Rabu, 16 Oktober 2013

PENGGUNAAN METODE KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA CERITA ANAK PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 4 KERTAHARJA KECAMATAN CIMERAK, KABUPATEN CIAMIS TAHUN PELAJARAN 2010/2011


A.    Judul
PENGGUNAAN METODE KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA CERITA ANAK PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 4 KERTAHARJA KECAMATAN CIMERAK, KABUPATEN CIAMIS TAHUN PELAJARAN 2010/2011 
B.     Nama Penulis
Mamat Rohimat, A.Ma.Pd
C.    Abstrak dan Kata Kunci
ABSTRAK
Kata Kunci: Aktivitas Belajar dan Hasil Belajar Siswa, Pembelajaran Membaca Cerita Anak, KBM, Metode Kuantum
Penelitian ini bermula dari adanya kesenjangan yang terjadi dalam pembelajaran membaca cerita anak yang telah dilakukan guru dan siswa kelas VI SD Negeri 04 Kertaharja, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis.Kesenjangan dimaksud, yakni aktivitas dan hasil belajar siswa di kelas ini, masih jauh dari yang diharapkan.Hal ini disebabkan oleh penggunaan metode yang kurang tepat. Untuk mengatasi masalah tersebut, digunakan metode kolaborasi . Adapun pokok masalah yang diajukan dalam penelitian ini, yaitu: (1) Bagaimana langkah-langkah menggunakan metode kuantum untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran membaca cerita anak?, dan (2) Apakah penggunaan metode kuantum dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran membaca cerita anak? Prosedur yang akan ditempuh untuk membuktikan tepat tidaknya solusi tersebut, adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian tersebut, dilaksanakan dalam dua siklus.Setiap siklusnya menempuh tahapan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.Setelah melakukan penelitian ini dapat diambil simpulan bahwa penggunaan metode kuantum dalam pembelajaran membaca cerita anakdapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri 4 Kertaharja, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis, Tahun Pelajaran 2010/2011.Adanya peningkatan tersebut, tidak lepas dari upaya sekemampuan guru, baik dalam merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi kemampuan siswa dalam pembelajaran, dan menindaklanjuti hasilnya agar diperoleh peningkatan yang lebih baik.
D.    Pendahuluan
a.      Latar Belakang Masalah
Kemampuan membaca bagi siswa, sangatlah penting. Dengan membaca, siswa akan memperoleh ilmu pengetahuan dan pengalaman tertentu. Siswa yang berkemampuan membaca, akan mampu menjawab setiap persoalan terkait dengan berbagai mata pelajaran pokok di sekolah. Bahkan, dengan berbekal kemampuan ini, siswa pun akan mampu hidup bersosial dengan baik di masyarakat. Berbeda dengan siswa yang kurang memiliki kemampuan ini, setiap menghadapi persoalan biasanya menghindar dan bahkan ada kecenderungan sering menutup diri, baik dalam lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, maupun lingkungan masyarakat.
Dengan mengetahui situasi di atas, setiap guru di sekolah berkewajiban untuk selalu mengingatkan para siswanya agar memiliki kebiasaan membaca yang baik. Selain itu, guru pun harus berusaha meningkatkan kemampuan membaca mereka melalui berbagai upaya strategis, termasuk di dalamnya memberi contoh cara membaca yang efektif, selalu mengelola pembelajaran yang di dalamnya terdapat pembagian waktu untuk membaca bagi siswa, dan upaya lainnya, seperti memanfaatkan perpustakaan sekolah dan memberi tugas untuk membaca di rumah. Melalui upaya tersebut, cepat atau lambat akan membentuk kebiasaan siswa untuk selalu membaca dengan baik.
Selain itu, siswa pun harus sadar terhadap tuntutan ini. Tanpa adanya kesadaran dari siswa untuk membaca, kiranya upaya guru akan sia-sia. Sadar akan hal itu sangat penting, luangkanlah waktu untuk membaca. Bacalah sesuatu yang baik dan menguntungkan, seperti membaca berbagai buku di perpustakaan, membaca majalah pendidikan, membaca surat kabar dan yang sejenisnya. Jika hal ini dapat dilakukan siswa dengan sebaik-baiknya, niscaya akan diperoleh informasi yang dibutuhkan terkait dengan tujuan membacanya.
Sudah sejauh mana upaya di atas dapat dilakukan guru dan siswa Kelas VI SD Negeri 4 Kertaharja, kiranya untuk mengetahui hal ini sedikit banyaknya diperoleh gambaran dari hasil evaluasi pembelajaran membaca cerita anak.Berdasarkan hasil evaluasi tersebut, 18 orang siswa (75%) dinyatakan kurang mampu menentukan karakter tokoh dengan bukti yang meyakinkan.Selain itu, mereka pun kurang mampu menentukan latar, dan temanya dengan bukti yang faktual.Sementara itu, siswa yang lainnya dinyatakan cukup mampu memenuhi setiap tuntutan tersebut.Kondisi seperti ini, sangat mungkin terjadi pula dalam pembelajaran membaca yang lain, baik pada siswa di kelas ini maupun siswa di kelas VI lainnya.
Kekurangberhasilan sebagian siswa di kelas itu dalam memenuhi setiap tuntutan pembelajaran membaca tersebut, tidak lepas dari upaya yang dilakukan guru mata pelajaran bahasa Indonesia.Sehubungan dengan hal ini Yamin (2009: 72) dan Sanjaya (2009: 51) mengemukakan bahwa “Keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran, sangat ditentukan oleh upaya guru dan siswa terkait. Apabila satu sama lain saling berupaya dengan baik, niscaya akan mencapai suatu keberhasilan yang diinginkan”. Di antara upaya guru tersebut terdapat penggunaan strategi yang akan memengaruhi setiap gerak langkahnya ketika mengelola proses pembelajaran bagi siswa. Menurut Sanjaya (2009: 53) “Apabila proses pembelajaran yang dikelola guru bermakna bagi seluruh siswa, kemungkinan yang akan terjadi bukan hanya mereka akan belajar memenuhi setiap tuntutan, tetapi juga mereka akan sampai pada tujuan yang diinginkan”. Sepertinya, kondisi yang dianjurkan oleh ahli tersebut tidak terjadi dalam pengelolaan proses pembelajaran membaca cerita anak yang telah diselenggarakan guru dan siswa Kelas VI SD Negeri 4 Kertaharja. Sebab itulah yang telah memberikan dampak kurang baik terhadap proses belajar siswa, yang akibatnya bagi sebagian besar siswa di kelas ini kurang mampu memenuhi setiap tuntutan tersebut.
Untuk membuktikan kebenaran adanya dugaan masalah di atas, perlu dilakukan suatu penelitian dan solusi yang tepat guna mengatasinya.Atas dasar itu yang telah mendorong kepada penulis untuk mengadakan penelitian dan mengupayakan solusinya dengan menggunakan metode kuantum.
b.      Identifikasi Masalah
Bertolak dari gambaran permasalahan yang telah diuraikan pada latar belakang di atas, masalah yang terjadi dalam pembelajaranmembaca cerita anakyang telah diselenggarakan oleh guru dan siswa Kelas VI SD Negeri 4 Kertaharja dapat diidentifikasi sebagai berikut.
1.      Aktivitas belajar siswa Kelas VI SD Negeri 4 Kertaharja dalam mengikuti pembelajaran membaca cerita anak terkesan kurang bermakna, dan ini telah menyebabkan sulitnya pemahaman siswa terhadap materi ajar yang digunakan sebagai media untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
2.      Kemampuan sebagian besar siswa Kelas VI SD Negeri 4 Kertaharja setelah mengikuti pembelajaran membaca cerita anak, kurang mencapai harapan.
c.       Rumusan Masalah
 Berdasarkan hasil identifikasi masalah di atas, apa yang menjadi pokok masalah penelitian ini dapat dirumuskan dalam dua pertanyaan sebagai berikut.
1.      Bagaimana langkah-langkah penggunaan metode kuantum untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar dalam pembelajaran membaca cerita anak pada siswa kelas VI SD Negeri 4 Kertaharja?
2.      Apakah penggunaan metode kuantum dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri 4 Kertaharja dalam pembelajaran membaca cerita anak?
d.      Cara Pemecahan Masalah
Seperti telah dikemukakan pada uraian latar belakang masalah di atas, bahwa untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi guru dan siswa kelas VI SD Negeri 4 Kertaharja dalam pembelajaran membaca cerita anak, yaitu akan digunakan metode kuantum. Besar harapan melalui penggunaan metode tersebut memberi dampak positif pada terciptanya kegiatan belajar mengajar yang diinginkan.
e.       Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan yang dirumuskan dalam penelitian ini, kebenarannya perlu dibuktikan melalui data empiris di lapangan.Adapun hipotesis dimaksud, sebagai berikut “Penggunaan metode kuantum dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri 4 Kertaharja dalam pembelajaran membaca cerita anak”.

f.       Tujuan Penelitian
1.      Guru kelas VI SD Negeri 4 Kertaharja dapat memperbaiki kinerjanya dalam mengelola proses pembelajaran membaca cerita anakberdasarkan langkah-langkah metode kuantum.
2.      Siswa dapat memperbaiki proses belajarnya menjadi lebih aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan, sertahasil belajarnya mencapai target yang diharapkan.
3.      Untuk memperoleh metode yang tepat guna menunjang keberhasilan pembelajaran membaca cerita anak pada siswa kelas VI SD Negeri 4 Kertaharja.
4.      Untuk meningkatkan kualitas pengelolaan proses pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia di SD Negeri 4 Kertaharja, khususnya di kelas VI. 

E.     Kajian Pustaka
a.      Tuntutan dalam Pembelajaran Membaca Cerita Anak
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Kelas VISD untuk Mata Pelajaran Bahasa Indonesia pada semester II terdapat suatu tuntutan yang harus dipenuhi siswa, yaitu membaca sebuah cerita dan menjelaskan tokoh, latar, serta temanya dengan baik.
Untuk mampu memenuhi tuntutan di atas, setiap siswa harus membaca pemahaman, agar dapat menemukan setiap tuntutan tersebut dengan benar.Hal ini sangat mungkin dapat dipenuhi oleh setiap siswa, tentunya dengan catatan penuh keseriusan pada saat membacanya.Selain itu, persiapkan catatan kecil untuk merekomendasikan fakta yang mendukung, agar setiap indikator yang dipenuhi dapat disertai bukti yang benar.
b.      Metode Kuantum
Dalam pembelajaran PAKEM berlandaskan metode kuantum terdapat langkah-langkah yang menjamin siswa menjadi tertarik dan berminat pada setiap tuntutan pembelajaran membaca cerita anak.Di kerangka ini juga dapat dipastikan bahwa siswa mengalami pembelajaran, berlatih, menjadikan isi pelajaran nyata bagi siswa sendiri, dan mencapai sukses.Kerangka perancangan pembelajaran membaca cerita anak berorientasi PAKEM yang berlandaskan metode kuantum dinamakan dengan istilah TANDUR (Porter dalam Rusman, 2010: 331), yang berarti sebagai berikut.
Tumbuhkan      : Sertakan diri mereka, pikat mereka, puaskan dengan AMBAK (Apa Manfaatnya Bagi Ku/Siswa).  
Alami        : Berikan mereka pengalaman belajar untuk mengalaminya sendiri.
Namai              : Berikan “data” secara tepat ketika minat siswa memuncak.
Demonstrasikan : Berikan kesempatan kepada mereka untuk mengaitkan pengalaman dengan data baru, sehingga mereka menghayati dan membuatnya sebagai pengalaman pribadi.
Ulangi             : Rekatkan gambaran keseluruhannya dengan retensi.
Rayakan               : Perayaan menambatkan belajar dengan asosiasi positif. Berikan penghargaan atas prestasi yang positif, sehingga terus diulangi.
      Oleh karena itu, pembelajaran membaca cerita anak berorientasi PAKEM yang berlandaskan metode kuantum ini memuat tujuan-tujuan yang kemudian menjadi tujuan pokok dalam suatu proses pembelajaran untuk siswa, yaitu meningkatkan partisipasi siswa, meningkatkan motivasi dan minat belajar siswa, meningkatkan daya ingat siswa, meningkatkan rasa kebersamaan antarsiswa, meningkatkan daya dengar siswa, dan meningkatkan kehalusan perilaku siswa. Tujuan-tujuan pokok tersebut diharapkan dapat mengubah nuansa pembelajaran antara guru dan siswa, yang sebelumnya satu arah menjadi dua arah, yang sebelumnya menakutkan menjadi menyenangkan.
Pembelajaran berorientasi PAKEM yang berlandaskan metode kuantum memiliki beberapa keunggulan, seperti dikemukakan Rusman (2010: 335), dengan rincian sebagai berikut.
1.      Memberikan kesempatan secara luas kepada siswa untuk berpartisipasi dalam pembelajaran.
2.      Memberikan kesempatan secara luas kepada siswa untuk beraktivitas secara aktif dalam pembelajaran.
3.      Memberikan kesempatan secara luas kepada siswa untuk berpikir dan bertindak secara kreatif dalam pembelajaran.
4.      Memberikan kesempatan secara luas kepada siswa untuk belajar secara efektif mempelajari isi pelajaran.
5.      Mengajak siswa untuk belajar secara menyenangkan melalui pengembangan kreativitas nyata dalam pembelajaran.

Melalui uraian di atas, diperoleh suatu gambaran tentang keunggulan pembelajaran berorientasi PAKEM yang berlandaskan metode kuantum, yakni meningkatkan partisipasi siswa, meningkatkan keaktipan siswa, meningkatkan kreativitas siswa, meningkatkan kemampuan efektif belajar siswa, dan membuat siswa senang dalam belajar.
Selain terdapat keunggulan, juga terdapat suatu kelemahan, tetapi tidak begitu banyak, seperti dikemukakan Rusman (2010: 335), yakni “Tidak banyak kelemahan dalam pembelajaran PAKEM model kuantum, yakni tidak semua siswa dapat berpartisipasi, belajar secara aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan, dan ini perlu penanganan secara khusus dari guru”.


F.     Metodologi Penelitian
a.      Metode Penelitian
Dalam penelitian ini akan digunakan metode penelitian tindakan kelas (action research classroom). Mengenai metode penelitian ini, Syamsuddin dan Damaianti (2009: 221) mengemukakan sebagai berikut.
Penelitian tindakan kelas merupakan upaya mengujicobakan ide-ide ke dalam praktik pembelajaran untuk memperbaiki atau mengubah sesuatu agar memperoleh dampak nyata dari situasi.Penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk penelitian refleksi diri yang secara kolektif dilakukan peneliti dalam situasi social untuk meningkatkan penalaran dan keadilan praktik pendidikan dan sosial mereka, serta pemahaman mereka mengenai praktik ini dan terhadap situasi tempat dilakukan praktik-praktik ini.
Berdasarkan pendapat ahli di atas, diperoleh suatu gambaran tentang metode penelitian tindakan kelas. Dalam penelitian tindakan kelas, guru tidak sekedar mengajar, karena kegiatan ini mempunyai makna sadar dan kritis terhadap mengajar, dan menggunakan kesadaran kritis terhadap dirinya sendiri, terhadap proses perubahan dan perbaikan proses pembelajaran. Melalui penelitian tindakan kelas, guru akan terdorong untuk berani bertindak dan berpikir kritis dalam mengembangkan teori dan rasional bagi diri sendiri, dan bertanggung jawab mengenai pelaksanaan tugasnya secara profesional.
b.      Desain Penelitian
Desain penelitian ini menggunakan model Elliot (dalam Syamsuddin dan Damaianti, 2009: 221), yang dilaksanakan dalam tiga siklus.Implementasi desain tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.

Berdasarkan ilustrasi gambar di atas, dalam setiap siklus penelitian ini terdapat empat tahapan, yakni: (1) merencanakan tindakan, (2) melaksanakan tindakan, (3) memantau pelaksanaan tindakan, dan (4) merefleksi hasil pelaksanaan tindakan. Seandainya saja dalam tiga siklus tersebut masih terdapat siswa yang belum meningkat kemampuannya sesuai dengan target, maka penelitian dilanjutkan ke siklus empat.Siklus penelitian ini dinyatakan berakhir setelah seluruh siswa mencapai tarap peningkatan kemampuan yang telah ditetapkan.
c.       Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini menempuh tiga tahapan, yakni tahapan prapenelitian, tahapan pelaksanaan penelitian, dan tahapan membuat laporan hasil penelitian secara tertulis dan pertanggungjawaban hasilnya di hadapan sidang penguji.Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam setiap tahapan tersebut, sebagai berikut.
1.    Tahap Prapenelitian
Langkah-langkah pada tahap prapenelitian, meliputi:
                              1)      Penulis mengadakan koordinasi dengan pihak sekolah untuk menentukan para peserta dan menetapkan waktu pelaksanaan penelitian atas seizin kepala sekolah;
                              2)      penulis dan guru teman sejawat mengadakan diskusi di luar jam pelajaran untuk menetapkan tugas masing-masing;
                              3)      penulis dan guru teman sejawat merencanakan jumlah siklus KBM membaca cerita anak yang disajikan dengan menggunakan metode kuantum;
                              4)      penulis dan guru teman sejawat menyusun instrumen untuk menunjang pelaksanaan setiap siklus KBM membaca cerita anak yang disajikan dengan menggunakan metode kuantum, seperti: (1) Rencana Pelaksanaan Pembalajaran (RPP) secara tertulis, dan (2) lembar pengamatan aktivitas guru dan siswa dalam KBM.
2.    Tahap Pelaksanaan Penelitian
Langkah-langkah pada tahap pelaksanaan penelitian, meliputi:
                              1)      penulis dan siswa kelas VI SD Negeri 4 Kertaharja melaksanakan setiap siklus  KBM membaca cerita anak yang disajikan dengan menggunakan metode kuantum, tepat pada waktu yang telah ditentukan;
                              2)      guru teman sejawat mengamati, mencatat, dan menilai aktivitas penulis dan siswa kelas VI SD Negeri 4 Kertaharja yang sedang melaksanakan setiap siklus  KBM membaca cerita anak yang disajikan dengan menggunakan metode kuantum, yang dituangkan dalam lembar observasi;
                              3)      penulis dan guru teman sejawat melakukan refleksi terhadap hasil pelaksanaan setiap siklus  KBM membaca cerita anak yang disajikan dengan menggunakan metode kuantum.

d.      Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian ini berlangsung, yakni di kelas VI SD Negeri Kertaharja, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis.Waktu pelaksanaannya pada semester 2 tahun pelajaran 2010/2011. Pelaksanaannya mengikuti jadwal mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas VI yang sudah ditetapkan sekolah. Penelitian ini dimulai pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2010.
e.       Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Ada beberapa teknik dan instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini.Teknik-teknik dan isntrumen-instrumen dimaksud, sebagai berikut.
1.      Teknik observasi digunakan untuk memperoleh data tentang aktivitas guru dan siswa dalam setiap siklus KBM membaca cerita anak yang disajikan dengan menggunakan metode kuantum. Instrumen yang digunakan untuk teknik ini, yaitu lembar observasi.
2.      Teknik tes digunakan untuk memperoleh data hasil belajar siswa dalamsetiap siklus KBM membaca cerita anak yang disajikan dengan menggunakan metode kuantumyang menunjukkan kemampuannya dalam menentukan tokoh, latar, dan tema cerita anak yang dibaca. Instrumen yang digunakan untuk teknik ini, yaitu lembar tes.
3.      Teknik wawancara digunakan untuk memperoleh data tentang hal-hal yang dirasakan guru dan siswa dalam setiap siklus KBM dalam setiap siklus KBM membaca cerita anak yang disajikan dengan menggunakan metode kuantum. Instrumen yang digunakan untuk teknik ini, yaitu lembar wawancara.
4.      Teknik dokumentasi digunakan untuk memperoleh data tentang dokumen-dokumen yang berhubungan dengan setiap siklus KBM dalam setiap siklus KBM membaca cerita anak yang disajikan dengan menggunakan metode kuantum. Instrumen yang digunakan untuk teknik ini, yaitu dokumentasi RPP secara tertulis untuk setiap siklus dan poto KBM setiap siklus.
5.      Teknik diskusi digunakan dalam rangka mengumpulkan data hasil repleksi setiap siklus KBM dalam setiap siklus KBM membaca cerita anak yang disajikan dengan menggunakan metode kuantum. Instrumen yang digunakan untuk teknik ini, yaitu lembar diskusi yang berisi hal-hal yang harus didiskusikan pada tahap refleksi.
f.     Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh melalui berbagai teknik dan instrumen penelitian, belum berarti apa pun bagi pokok masalah yang diteliti. Data tersebut harus dianalisis dengan menggunakan teknik yang telah ditentukan. Adapun langkah-langkah dari teknik menganalisis data tersebut, sebagai berikut.
1.      Datalangkah-langkah penggunaan metode kuantum untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran membaca cerita anak, dianalisis dengan menggunakan kriteria pelaksanaan KBM berdasarkan langkah-langkah pembelajaran PAKEM model kuantum. Hasil analisis terhadap data tersebut, dideskripsikan dan diambil simpulan guna menjawab masalah pertama yang diajukan dalam penelitian ini.
2.      Data peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam dalam setiap siklus KBM membaca cerita anak yang disajikan dengan menggunakan metode kuantumdianalisis dengan menggunakan kriteria yang sudah ditentukan. Hasil analisisnya, kemudian dideskripsikan dan diambil simpulan guna membuktikan kebenaran hipotesis tindakan serta untuk menjawab masalah kedua yang diajukan dalam penelitian ini.

G.    Hasil Penelitian dan Pembahasan
a.      Siklus I
Pada siklus I, guru dan siswa, serta teman sejawat terlibat secara aktif dalam empat tahapan berikut:(1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi, dan (4) refleksi serta perencanaan ulang. Keempat tahapan tersebut dapat dijelaskan, seperti berikut.
1.      Perencanaan
Tahap perencanaan  tindakan siklus 1, menempuh langkah-langkah sebagai berikut.
1)      Tim peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa melalui langkah-langkah metode kuantum.
2)      Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran membaca cerita anakyang disajikan dengan menggunakan metode kuantum.
3)      Membuat lembar kerja siswa.
4)      Membuat instrumen yang digunakan dalam PTK siklus 1.
5)      Menyusun alat evaluasi pembelajaran.

2.      Pelaksanaan
Pada saat awal siklus I, pelaksanaan tindakan belum sesuai dengan rencana.Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan berikut.
1)      Sebagian besar siswa belum terbiasa dengan kondisi belajar berdasarkan langkah-langkah metode kuantum.
2)      Sebagian kecil siswa cukup memahami langkah-langkah belajar berdasarkan metode kuantum.
Untuk mengatasi masalah di atas dilakukan upaya sebagai berikut.
1)      Guru, secara intensif memberi pengertian kepada siswa mengenai kondisi belajar berdasarkan langkah-langkah metode kuantum.
2)      Guru membantusiswa yang belum memahami langkah-langkah belajar berdasarkan metode kuantum.
Pada akhir siklus I dari hasil pengamatan guru dan kolaborasi dengan teman sejawat dapat disimpulkan sebagai berikut.
1)      Siswa mulai terbiasa dengan kondisi belajar berdasarkan langkah-langkah metode kuantum.
2)      Siswa mulai merasa senang dengan cara belajar membaca cerita anakberdasarkan langkah-langkah metode kuantum.
3)      Siswa mampu menyimpulkan bahwabelajar membaca membaca cerita anakberdasarkan langkah-langkah metode kuantum memiliki langkah-langkah tertentu.
3.      Observasi dan Evaluasi
Hasil observasi dan evaluasi pada siklus I diperoleh gambaran sebagai berikut.
                                          1)      Hasil observasi aktivitas siswa dalam PBM selama siklus I dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1Perolehan Skor Aktivitas Siswa dalam PBM Siklus I
Kelompok
Skor Perolehan
Skor Ideal
Persentase
Keterangan
Kuantum 1
11
16
69

Kuantum 2
12
16
75

Kuantum 3
14
16
88
Tertinggi
Kuantum 4
10
16
63

Kuantum 5
8
16
50
Terendah
Kuantum 6
10
16
63

Kuantum 7
11
16
69

Kuantum 8
12
16
75

Rerata
11
16
69

                                          2)      Hasil observasi siklus I tentang aktivitas guru dalam PBM
Hasil observasi aktivitas guru dalam kegiatan belajar mengajar pada siklus I masih tergolong rendah dengan perolehan skor 27 atau 61,36%, sedangkan skor idealnya adalah 44. Hal ini terjadi karena lebih banyak berdiri di depan kelas dan kurang memberikan pengarahan kepada siswa bagaimana melakukan kegiatan membaca cerita anakberdasarkan langkah-langkah metode kuantum.
                                          3)      Hasil evaluasi siklus I, kemampuan siswa dalam menguasai materi pembelajaran
Selain aktivitas guru dalam PBM, penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran pun masih tergolong kurang.Dari skor ideal 100, skor perolehan rata-rata hanya mencapai 62 atau 62%.









Grafik 1 Perolehan Skor Aktivitas Siswa
dalam PBM Siklus I

4.      Refleksi dan Perencanaan Ulang
Adapun keberhasilan dan kegagalan yang terjadi pada siklus 1, sebagai berikut.
1)      Guru belum terbiasa menciptakan suasana pembelajaran membaca cerita anakberdasarkan langkah-langkah metode kuantum. Hal ini diperoleh dari hasil observasi terhadap aktivitas guru dalam PBM hanya mencapai 61,36%.
2)      Sebagian siswa mulai terbiasa dengan kondisi belajar membaca cerita anak berdasarkan langkah-langkah metode kuantum. Mereka merasa senang dan antusias dalam belajar. Hal ini bisa dilihat dari hasil observasi terhadap aktivitas siswa dalam PBM hanya mencapai 69%.
3)      Hasil evaluasi pada siklus 1 mencapai rata-rata 6,20.
4)      Masih ada kelompok yang belum bisa menyelesaikan tugas dalam waktu yang telah ditentukan. Hal ini karena anggota kelompok tersebut kurang serius dalam belajar.
5)      Masih ada kelompok yang kurang mampu dalam mempresentasikan hasil kegiatan kelompok.
Untuk memperbaiki kelemahan dan mempertahankan keberhasilan yang telah dicapai pada siklus I, maka pada pelaksanaan siklus II dapat dibuat perencanaan sebagai berikut.
1)      Memberikan motivasi kepada kelompok agar lebih aktif lagi dalam merespon tuntutan pembelajaran.
2)      Lebih intensif membimbing kelompok yang mengalami kesulitan.
3)      Memberi pengakuan atau penghargaan (reward).
b.      Siklus II
Seperti pada siklus I, siklus II terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, observasi, refleksi dan perencanaan ulang.Lebih jelasnya mengenai hal itu, sebagai berikut.
1.      Perencanaan
Perencanaan  pada siklus II didasarkan pada hasil refleksi siklus I, yakni sebagai berikut.
1)      Memberikan motivasi kepada kelompok agar lebih aktif lagi dalam merespon tuntutan pembelajaran.
2)      Lebih intensif membimbing kelompok yang mengalami kesulitan.
3)      Memberi pengakuan atau penghargaan (reward).
4)      Membuat perangkat pembelajaran yang lebih mudah dipahami oleh siswa.
2.      Pelaksanaan (Acting)
Pelaksanaan tindakan siklus II didasarkan pada rencana sebagai konsekuensi hasil dari refleksi siklus I. Adapun langkah-langkah yang ditempuh, sebagai berikut.
1)      Suasana sudah mengarah pada proses pembelajaran membaca cerita anakberdasarkan langkah-langkah metode kuantum. Tugas yang diberikan guru kepada kelompok dengan menggunakan lembar kerja akademik mampu dikerjakan dengan baik. Siswa dalam satu kelompok menunjukkan saling membantu untuk menguasai materi pelajaran yang telah diberikan melalui tanya jawab atau diskusi antarsesama anggota kelompok.
2)      Sebagian besar siswa merasa termotivasi untuk bertanya dan menanggapi suatu presentasi dari kelompok lain.
3)      Suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan sudah mulai tercipta.

3.      Observasi dan Evaluasi
Hasil observasi dan evaluasi pelaksanaan tindakan siklus II menunjukkan perubahan yang lebih baik daripada siklus I. Jelasnya mengenai hal itu, sebagai berikut.
1)      Hasil observasi aktivitas siswa dalam PBM selama siklus II dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2 Aktivitas Siswa dalam Kelompok pada Siklus II
Kelompok
Skor Perolehan
Skor Ideal
Persentase
Keterangan
Kuantum 1
12
16
75

Kuantum 2
13
16
81

Kuantum 3
14
16
88
Tertinggi
Kuantum 4
11
16
69

Kuantum 5
10
16
63
Terendah
Kuantum 6
11
16
69

Kuantum 7
12
16
75

Kuantum 8
13
16
75

Rerata
12
16
74


Grafik 2 Perolehan Skor Aktivitas Siswa
dalam PBM Siklus II
2)      Hasil observasi aktivitas guru dalam PBM pada siklus II tergolong sedang. Hal ini berarti mengalami perbaikan dari siklus I. Dari skor ideal 44, nilai yang diperoleh adalah 35 atau 80%.
3)      Hasil evaluasi kemampuan siswa dalam menguasai materi pembelajaran pada siklus II juga tergolong sedang, yakni dari nilai skor ideal 100 nilai rerata skor perolehan adalah 70 atau 70%.
4)      Hasil ulangan harian siklus II mengalami peningkatan yang sebelumnya 5,48 menjadi 6,53. Ini berarti naik 1,05.
4.      Refleksi dan Perencanaan Ulang
Adapun keberhasilan yang diperoleh selama siklus II ini, sebagai berikut.
1)      Aktivitas siswa dalam PBM membaca cerita anak sudah mengarah ke langkah-langkah metode kuantum. Siswa mampu membangun kerja sama dalam kelompok untuk memahami tugas yang diberikan guru. Siswa mulai mampu berpartisipasi dalam kegiatan dan tepat waktu dalam melaksanakannya. Siswa mulai mampu mempresentasikan hasil kerja dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari data hasil observasi terhadap aktivitas siswa meningkat dari 69% pada siklus 1 menjadi 74% pada siklus 2.
2)      Meningkatnya aktivitas siswa dalam PBM membaca cerita anakberdasarkan langkah-langkah metode kuantumdidukung oleh meningkatnya aktivitas guru dalam mempertahankan dan meningkatkan suasana pembelajaran membaca cerita anak yang mengarah pada langkah-langkah metode kuantum. Guru secara intensif membimbing siswa saat mengalami kesulitan dalam PBM. Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi aktivitas guru dalam PBM meningkat dari 61,36% pada siklus I menjadi 80% pada siklus II.
3)      Meningkatnya aktivitas siswa dalam melaksanakan evaluasi berdampak pada meningkatnya kemampuan siswa dalam menguasai materi pembelajaran. Hal ini berdasarkan hasil evaluasi 6,20 pada siklus I meningkat menjadi 7,00 pada siklus II.
4)      Meningkatnya rata-rata nilai ulangan harian pada siklus II menjadi 6,53.
c.       Siklus III
1.      Perencanaan
Perencanaan  pada siklus III berdasarkan hasil refleksi siklus II, yaitu sebagai berikut.
1)      Memberikan motivasi kepada kelompok agar lebih aktif lagi dalam merespon tuntutan pembelajaran.
2)      Lebih intensif membimbing kelompok yang mengalami kesulitan.
3)      Memberi pengakuan atau penghargaan (reward).
4)      Membuat perangkat pembelajaran membaca cerita anakberdasarkan langkah-langkah metode kuantumyang lebih baik lagi agar makin mudah dipahami oleh siswa.
2.      Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan siklus III didasarkan pada rencana sebagai konsekuensi hasil dari refleksi siklus II. Adapun langkah-langkah yang ditempuh, sebagai berikut.
1)      Suasana pembelajaran membaca cerita anak sudah lebih mengarah pada langkah-langkah metode kuantum. Tugas yang diberikan guru kepada kelompok dengan menggunakan lembar kerja akademik mampu dikerjakan dengan lebih baik lagi. Siswa dalam satu kelompok menunjukkan saling membantu untuk menguasai materi pelajaran yang telah diberikan melalui tanya jawab atau diskusi antarsesama anggota kelompok. Siswa kelihatan lebih antusias mengikuti PBM.
2)      Hampir semua siswa merasa termotivasi untuk bertanya dan menanggapi suatu presentasi dari kelompok lain.
3)      Suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan sudah lebih tercipta.
3.      Observasi dan Evaluasi
Hasil observasi selama siklus III dapat dilihat seperti pada uraian berikut.
1)      Hasil observasi aktivitas siswa dalam PBM menulis karya tulis sederhana dengan menggunakan berbagai sumberpada siklus 3 tertuang pada tabel berikut.
Tabel 3Perolehan Skor Aktivitas Siswa dalam PBM Siklus III
Kelompok
Skor Perolehan
Skor Ideal
Persentase
Keterangan
Kuantum 1
14
16
88

Kuantum 2
14
16
88

Kuantum 3
15
16
94
Tertinggi
Kuantum 4
13
16
81

Kuantum 5
12
16
75
Terendah
Kuantum 6
13
16
81

Kuantum 7
14
16
88

Kuantum 8
14
16
88

Rerata
12
16
85


Grafik 3 Perolehan Skor Aktivitas Siswa
dalam PBM Siklus III
2)      Hasil observasi siklus III pada aktivitas guru dalam PBM mendapat rerata nilai perolehan 40 dari skor ideal 44 atau 91%. Hal ini berarti menunjukkan adanya peningkatan yang sangat signifikan.
3)      Hasil evaluasi siklus III penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran membaca cerita anakberdasarkan langkah-langkah metode kuantum memiliki nilai rerata 85 atau 85% dari skor ideal 100. Hal ini menunjukkan penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran tergolong tinggi.
4)      Hasil ulangan harian ketiga mengalami peningkatan yang cukup berarti, yakni 7,60, sedangkan sebelumnya 5,48 pada siklus I dan pada siklus II  6,53.
4.      Refleksi
Adapun keberhasilan yang diperoleh selama siklus 3, sebagai berikut.
1)      Aktivitas siswa dalam PBM membaca cerita anak sudah mengarah ke langkah-langkah metode kuantum.Siswa mampu membangun kerja sama dalam kelompok untuk memahami tugas yang diberikan guru. Siswa mulai mampu berpartisipasi dalam kegiatan dan tepat waktu dalam melaksanakannya. Siswa mulai mampu mempresentasikan hasil kerja. Hal ini dapat dilihat dari data hasil observasi terhadap aktivitas siswa meningkat dari 74% pada siklus II menjadi 85% pada siklus III.
2)      Meningkatnya aktivitas siswa dalam PBM membaca cerita anak dengan menggunakan metode kuantum didukung oleh meningkatnya aktivitas guru dalam mempertahankan dan meningkatkan suasana pembelajaran membaca cerita anak yang mengarah ke langkah-langkah metode kuantum. Guru secara intensif membimbing siswa, terutama saat siswa mengalami kesulitan dalam PBM dapat dilihat dari hasil observasi aktivitas guru dalam PBM meningkat dari 80% pada siklus II menjadi 91% pada siklus III.
3)      Meningkatnya aktivitas siswa dalam melaksanakan evaluasi berkontribusi terhadap meningkatnya kemampuan siswa dalam menguasai materi pembelajaran. Hal ini berdasarkan hasil evaluasi 7,00 pada siklus II meningkat menjadi 8,50 pada siklus III.
4)      Meningkatnya rata-rata nilai ulangan harian dari 5,48 (ulangan harian siklus I) menjadi 6,53 (ulangan harian siklus II) dan 7,33 (ulangan harian siklus III).
d.      Analisis Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Membaca Cerita AnakSetelah Digunakan Metode Kuantum 
Menganalisis data peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran membaca cerita anak berdasarkan langkah-langkah metode kuantum menunjukkan ada perubahan yang signifikan. Perubahan dimaksud, sebagai berikut.
            1.      Pada siklus I, aktivitas siswa dalam kelompok  dinilai 69%. Hal ini terjadi karena siswa belum terbiasa belajar secara kelompok berdasarkan langkah-langkah metode kuantum. Sangat mungkin terjadi sebagai dampak dari guru lebih banyak berdiri di depan kelas dan kurang memberikan pengarahan kepada siswa bagaimana melakukan pembelajaran membaca cerita anakberdasarkan langkah-langkah metode kuantum, sehingga masih ada kelompok yang belum bisa menyelesaikan tugas dalam waktu yang telah ditentukan, karena anggota kelompok tersebut kurang serius dalam belajar, dan  masih ada kelompok yang kurang mampu dalam mempresentasikan hasil kegiatan kelompok. Meski demikian kondisi ini dinyatakan lebih baik daripada aktivitas belajar siswa sebelum diberi perlakuan (metode kuantum). Seiring dengan meningkatnya aktivitas belajar siswa pada siklus 1, penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran pun  meski masih tergolong kurang, namun tetap mengalami peningkatan, yakni  dari skor ideal 100, skor perolehan rata-rata hanya mencapai 62 atau 62%.
            2.      Pada siklus II, aktivitas belajar siswa dalam PBM membaca cerita anak sudah mengarah pada langkah-langkah metode kuantum. Siswa mampu membangun kerja sama dalam kelompok untuk memahami tugas yang diberikan guru. Siswa mulai mampu berpartisipasi dalam kegiatan dan tepat waktu dalam melaksanakannya. Siswa mulai mampu mempresentasikan hasil kerja dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari data hasil observasi terhadap aktivitas siswa meningkat dari 69% pada siklus I menjadi 74% pada siklus II. Hasil evaluasi penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran pada siklus II  tergolong sedang, yakni dari nilai skor ideal 100 nilai rerata skor perolehan adalah 70 atau 70%. Sementara berdasarkan hasil ulangan harian siklus II mengalami peningkatan yang sebelumnya 5,48 menjadi 6,53, yang  berarti naik 1,05.
            3.      Pada siklus III, aktivitas siswa dalam PBM membaca cerita anak sudah mengarah pada langkah-langkah metode kuantum. Siswa mampu membangun kerja sama dalam kelompok untuk memahami tugas yang diberikan guru. Siswa mulai mampu berpartisipasi dalam kegiatan dan tepat waktu dalam melaksanakannya. Siswa mulai mampu mempresentasikan hasil kerja. Hal ini dapat dilihat dari data hasil observasi terhadap aktivitas siswa meningkat dari 74% pada siklus II menjadi 85% pada siklus III. Meningkatnya kemampuan siswa dalam menguasai materi pembelajaran. Hal ini berdasarkan hasil evaluasi 7,00 pada siklus II meningkat menjadi 8,50 pada siklus III. Selain itu meningkatnya hasil belajar siswa ditunjukkan oleh meningkatnya rata-rata nilai ulangan harian dari 5,48 (ulangan harian siklus I) menjadi 6,53 (ulangan harian siklus II) dan 7,33 (ulangan harian siklus III).   

H.    Kesimpulan
Setelah membahas hasil penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran membaca cerita anakyang disajikan dengan menggunakan metode kuantum, akhirnya dapat diambil simpulan guna menjawab pokok masalah yang menjadi fokus kajian penelitian ini, yaitu sebagai berikut.
1.      Text Box: 62Penggunaan metode kuantum  untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran membaca cerita anakmenempuh tahapan berikut: (1) menyusun perencanaan membaca cerita anakberdasarkan langkah-langkah metode kuantum; (2) melaksanakan pembelajaran membaca cerita anakberdasarkan langkah-langkah metode kuantum sesuai dengan rencana; (3) mengevaluasi aktivitas dan hasil belajar siswa; dan (4) menindaklanjuti hasil refleksi terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa berdasarkan observasi dan evaluasi. Proses yang ditempuh dalam setiap tahapan ini, baik yang dilakukan guru maupun siswa tidak lepas dari ketentuan yang berlaku, demi tercapainya tujuan yang diharapkan. Aktivitas belajar siswa bukan saja secara bertahap sesuai dengan norma pembelajaran ini, tetapi juga hasil yang didapat pun secara bertahap meningkat pula. Siswa menjadi aktif dan memahami perannya sebagai apa dalam anggota kelompok. Antarsiswa bukan saja tampak merasa senang dan antusias saat berbagi ide dan bertanya jawab, tetapi juga santun dalam melakukan hal itu. Itu sebabnya strategi pembelajaran ini diterapkan dengan menempuh tahap tersebut guna meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa sebagaimana yang diharapkan.
2.      Penggunaan metode kuantum, terbukti dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran membaca cerita anak. Selain aktivitas belajar siswa terkesan lebih bermakna, potensi aktifnya pun dalam menggali ide, saling berbagi dan menerima gagasan sehubungan dengan materi ajar, bertanya jawab dengan teman dan guru, kreatif dalam prakarsa dan tindakan dengan tidak melukai perasaan satu sama lain, hal ini terjadi pada saat proses pembelajaran ini berlangsung. Dengan sendirinya, hasil belajar masing-masing siswa setelah menempuh proses aktivitas belajar secara terlatih ini, meningkat. Hal ini terbukti dari hasil observasi memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan aktivitas yang pada siklus I hanya rata-rata 69% menjadi 74% pada siklus II,  dan 85% pada siklus III. Penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran menunjukkan ada peningkatan. Hal ini dapat ditunjukkan dengan rata-rata hasil ulangan harian, yakni siklus I mencapai 5,48 menjadi 6,53 pada siklus II dan 7,33 pada siklus III. Melalui langkah-langkah metode kuantum, siswa membangun sendiri pengetahuan, menemukan langkah-langkah dalam mencari penyelesaian dari suatu materi yang harus dikuasai oleh siswa, baik secara individu maupun kelompok.
I.       DAFTAR PUSTAKA

Amin, dkk.1986. Pengajaran Membaca dan Pengelolaan KBM di Kelas. Jakarta: Depdikbud.
Akhadiah, Sabarti, dkk. 1992/1993.Bahasa Indonesia III. Jakarta. Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Arikunto, Suharsimi. 2003. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
BSNP.2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMP. Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas, 2003.Kegiatan Belajar Mengajar yang Efektif. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional.
Husein, Umar. 2003. Metodologi Penelitian dalam Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Harjasujana, Ahmad Slamet. 1983. Membaca dalam Kehidupan. Bandung: Geger Sunten.
Iskandarwassid dan Sunendar, Dadang. 2009. Strategi Pembelajaran Bahasa. Badnung: Rosda.
Natsir, Idris. 2003. Strategi Pengelolaan KBM. Jakarta: Raja Grafindo.
Nurhadi .1989.Membaca Cepat dan Efektif. Malang : IKIP Malang.
Puspowarsito. 2008. Metode Penelitian Ilmiah. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta Press.
Sanjaya, Wina. 2009. Desain Pembelajaran. Bandung : Prenada.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia, 2002.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. Depdiknas.
Tarigan, H.G. 2008.Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Yamin, Martinis. 2009. Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Putra Grafika.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar