat kabar dan yang
sejenisnya. Jika hal ini dapat dilakukan siswa dengan sebaik-baiknya, niscaya
akan diperoleh informasi yang dibutuhkan terkait dengan tujuan membacanya.
Sudah sejauh mana upaya di atas dapat dilakukan guru dan
siswa Kelas VI SD Negeri 4 Kertaharja, kiranya untuk mengetahui hal ini sedikit
banyaknya diperoleh gambaran dari hasil evaluasi pembelajaran membaca cerita
anak.Berdasarkan hasil evaluasi tersebut, 18 orang siswa (75%) dinyatakan
kurang mampu menentukan karakter tokoh dengan bukti yang meyakinkan.Selain itu,
mereka pun kurang mampu menentukan latar, dan temanya dengan bukti yang
faktual.Sementara itu, siswa yang lainnya dinyatakan cukup mampu memenuhi setiap
tuntutan tersebut.Kondisi seperti ini, sangat mungkin terjadi pula dalam
pembelajaran membaca yang lain, baik pada siswa di kelas ini maupun siswa di kelas
VI lainnya.
Kekurangberhasilan sebagian siswa di kelas itu dalam
memenuhi setiap tuntutan pembelajaran membaca tersebut, tidak lepas dari upaya
yang dilakukan guru mata pelajaran bahasa Indonesia.Sehubungan dengan hal ini
Yamin (2009: 72) dan Sanjaya (2009: 51) mengemukakan bahwa “Keberhasilan siswa
dalam mencapai tujuan pembelajaran, sangat ditentukan oleh upaya guru dan siswa
terkait. Apabila satu sama lain saling berupaya dengan baik, niscaya akan
mencapai suatu keberhasilan yang diinginkan”. Di antara upaya guru tersebut
terdapat penggunaan strategi yang akan memengaruhi setiap gerak langkahnya
ketika mengelola proses pembelajaran bagi siswa. Menurut Sanjaya (2009: 53)
“Apabila proses pembelajaran yang dikelola guru bermakna bagi seluruh siswa,
kemungkinan yang akan terjadi bukan hanya mereka akan belajar memenuhi setiap
tuntutan, tetapi juga mereka akan sampai pada tujuan yang diinginkan”.
Sepertinya, kondisi yang dianjurkan oleh ahli tersebut tidak terjadi dalam
pengelolaan proses pembelajaran membaca cerita anak yang telah diselenggarakan guru
dan siswa Kelas VI SD Negeri 4 Kertaharja. Sebab itulah yang telah memberikan
dampak kurang baik terhadap proses belajar siswa, yang akibatnya bagi sebagian
besar siswa di kelas ini kurang mampu memenuhi setiap tuntutan tersebut.
Untuk membuktikan kebenaran adanya dugaan masalah di atas,
perlu dilakukan suatu penelitian dan solusi yang tepat guna mengatasinya.Atas
dasar itu yang telah mendorong kepada penulis untuk mengadakan penelitian dan
mengupayakan solusinya dengan menggunakan metode kuantum.
b. Identifikasi Masalah
Bertolak dari gambaran permasalahan yang telah diuraikan
pada latar belakang di atas, masalah yang terjadi dalam pembelajaranmembaca
cerita anakyang telah diselenggarakan oleh guru dan siswa Kelas VI SD Negeri 4
Kertaharja dapat diidentifikasi sebagai berikut.
1.
Aktivitas belajar siswa Kelas VI SD Negeri 4 Kertaharja
dalam mengikuti pembelajaran membaca cerita anak terkesan kurang bermakna, dan
ini telah menyebabkan sulitnya pemahaman siswa terhadap materi ajar yang
digunakan sebagai media untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
2.
Kemampuan sebagian besar siswa Kelas VI SD Negeri 4
Kertaharja setelah mengikuti pembelajaran membaca cerita anak, kurang mencapai
harapan.
c. Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil identifikasi masalah di
atas, apa yang menjadi pokok masalah penelitian ini dapat dirumuskan dalam dua
pertanyaan sebagai berikut.
1.
Bagaimana langkah-langkah penggunaan metode kuantum
untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar dalam pembelajaran membaca
cerita anak pada siswa kelas VI SD Negeri 4 Kertaharja?
2.
Apakah penggunaan metode kuantum dapat meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri 4 Kertaharja dalam
pembelajaran membaca cerita anak?
d. Cara Pemecahan Masalah
Seperti telah dikemukakan pada uraian latar belakang
masalah di atas, bahwa untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi guru dan siswa
kelas VI SD Negeri 4 Kertaharja dalam pembelajaran membaca cerita anak, yaitu
akan digunakan metode kuantum. Besar harapan melalui penggunaan metode tersebut
memberi dampak positif pada terciptanya kegiatan belajar mengajar yang
diinginkan.
e. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan yang dirumuskan dalam penelitian ini,
kebenarannya perlu dibuktikan melalui data empiris di lapangan.Adapun hipotesis
dimaksud, sebagai berikut “Penggunaan metode kuantum dapat meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri 4 Kertaharja dalam
pembelajaran membaca cerita anak”.
f. Tujuan Penelitian
1.
Guru kelas VI SD Negeri 4 Kertaharja dapat memperbaiki
kinerjanya dalam mengelola proses pembelajaran membaca cerita anakberdasarkan
langkah-langkah metode kuantum.
2.
Siswa dapat memperbaiki proses belajarnya menjadi lebih
aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan, sertahasil belajarnya mencapai
target yang diharapkan.
3.
Untuk memperoleh metode yang tepat guna menunjang
keberhasilan pembelajaran membaca cerita anak pada siswa kelas VI SD Negeri 4
Kertaharja.
4.
Untuk meningkatkan kualitas pengelolaan proses
pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia di SD Negeri 4 Kertaharja,
khususnya di kelas VI.
E. Kajian Pustaka
a. Tuntutan dalam
Pembelajaran Membaca Cerita Anak
Dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Kelas VISD untuk Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia pada semester II terdapat suatu tuntutan yang harus dipenuhi
siswa, yaitu membaca sebuah cerita dan menjelaskan tokoh, latar, serta temanya
dengan baik.
Untuk mampu
memenuhi tuntutan di atas, setiap siswa harus membaca pemahaman, agar dapat
menemukan setiap tuntutan tersebut dengan benar.Hal ini sangat mungkin dapat
dipenuhi oleh setiap siswa, tentunya dengan catatan penuh keseriusan pada saat
membacanya.Selain itu, persiapkan catatan kecil untuk merekomendasikan fakta
yang mendukung, agar setiap indikator yang dipenuhi dapat disertai bukti yang
benar.
b. Metode Kuantum
Dalam
pembelajaran PAKEM berlandaskan metode kuantum terdapat langkah-langkah yang
menjamin siswa menjadi tertarik dan berminat pada setiap tuntutan pembelajaran
membaca cerita anak.Di kerangka ini juga dapat dipastikan bahwa siswa mengalami
pembelajaran, berlatih, menjadikan isi pelajaran nyata bagi siswa sendiri, dan
mencapai sukses.Kerangka perancangan pembelajaran membaca cerita anak
berorientasi PAKEM yang berlandaskan metode kuantum dinamakan dengan istilah
TANDUR (Porter dalam Rusman, 2010: 331), yang berarti sebagai berikut.
Tumbuhkan :
Sertakan diri mereka, pikat mereka, puaskan dengan AMBAK (Apa Manfaatnya Bagi
Ku/Siswa).
Alami :
Berikan mereka pengalaman belajar untuk mengalaminya sendiri.
Namai
: Berikan “data” secara tepat ketika minat siswa memuncak.
Demonstrasikan : Berikan kesempatan kepada mereka untuk
mengaitkan pengalaman dengan data baru, sehingga mereka menghayati dan
membuatnya sebagai pengalaman pribadi.
Ulangi
: Rekatkan gambaran keseluruhannya dengan retensi.
Rayakan : Perayaan menambatkan belajar
dengan asosiasi positif. Berikan penghargaan atas prestasi yang positif,
sehingga terus diulangi.
Oleh karena itu, pembelajaran membaca
cerita anak berorientasi PAKEM yang berlandaskan metode kuantum ini memuat
tujuan-tujuan yang kemudian menjadi tujuan pokok dalam suatu proses
pembelajaran untuk siswa, yaitu meningkatkan partisipasi siswa, meningkatkan
motivasi dan minat belajar siswa, meningkatkan daya ingat siswa, meningkatkan
rasa kebersamaan antarsiswa, meningkatkan daya dengar siswa, dan meningkatkan
kehalusan perilaku siswa. Tujuan-tujuan pokok tersebut diharapkan dapat
mengubah nuansa pembelajaran antara guru dan siswa, yang sebelumnya satu arah
menjadi dua arah, yang sebelumnya menakutkan menjadi menyenangkan.
Pembelajaran berorientasi PAKEM
yang berlandaskan metode kuantum memiliki beberapa keunggulan, seperti
dikemukakan Rusman (2010: 335), dengan rincian sebagai berikut.
1.
Memberikan kesempatan
secara luas kepada siswa untuk berpartisipasi dalam pembelajaran.
2.
Memberikan kesempatan
secara luas kepada siswa untuk beraktivitas secara aktif dalam pembelajaran.
3.
Memberikan kesempatan
secara luas kepada siswa untuk berpikir dan bertindak secara kreatif dalam
pembelajaran.
4.
Memberikan kesempatan secara
luas kepada siswa untuk belajar secara efektif mempelajari isi pelajaran.
5.
Mengajak siswa untuk belajar
secara menyenangkan melalui pengembangan kreativitas nyata dalam pembelajaran.
Melalui
uraian di atas, diperoleh suatu gambaran tentang keunggulan pembelajaran berorientasi
PAKEM yang berlandaskan metode kuantum, yakni meningkatkan partisipasi siswa,
meningkatkan keaktipan siswa, meningkatkan kreativitas siswa, meningkatkan
kemampuan efektif belajar siswa, dan membuat siswa senang dalam belajar.
Selain
terdapat keunggulan, juga terdapat suatu kelemahan, tetapi tidak begitu banyak,
seperti dikemukakan Rusman (2010: 335), yakni “Tidak banyak kelemahan dalam
pembelajaran PAKEM model kuantum, yakni tidak semua siswa dapat berpartisipasi,
belajar secara aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan, dan ini perlu
penanganan secara khusus dari guru”.
F. Metodologi Penelitian
a.
Metode Penelitian
Dalam penelitian ini akan digunakan metode penelitian
tindakan kelas (action research classroom).
Mengenai metode penelitian ini, Syamsuddin dan Damaianti (2009: 221)
mengemukakan sebagai berikut.
Penelitian tindakan kelas merupakan upaya
mengujicobakan ide-ide ke dalam praktik pembelajaran untuk memperbaiki atau
mengubah sesuatu agar memperoleh dampak nyata dari situasi.Penelitian tindakan
kelas adalah suatu bentuk penelitian refleksi diri yang secara kolektif
dilakukan peneliti dalam situasi social untuk meningkatkan penalaran dan
keadilan praktik pendidikan dan sosial mereka, serta pemahaman mereka mengenai
praktik ini dan terhadap situasi tempat dilakukan praktik-praktik ini.
Berdasarkan pendapat ahli di atas, diperoleh suatu gambaran
tentang metode penelitian tindakan kelas. Dalam penelitian tindakan kelas, guru
tidak sekedar mengajar, karena kegiatan ini mempunyai makna sadar dan kritis
terhadap mengajar, dan menggunakan kesadaran kritis terhadap dirinya sendiri,
terhadap proses perubahan dan perbaikan proses pembelajaran. Melalui penelitian
tindakan kelas, guru akan terdorong untuk berani bertindak dan berpikir kritis
dalam mengembangkan teori dan rasional bagi diri sendiri, dan bertanggung jawab
mengenai pelaksanaan tugasnya secara profesional.
b.
Desain Penelitian
Desain penelitian
ini menggunakan model Elliot (dalam Syamsuddin dan Damaianti, 2009: 221),
yang dilaksanakan dalam tiga siklus.Implementasi desain tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut.
Berdasarkan ilustrasi gambar di atas,
dalam setiap siklus penelitian ini terdapat empat tahapan, yakni: (1)
merencanakan tindakan, (2) melaksanakan tindakan, (3) memantau pelaksanaan
tindakan, dan (4) merefleksi hasil pelaksanaan tindakan. Seandainya saja dalam
tiga siklus tersebut masih terdapat siswa yang belum meningkat kemampuannya
sesuai dengan target, maka penelitian dilanjutkan ke siklus empat.Siklus
penelitian ini dinyatakan berakhir setelah seluruh siswa mencapai tarap
peningkatan kemampuan yang telah ditetapkan.
c.
Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian
ini menempuh tiga tahapan, yakni tahapan prapenelitian, tahapan pelaksanaan
penelitian, dan tahapan membuat laporan hasil penelitian secara tertulis dan
pertanggungjawaban hasilnya di hadapan sidang penguji.Adapun langkah-langkah
yang ditempuh dalam setiap tahapan tersebut, sebagai berikut.
1.
Tahap Prapenelitian
Langkah-langkah pada tahap prapenelitian, meliputi:
1)
Penulis mengadakan
koordinasi dengan pihak sekolah untuk menentukan para peserta dan menetapkan
waktu pelaksanaan penelitian atas seizin kepala sekolah;
2)
penulis
dan guru teman sejawat mengadakan diskusi di luar jam pelajaran untuk
menetapkan tugas masing-masing;
3)
penulis
dan guru teman sejawat merencanakan jumlah siklus KBM membaca cerita anak yang
disajikan dengan menggunakan metode kuantum;
4)
penulis
dan guru teman sejawat menyusun instrumen untuk menunjang pelaksanaan setiap
siklus KBM membaca cerita anak yang disajikan dengan menggunakan metode kuantum,
seperti: (1) Rencana Pelaksanaan Pembalajaran (RPP) secara tertulis, dan (2)
lembar pengamatan aktivitas guru dan siswa dalam KBM.
2.
Tahap Pelaksanaan Penelitian
Langkah-langkah pada tahap pelaksanaan penelitian, meliputi:
1)
penulis
dan siswa kelas VI SD Negeri 4 Kertaharja melaksanakan setiap siklus KBM membaca cerita anak yang disajikan dengan
menggunakan metode kuantum, tepat pada waktu yang telah ditentukan;
2)
guru teman
sejawat mengamati, mencatat, dan menilai aktivitas penulis dan siswa kelas VI
SD Negeri 4 Kertaharja yang sedang melaksanakan setiap siklus KBM membaca cerita anak yang disajikan dengan
menggunakan metode kuantum, yang dituangkan dalam lembar observasi;
3)
penulis
dan guru teman sejawat melakukan refleksi terhadap hasil pelaksanaan setiap
siklus KBM membaca cerita anak yang
disajikan dengan menggunakan metode kuantum.
d.
Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian
ini berlangsung, yakni di kelas VI SD Negeri Kertaharja, Kecamatan Cimerak,
Kabupaten Ciamis.Waktu pelaksanaannya pada semester 2 tahun pelajaran 2010/2011.
Pelaksanaannya mengikuti jadwal mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas VI
yang sudah ditetapkan sekolah. Penelitian ini dimulai pada bulan Mei sampai
dengan Agustus 2010.
e.
Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Ada beberapa teknik dan instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian
ini.Teknik-teknik dan isntrumen-instrumen dimaksud, sebagai berikut.
1. Teknik observasi digunakan untuk memperoleh
data tentang aktivitas guru dan siswa dalam setiap siklus KBM membaca cerita
anak yang disajikan dengan menggunakan metode kuantum. Instrumen yang digunakan
untuk teknik ini, yaitu lembar observasi.
2. Teknik tes digunakan untuk memperoleh data
hasil belajar siswa dalamsetiap siklus KBM membaca cerita anak yang disajikan
dengan menggunakan metode kuantumyang menunjukkan kemampuannya dalam menentukan
tokoh, latar, dan tema cerita anak yang dibaca. Instrumen yang digunakan untuk
teknik ini, yaitu lembar tes.
3. Teknik wawancara digunakan untuk memperoleh
data tentang hal-hal yang dirasakan guru dan siswa dalam setiap siklus KBM dalam
setiap siklus KBM membaca cerita anak yang disajikan dengan menggunakan metode
kuantum. Instrumen yang digunakan untuk teknik ini, yaitu lembar wawancara.
4. Teknik dokumentasi digunakan untuk memperoleh
data tentang dokumen-dokumen yang berhubungan dengan setiap siklus KBM dalam setiap
siklus KBM membaca cerita anak yang disajikan dengan menggunakan metode kuantum.
Instrumen yang digunakan untuk teknik ini, yaitu dokumentasi RPP secara
tertulis untuk setiap siklus dan poto KBM setiap siklus.
5. Teknik diskusi digunakan dalam rangka mengumpulkan
data hasil repleksi setiap siklus KBM dalam setiap siklus KBM membaca cerita
anak yang disajikan dengan menggunakan metode kuantum. Instrumen yang digunakan
untuk teknik ini, yaitu lembar diskusi yang berisi hal-hal yang harus
didiskusikan pada tahap refleksi.
f. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh melalui berbagai teknik
dan instrumen penelitian, belum berarti apa pun bagi pokok masalah yang
diteliti. Data tersebut harus dianalisis dengan menggunakan teknik yang telah
ditentukan. Adapun langkah-langkah dari teknik menganalisis data tersebut,
sebagai berikut.
1.
Datalangkah-langkah penggunaan metode kuantum untuk
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran membaca cerita
anak, dianalisis dengan menggunakan kriteria pelaksanaan KBM berdasarkan
langkah-langkah pembelajaran PAKEM model kuantum. Hasil analisis terhadap data
tersebut, dideskripsikan dan diambil simpulan guna menjawab masalah pertama yang
diajukan dalam penelitian ini.
2.
Data peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam
dalam setiap siklus KBM membaca
cerita anak yang disajikan dengan menggunakan metode kuantumdianalisis
dengan menggunakan kriteria yang sudah ditentukan. Hasil analisisnya, kemudian
dideskripsikan dan diambil simpulan guna membuktikan kebenaran hipotesis
tindakan serta untuk menjawab masalah kedua yang diajukan dalam penelitian ini.
G. Hasil Penelitian dan Pembahasan
a. Siklus I
Pada siklus I, guru dan siswa, serta teman sejawat terlibat
secara aktif dalam empat tahapan berikut:(1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi,
dan (4) refleksi serta perencanaan ulang. Keempat tahapan tersebut dapat
dijelaskan, seperti berikut.
1. Perencanaan
Tahap perencanaan
tindakan siklus 1, menempuh langkah-langkah sebagai berikut.
1)
Tim peneliti melakukan analisis kurikulum untuk
mengetahui kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa melalui langkah-langkah
metode kuantum.
2)
Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran membaca cerita
anakyang disajikan dengan menggunakan metode kuantum.
3)
Membuat lembar kerja siswa.
4)
Membuat instrumen yang digunakan dalam PTK siklus 1.
5)
Menyusun alat evaluasi pembelajaran.
2. Pelaksanaan
Pada saat awal siklus I, pelaksanaan tindakan belum
sesuai dengan rencana.Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan berikut.
1)
Sebagian besar siswa belum terbiasa dengan kondisi
belajar berdasarkan langkah-langkah metode kuantum.
2)
Sebagian kecil siswa cukup memahami langkah-langkah
belajar berdasarkan metode kuantum.
Untuk mengatasi masalah di atas dilakukan upaya
sebagai berikut.
1)
Guru, secara intensif memberi pengertian kepada siswa mengenai
kondisi belajar berdasarkan langkah-langkah metode kuantum.
2)
Guru membantusiswa yang belum memahami langkah-langkah belajar
berdasarkan metode kuantum.
Pada akhir siklus I dari hasil pengamatan guru dan
kolaborasi dengan teman sejawat dapat disimpulkan sebagai berikut.
1)
Siswa mulai terbiasa dengan kondisi belajar berdasarkan
langkah-langkah metode kuantum.
2)
Siswa mulai merasa senang dengan cara belajar membaca cerita
anakberdasarkan langkah-langkah metode kuantum.
3)
Siswa mampu menyimpulkan bahwabelajar membaca membaca
cerita anakberdasarkan langkah-langkah metode kuantum memiliki langkah-langkah
tertentu.
3. Observasi dan Evaluasi
Hasil observasi dan evaluasi pada siklus I diperoleh
gambaran sebagai berikut.
1)
Hasil observasi aktivitas siswa dalam PBM selama siklus
I dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1Perolehan Skor Aktivitas Siswa dalam
PBM Siklus I
Kelompok
|
Skor Perolehan
|
Skor Ideal
|
Persentase
|
Keterangan
|
Kuantum 1
|
11
|
16
|
69
|
|
Kuantum 2
|
12
|
16
|
75
|
|
Kuantum 3
|
14
|
16
|
88
|
Tertinggi
|
Kuantum 4
|
10
|
16
|
63
|
|
Kuantum 5
|
8
|
16
|
50
|
Terendah
|
Kuantum 6
|
10
|
16
|
63
|
|
Kuantum 7
|
11
|
16
|
69
|
|
Kuantum 8
|
12
|
16
|
75
|
|
Rerata
|
11
|
16
|
69
|
|
2)
Hasil observasi siklus I tentang aktivitas guru dalam
PBM
Hasil observasi aktivitas guru dalam kegiatan belajar
mengajar pada siklus I masih tergolong rendah dengan perolehan skor 27 atau
61,36%, sedangkan skor idealnya adalah 44. Hal ini terjadi karena lebih banyak
berdiri di depan kelas dan kurang memberikan pengarahan kepada siswa bagaimana
melakukan kegiatan membaca cerita anakberdasarkan langkah-langkah metode
kuantum.
3)
Hasil evaluasi siklus I, kemampuan siswa dalam
menguasai materi pembelajaran
Selain aktivitas guru dalam PBM, penguasaan siswa
terhadap materi pembelajaran pun masih tergolong kurang.Dari skor ideal 100,
skor perolehan rata-rata hanya mencapai 62 atau 62%.
Grafik
1 Perolehan Skor Aktivitas Siswa
dalam PBM Siklus I
4. Refleksi dan Perencanaan Ulang
Adapun keberhasilan dan kegagalan yang terjadi pada
siklus 1, sebagai berikut.
1)
Guru belum terbiasa menciptakan suasana pembelajaran membaca
cerita anakberdasarkan langkah-langkah metode kuantum. Hal ini diperoleh dari
hasil observasi terhadap aktivitas guru dalam PBM hanya mencapai 61,36%.
2)
Sebagian siswa mulai terbiasa dengan kondisi belajar membaca
cerita anak berdasarkan langkah-langkah metode kuantum. Mereka merasa senang
dan antusias dalam belajar. Hal ini bisa dilihat dari hasil observasi terhadap
aktivitas siswa dalam PBM hanya mencapai 69%.
3)
Hasil evaluasi pada siklus 1 mencapai rata-rata 6,20.
4)
Masih ada kelompok yang belum bisa menyelesaikan tugas
dalam waktu yang telah ditentukan. Hal ini karena anggota kelompok tersebut
kurang serius dalam belajar.
5)
Masih ada kelompok yang kurang mampu dalam
mempresentasikan hasil kegiatan kelompok.
Untuk memperbaiki kelemahan dan mempertahankan
keberhasilan yang telah dicapai pada siklus I, maka pada pelaksanaan siklus II
dapat dibuat perencanaan sebagai berikut.
1)
Memberikan motivasi kepada kelompok agar lebih aktif
lagi dalam merespon tuntutan pembelajaran.
2)
Lebih intensif membimbing kelompok yang mengalami
kesulitan.
3)
Memberi pengakuan atau penghargaan (reward).
b. Siklus II
Seperti pada siklus I, siklus II terdiri atas
perencanaan, pelaksanaan, observasi, refleksi dan perencanaan ulang.Lebih
jelasnya mengenai hal itu, sebagai berikut.
1. Perencanaan
Perencanaan pada
siklus II didasarkan pada hasil refleksi siklus I, yakni sebagai berikut.
1)
Memberikan motivasi kepada kelompok agar lebih aktif
lagi dalam merespon tuntutan pembelajaran.
2)
Lebih intensif membimbing kelompok yang mengalami
kesulitan.
3)
Memberi pengakuan atau penghargaan (reward).
4)
Membuat perangkat pembelajaran yang lebih mudah
dipahami oleh siswa.
2. Pelaksanaan (Acting)
Pelaksanaan
tindakan siklus II didasarkan
pada rencana sebagai konsekuensi hasil dari refleksi siklus I. Adapun langkah-langkah yang ditempuh,
sebagai berikut.
1)
Suasana sudah mengarah pada proses pembelajaran membaca
cerita anakberdasarkan langkah-langkah metode kuantum. Tugas yang diberikan
guru kepada kelompok dengan menggunakan lembar kerja akademik mampu dikerjakan
dengan baik. Siswa dalam satu kelompok menunjukkan saling membantu untuk
menguasai materi pelajaran yang telah diberikan melalui tanya jawab atau
diskusi antarsesama anggota kelompok.
2)
Sebagian besar siswa merasa termotivasi untuk bertanya
dan menanggapi suatu presentasi dari kelompok lain.
3)
Suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan
sudah mulai tercipta.
3. Observasi dan Evaluasi
Hasil observasi dan evaluasi pelaksanaan
tindakan siklus II
menunjukkan perubahan yang lebih baik daripada siklus I. Jelasnya mengenai hal itu, sebagai berikut.
1)
Hasil observasi aktivitas siswa dalam PBM selama siklus
II dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel
2 Aktivitas Siswa dalam Kelompok pada Siklus II
Kelompok
|
Skor Perolehan
|
Skor
Ideal
|
Persentase
|
Keterangan
|
Kuantum 1
|
12
|
16
|
75
|
|
Kuantum 2
|
13
|
16
|
81
|
|
Kuantum 3
|
14
|
16
|
88
|
Tertinggi
|
Kuantum 4
|
11
|
16
|
69
|
|
Kuantum 5
|
10
|
16
|
63
|
Terendah
|
Kuantum 6
|
11
|
16
|
69
|
|
Kuantum 7
|
12
|
16
|
75
|
|
Kuantum 8
|
13
|
16
|
75
|
|
Rerata
|
12
|
16
|
74
|
|
Grafik 2 Perolehan Skor Aktivitas Siswa
dalam PBM Siklus II
2)
Hasil observasi aktivitas guru dalam PBM pada siklus II
tergolong sedang. Hal ini berarti mengalami perbaikan dari siklus I. Dari skor
ideal 44, nilai yang diperoleh adalah 35 atau 80%.
3)
Hasil evaluasi kemampuan siswa dalam menguasai materi
pembelajaran pada siklus II juga tergolong sedang, yakni dari nilai skor ideal
100 nilai rerata skor perolehan adalah 70 atau 70%.
4)
Hasil ulangan harian siklus II mengalami peningkatan
yang sebelumnya 5,48 menjadi 6,53. Ini berarti naik 1,05.
4. Refleksi dan Perencanaan Ulang
Adapun keberhasilan yang diperoleh selama siklus II ini,
sebagai berikut.
1)
Aktivitas siswa dalam PBM membaca cerita anak sudah
mengarah ke langkah-langkah metode kuantum. Siswa mampu membangun kerja sama
dalam kelompok untuk memahami tugas yang diberikan guru. Siswa mulai mampu
berpartisipasi dalam kegiatan dan tepat waktu dalam melaksanakannya. Siswa
mulai mampu mempresentasikan hasil kerja dengan baik. Hal ini dapat dilihat
dari data hasil observasi terhadap aktivitas siswa meningkat dari 69% pada
siklus 1 menjadi 74% pada siklus 2.
2)
Meningkatnya aktivitas siswa dalam PBM membaca cerita
anakberdasarkan langkah-langkah metode kuantumdidukung oleh meningkatnya
aktivitas guru dalam mempertahankan dan meningkatkan suasana pembelajaran membaca
cerita anak yang mengarah pada langkah-langkah metode kuantum. Guru secara
intensif membimbing siswa saat mengalami kesulitan dalam PBM. Hal ini dapat
dilihat dari hasil observasi aktivitas guru dalam PBM meningkat dari 61,36%
pada siklus I menjadi 80% pada siklus II.
3)
Meningkatnya aktivitas siswa dalam melaksanakan
evaluasi berdampak pada meningkatnya kemampuan siswa dalam menguasai materi
pembelajaran. Hal ini berdasarkan hasil evaluasi 6,20 pada siklus I meningkat
menjadi 7,00 pada siklus II.
4)
Meningkatnya rata-rata nilai ulangan harian pada siklus
II menjadi 6,53.
c.
Siklus III
1.
Perencanaan
Perencanaan pada siklus III berdasarkan hasil refleksi
siklus II, yaitu sebagai berikut.
1)
Memberikan motivasi kepada kelompok agar lebih aktif
lagi dalam merespon tuntutan pembelajaran.
2)
Lebih intensif membimbing kelompok yang mengalami
kesulitan.
3)
Memberi pengakuan atau penghargaan (reward).
4)
Membuat perangkat pembelajaran membaca cerita anakberdasarkan
langkah-langkah metode kuantumyang lebih baik lagi agar makin mudah dipahami
oleh siswa.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan
siklus III didasarkan pada
rencana sebagai konsekuensi hasil dari refleksi siklus II. Adapun langkah-langkah yang ditempuh,
sebagai berikut.
1)
Suasana pembelajaran membaca cerita anak sudah lebih
mengarah pada langkah-langkah metode kuantum. Tugas yang diberikan guru kepada
kelompok dengan menggunakan lembar kerja akademik mampu dikerjakan dengan lebih
baik lagi. Siswa dalam satu kelompok menunjukkan saling membantu untuk
menguasai materi pelajaran yang telah diberikan melalui tanya jawab atau
diskusi antarsesama anggota kelompok. Siswa kelihatan lebih antusias mengikuti
PBM.
2)
Hampir semua siswa merasa termotivasi untuk bertanya
dan menanggapi suatu presentasi dari kelompok lain.
3)
Suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan
sudah lebih tercipta.
3.
Observasi
dan Evaluasi
Hasil observasi selama siklus III dapat dilihat
seperti pada uraian berikut.
1)
Hasil observasi aktivitas siswa dalam PBM menulis karya
tulis sederhana dengan menggunakan berbagai sumberpada siklus 3 tertuang pada
tabel berikut.
Tabel 3Perolehan Skor Aktivitas
Siswa dalam PBM Siklus III
Kelompok
|
Skor Perolehan
|
Skor Ideal
|
Persentase
|
Keterangan
|
Kuantum 1
|
14
|
16
|
88
|
|
Kuantum 2
|
14
|
16
|
88
|
|
Kuantum 3
|
15
|
16
|
94
|
Tertinggi
|
Kuantum 4
|
13
|
16
|
81
|
|
Kuantum 5
|
12
|
16
|
75
|
Terendah
|
Kuantum 6
|
13
|
16
|
81
|
|
Kuantum 7
|
14
|
16
|
88
|
|
Kuantum 8
|
14
|
16
|
88
|
|
Rerata
|
12
|
16
|
85
|
|
Grafik 3 Perolehan Skor Aktivitas Siswa
dalam PBM Siklus III
2)
Hasil observasi siklus III pada aktivitas guru dalam
PBM mendapat rerata nilai perolehan 40 dari skor ideal 44 atau 91%. Hal ini
berarti menunjukkan adanya peningkatan yang sangat signifikan.
3)
Hasil evaluasi siklus III penguasaan siswa terhadap
materi pembelajaran membaca cerita anakberdasarkan langkah-langkah metode
kuantum memiliki nilai rerata 85 atau 85% dari skor ideal 100. Hal ini
menunjukkan penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran tergolong tinggi.
4)
Hasil ulangan harian ketiga mengalami peningkatan yang
cukup berarti, yakni 7,60, sedangkan sebelumnya 5,48 pada siklus I dan pada
siklus II 6,53.
4.
Refleksi
Adapun keberhasilan yang diperoleh selama siklus 3,
sebagai berikut.
1)
Aktivitas siswa dalam PBM membaca cerita anak sudah
mengarah ke langkah-langkah metode kuantum.Siswa mampu membangun kerja sama
dalam kelompok untuk memahami tugas yang diberikan guru. Siswa mulai mampu
berpartisipasi dalam kegiatan dan tepat waktu dalam melaksanakannya. Siswa
mulai mampu mempresentasikan hasil kerja. Hal ini dapat dilihat dari data hasil
observasi terhadap aktivitas siswa meningkat dari 74% pada siklus II menjadi
85% pada siklus III.
2)
Meningkatnya aktivitas siswa dalam PBM membaca cerita
anak dengan menggunakan metode kuantum didukung oleh meningkatnya aktivitas
guru dalam mempertahankan dan meningkatkan suasana pembelajaran membaca cerita
anak yang mengarah ke langkah-langkah metode kuantum. Guru secara intensif
membimbing siswa, terutama saat siswa mengalami kesulitan dalam PBM dapat
dilihat dari hasil observasi aktivitas guru dalam PBM meningkat dari 80% pada
siklus II menjadi 91% pada siklus III.
3)
Meningkatnya aktivitas siswa dalam melaksanakan
evaluasi berkontribusi terhadap meningkatnya kemampuan siswa dalam menguasai
materi pembelajaran. Hal ini berdasarkan hasil evaluasi 7,00 pada siklus II
meningkat menjadi 8,50 pada siklus III.
4)
Meningkatnya rata-rata nilai ulangan harian dari 5,48
(ulangan harian siklus I) menjadi 6,53 (ulangan harian siklus II) dan 7,33
(ulangan harian siklus III).
d. Analisis Peningkatan Aktivitas dan Hasil
Belajar Siswa dalam Pembelajaran Membaca Cerita AnakSetelah Digunakan Metode Kuantum
Menganalisis data peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran membaca
cerita anak berdasarkan langkah-langkah metode kuantum menunjukkan ada perubahan yang signifikan. Perubahan dimaksud, sebagai
berikut.
1.
Pada siklus I, aktivitas siswa dalam kelompok dinilai 69%. Hal ini terjadi karena siswa
belum terbiasa belajar secara kelompok berdasarkan langkah-langkah metode
kuantum. Sangat mungkin terjadi sebagai dampak dari guru lebih banyak berdiri
di depan kelas dan kurang memberikan pengarahan kepada siswa bagaimana
melakukan pembelajaran membaca cerita anakberdasarkan langkah-langkah metode
kuantum, sehingga masih ada kelompok
yang belum bisa menyelesaikan tugas dalam waktu yang telah ditentukan, karena
anggota kelompok tersebut kurang serius dalam belajar, dan masih ada kelompok yang kurang mampu dalam
mempresentasikan hasil kegiatan kelompok. Meski demikian kondisi ini dinyatakan
lebih baik daripada aktivitas belajar siswa sebelum diberi perlakuan (metode
kuantum). Seiring dengan meningkatnya aktivitas belajar siswa pada siklus 1,
penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran pun meski masih tergolong kurang, namun tetap
mengalami peningkatan, yakni dari skor
ideal 100, skor perolehan rata-rata hanya mencapai 62 atau 62%.
2.
Pada siklus II, aktivitas belajar siswa dalam PBM membaca
cerita anak sudah mengarah pada langkah-langkah metode kuantum. Siswa mampu
membangun kerja sama dalam kelompok untuk memahami tugas yang diberikan guru.
Siswa mulai mampu berpartisipasi dalam kegiatan dan tepat waktu dalam
melaksanakannya. Siswa mulai mampu mempresentasikan hasil kerja dengan baik.
Hal ini dapat dilihat dari data hasil observasi terhadap aktivitas siswa meningkat
dari 69% pada siklus I menjadi 74% pada siklus II. Hasil evaluasi penguasaan
siswa terhadap materi pembelajaran pada siklus II tergolong sedang, yakni dari nilai skor ideal
100 nilai rerata skor perolehan adalah 70 atau 70%. Sementara berdasarkan hasil
ulangan harian siklus II mengalami peningkatan yang sebelumnya 5,48 menjadi
6,53, yang berarti naik 1,05.
3.
Pada siklus III, aktivitas siswa dalam PBM membaca
cerita anak sudah mengarah pada langkah-langkah metode kuantum. Siswa mampu
membangun kerja sama dalam kelompok untuk memahami tugas yang diberikan guru.
Siswa mulai mampu berpartisipasi dalam kegiatan dan tepat waktu dalam
melaksanakannya. Siswa mulai mampu mempresentasikan hasil kerja. Hal ini dapat
dilihat dari data hasil observasi terhadap aktivitas siswa meningkat dari 74%
pada siklus II menjadi 85% pada siklus III. Meningkatnya kemampuan siswa dalam
menguasai materi pembelajaran. Hal ini berdasarkan hasil evaluasi 7,00 pada
siklus II meningkat menjadi 8,50 pada siklus III. Selain itu meningkatnya hasil
belajar siswa ditunjukkan oleh meningkatnya rata-rata nilai ulangan harian dari
5,48 (ulangan harian siklus I) menjadi 6,53 (ulangan harian siklus II) dan 7,33
(ulangan harian siklus III).
H. Kesimpulan
Setelah membahas hasil penelitian
tindakan kelas dalam pembelajaran membaca cerita anakyang disajikan dengan
menggunakan metode kuantum, akhirnya dapat diambil simpulan guna menjawab pokok
masalah yang menjadi fokus kajian penelitian ini, yaitu sebagai berikut.
1.
Penggunaan metode
kuantum untuk meningkatkan aktivitas dan
hasil belajar siswa dalam pembelajaran membaca cerita anakmenempuh tahapan
berikut: (1) menyusun perencanaan membaca cerita anakberdasarkan langkah-langkah
metode kuantum; (2) melaksanakan pembelajaran membaca cerita anakberdasarkan langkah-langkah
metode kuantum sesuai dengan rencana; (3) mengevaluasi aktivitas dan hasil
belajar siswa; dan (4) menindaklanjuti hasil refleksi terhadap aktivitas dan
hasil belajar siswa berdasarkan observasi dan evaluasi. Proses yang ditempuh
dalam setiap tahapan ini, baik yang dilakukan guru maupun siswa tidak lepas
dari ketentuan yang berlaku, demi tercapainya tujuan yang diharapkan. Aktivitas
belajar siswa bukan saja secara bertahap sesuai dengan norma pembelajaran ini,
tetapi juga hasil yang didapat pun secara bertahap meningkat pula. Siswa
menjadi aktif dan memahami perannya sebagai apa dalam anggota kelompok.
Antarsiswa bukan saja tampak merasa senang dan antusias saat berbagi ide dan
bertanya jawab, tetapi juga santun dalam melakukan hal itu. Itu sebabnya strategi
pembelajaran ini diterapkan dengan menempuh tahap tersebut guna meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar siswa sebagaimana yang diharapkan.
2.
Penggunaan metode kuantum, terbukti dapat meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran membaca cerita anak.
Selain aktivitas belajar siswa terkesan lebih bermakna, potensi aktifnya pun
dalam menggali ide, saling berbagi dan menerima gagasan sehubungan dengan materi
ajar, bertanya jawab dengan teman dan guru, kreatif dalam prakarsa dan tindakan
dengan tidak melukai perasaan satu sama lain, hal ini terjadi pada saat proses
pembelajaran ini berlangsung. Dengan sendirinya, hasil belajar masing-masing siswa
setelah menempuh proses aktivitas belajar secara terlatih ini, meningkat. Hal
ini terbukti dari hasil observasi memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan
aktivitas yang pada siklus I hanya rata-rata 69% menjadi 74% pada siklus
II, dan 85% pada siklus III. Penguasaan
siswa terhadap materi pembelajaran menunjukkan ada peningkatan. Hal ini dapat
ditunjukkan dengan rata-rata hasil ulangan harian, yakni siklus I mencapai 5,48
menjadi 6,53 pada siklus II dan 7,33 pada siklus III. Melalui langkah-langkah metode
kuantum, siswa membangun sendiri pengetahuan, menemukan langkah-langkah dalam
mencari penyelesaian dari suatu materi yang harus dikuasai oleh siswa, baik
secara individu maupun kelompok.
I.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, dkk.1986. Pengajaran Membaca dan Pengelolaan KBM di
Kelas. Jakarta: Depdikbud.
Akhadiah, Sabarti, dkk.
1992/1993.Bahasa Indonesia III.
Jakarta. Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Arikunto, Suharsimi. 2003.
Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
BSNP.2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMP. Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas, 2003.Kegiatan Belajar Mengajar yang Efektif.
Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional.
Husein, Umar. 2003. Metodologi Penelitian dalam Pendidikan.
Jakarta: Rineka Cipta.
Harjasujana, Ahmad Slamet.
1983. Membaca dalam Kehidupan.
Bandung: Geger Sunten.
Iskandarwassid dan
Sunendar, Dadang. 2009. Strategi
Pembelajaran Bahasa. Badnung: Rosda.
Natsir, Idris. 2003. Strategi Pengelolaan KBM. Jakarta: Raja
Grafindo.
Nurhadi .1989.Membaca Cepat dan Efektif. Malang : IKIP
Malang.
Puspowarsito. 2008. Metode Penelitian Ilmiah. Jakarta:
Universitas Negeri Jakarta Press.
Sanjaya, Wina. 2009. Desain Pembelajaran. Bandung : Prenada.
Tim Penyusun Kamus Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia, 2002.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. Depdiknas.
Tarigan, H.G. 2008.Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa.
Yamin, Martinis. 2009. Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan
Pendidikan. Jakarta: Putra Grafika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar