Rabu, 16 Oktober 2013

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN THINK, WRITE, AND TALK UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN MINAT BELAJAR MATA PELAJARAN IPA TENTANG EKOSISTEM PADA KELAS VI SD NEGERI 4 KERTAHARJA, KECAMATAN CIMERAK, KABUPATEN CIAMIS TAHUN AJARAN 2009/2010


A.    Judul
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN THINK, WRITE, AND TALK UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN MINAT BELAJAR MATA PELAJARAN IPA TENTANG EKOSISTEM PADA KELAS VI SD NEGERI 4 KERTAHARJA, KECAMATAN CIMERAK, KABUPATEN CIAMIS TAHUN AJARAN 2009/2010
B.     Nama Penulis
Mamat Rohimat, A.Ma.Pd.
C.    Abstrak dan Kata Kunci
ABSTRAK
Kata Kunci: Mata Pelajaran IPA, Kreativitas dan Minat Siswa, Model Pembelajaran Think, Write, and Talk
         Penelitian ini bermula dari adanya kesenjangan yang terjadi dalam pembelajaran IPA tentang ekosistem yang telah dilakukan guru dan siswa kelas VI SD Negeri 04 Kertaharja, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis. Kesenjangan dimaksud, yakni kreativitas dan minat belajar siswa di kelas ini, masih jauh dari yang diharapkan. Hal ini disebabkan oleh penggunaan model pembelajaran yang kurang tepat. Untuk mengatasi masalah tersebut digunakan model pembelajaran Think, Wrire, and Talk. Prosedur yang akan ditempuh untuk membuktikan tepat tidaknya solusi tersebut, adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian tersebut, dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklusnya menempuh tahapan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Setelah melakukan penelitian ini dapat diambil simpulan bahwa penggunaan model pembelajaran Think, Wrire, and Talk dalam mata pelajaran IPA tentang ekosistem dapat meningkatkan kreativitas dan minat siswa kelas VI SD Negeri 4 Kertaharja, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis, Tahun Pelajaran 2009/2010. Adanya peningkatan tersebut, tidak lepas dari upaya sekemampuan guru, baik dalam merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi kemampuan siswa dalam pembelajaran, dan menindaklanjuti hasilnya agar diperoleh peningkatan yang lebih baik.
D. Pendahuluan
a.      Latar Belakang Masalah
Saat ini pengetahuan dan teknologi mengalami perkembangan yang sangat pesat. Manusia dengan segala persoalan dan kegiatannya secara dinamis dituntut untuk mampu beradaftasi dan memecahkan segala persoalan yang telah dan sedang dihadapi saat ini. Tentunya dalam memecahkan segala persoalan itu dibutuhkan kecerdasan, kreativitas, dan kearifan agar dalam menyelesaikan masalah tidak menimbulkan masalah yang lebih sulit.
Untuk menciptakan manusia yang berkualitas, tentunya tidak terlepas dari dunia pendidikan. Karena, pendidikan merupakan suatu proses untuk menghasilkan generasi yang berkualitas dan mandiri. Untuk itu, proses pendidikan yang sedang berlangsung saat ini dituntut untuk berkualitas juga. Jika tidak demikian, mustahil apa yang diharapkan akan berhasil dicapai.
Perbaikan mutu pendidikan dan pengajaran senantiasa harus tetap diupayakan dan dilaksanakan dengan jalan meningkatkan kualitas pembelajaran. Melalui peningkatan kualitas pembelajaran, siswa akan semakin termotivasi untuk belajar, daya kreativitasnya akan semakin meningkat, semakin positif sikapnya, semakin bertambah jenis pengetahuan dan keterampilan yang dikuasainya, dan semakin mantap pemahamannya terhadap setiap materi ajar yang dipelajari.
Upaya perbaikan mutu pembelajaran dewasa  ini secara strategik melahirkan tatanan pembelajaran baru berorientasi pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam proses pembelajarannya lebih menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung untuk mengembangkan kompetensi melalui berbagai mata pelajaran, termasuk di dalamnya IPA. Melalui mata pelajaran IPA, peserta didik diarahkan untuk dapat megetahui dan menguasai suatu kompetensi tentang pengetahuan alam (Hermawan, 2008:34).
Dalam hal tersebut, khususnya siswa kelas VI, dituntut untuk mempelajari rangkaian materi ajar mengidentifikasi kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi keseimbangan alam (ekosistem). Dengan mempelajari rangkaian materi ajar tersebut diharapkan para siswa memiliki kemampuan yang kompetitif.
Tuntutan kurikulum seperti di atas harus dapat dilaksanakan dalam rangkaian pembalajaran secara bermakna, sinergis, kreatif ,inovatif, manantang, dan menyenangkan peserta didik. Tidak asal dilakukan, dan apalagi menempuh jalan pintas. Hanya dengan cara seperti itu, kreativitas dan minat belajar peserta didik dapat ditingkatkan secara bermutu.
Masih rendahnya kreativitas dan minat belajar siswa terjadi pula pada siswa binaan, yaitu kelas VI SD Negeri 4 Kertaharja. Dampak dari hal ini, sebagian besar siswa dinyatakan tidak mengalami tuntas belajar, seperti dalam mempelajari mengidentifik-asi kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi keseimbangan alam (ekosistem). Tanpa ditunjang oleh kreativitas dan minat belajar yang tinggi, bukan saja mempelajari materi ajar ini tetapi dalam mempelajari materi ajar lainnya pun tipis kemungkinan akan berhasil hingga mencapai tujuan yang diharapkan. Untuk mengetahui faktor apa saja penyebabnya selain itu, telah dilakukan refleksi yang hasilnya sebab akibat ini sangat berkorelasi dengan pengelolaan proses pembelajaran yang dilakukan guru. Apabila masalah ini tetap dibiarkan, proses dan hasil belajar siswa akan lebih parah. Atas dasar itu, yang telah mendasari dan mendorong untuk dilakukannya penelitian tindakan kelas. Untuk mengatasi masalah tersebut, adalah berusaha meningkatkan kreativitas dan minat belajar siswa melalui model pembelajaran inovatif yang berorientasi konstruktivisme, yaitu Think, Write, and Talk.      
b.      Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi adanya indikasi masalah-masalah sebagai berikut.
1.      Sebagian besar siswa kelas VI SD Negeri 4 Kertaharja belum tuntas belajar mengidentifikasi kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi keseimbangan alam (ekosistem).
2.      Saat proses pembelajaran ini sedang berlangsung, kreativitas dan minat belajar mereka, diketahui rendah.
3.      Sebab timbulnya kreativitas dan minat belajar sebagian besar siswa yang belum tuntas belajar itu rendah, adalah proses pengelolaan pembelajaran tidak dilakukan secara  bermakna, sinergis, kreatif, inovatif, manantang, dan menyenangkan peserta didik. Ini menunjukkan profesionalisme kinerja guru dalam mengajar, masih rendah.
4.      Hal-hal yang dimungkinkan terjadi pada saat proses pembelajaran ini sedang berlangsung, di antaranya: (1) rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa; (2) rendahnya kemampuan untuk bertanya jawab; dan (3) rendahnya kemauan dan kemampuan untuk belajar bekerja sama secara kooperatif.
c.       Rumusan dan Pemecahan Masalah
a)      Rumusan Masalah
       Bertolak dari identifikasi masalah di atas, pokok masalah dalam penelitian tindakan kelas ini dapat dirumuskan  sebagai berikut.
1.      Bagaimana meningkatkan kreativitas belajar siswa kelas VI SD Negeri 4 Kertaharja  melalui model Think, Write, and Talk pada pembelajaran mengidentifikasi kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi keseimbangan alam (ekosistem)?
2.       Bagaimana meningkatkan minat belajar siswa kelas VI SD Negeri 4 Kertaharja melalui model Think, Write, and Talk pada pembelajaran mengidentifikasi kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi keseimbangan alam (ekosistem)?
b)     Pemecahan Masalah
        Upaya untuk mengatasi masalah rendahnya kreativitas dan minat belajar siswa kelas VI SD Negeri 4 Kertaharja dalam pembelajaran mengidentifikasi kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi keseimbangan alam (ekosistem)digunakan pembelajaran konstruktivisme model Think, Write, and Talk.
d.      Tujuan Penelitian
Tujuan melakukan penelitian ini, ada yang lebih khusus, yaitu sebagai berikut.
1.      Untuk meningkatkan kreativitas belajar siswa pada pembelajaran model Think, Write, and Talk.
2.      Untuk meningkatkan kreativitas siswa dalam berpikir kritis, berkarya, dan berkomunikasi pada materi pembelajaran melalui model Think, Write, and Talk.
E.  Kajian Teori
      a.      Kreativitas
a)      Arti Kreativitas
Rendahnya kreativitas siswa akan mempengaruhi prestasi akademik maupun nonakademik, atau sebaliknya, tinggi rendahnya kreativitas siswa akan mendorong kemauan dalam pengembangan diri, sehingga seseorang siswa akan menghasilkan sesuatu yang baru.
Berikut ini akan disajikan penjelasan kreativitas dilihat dari arti menurut beberapa pandangan para ahli bidang ini. Menurut Semiawan dkk., (1987) kreativitas sebagai proses merupakan hal yang lebih sesnsial dan perlu ditanamkan pada individu sejak dini dengan cara menyibukkan diri secara kreatif. Misalnya, dalam  proses bermain. Dengan adanya gagasan atau unsur-unsur pikiran akan menjadi keasyikan yang menyenangkan dan penuh tantangan bagi anak yang kreatif. Dengan kata lain, kreativitas dalam hal ini merupakan proses berpikir yang mengarah pada suatu usaha untuk menentukan hubungan-hubungan baru, mendapatkan jawaban, dan metode atau cara baru dalam memecahkan masalah.
Ditinjau dari segi product, kreativitas merupakan kemampuan untuk menghasilkansesuatu yang baru, yang pada umumnya bersifat original atau unik. Secara lebih rinci, Munandar (1992) menjelaskan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru berdasarkan banyak kemungkinan jawaban suatu masalah dengan menekankan pada kuantitas, ketepatgunaan, dan keragaman jawaban. Kreativitas yang dimaksud adalah berpikir kreatif atau divergen.
Dimensi press (tekanan/dorongan) adalah kondisi yang dapat mendorong atau menghambat seseorang untuk bertindak kreatif. Dorongan atau hambatan tersebut dapat berasal dari luar, yaitu lingkungan keluarga, sekolah, atau masayarakat, maupun dari dalam diri individu itu sendiri. Jika kedua kondisi ini menguntungkan atau menunjang, yakni adanya keinginan dari seseorang untuk melibatkan diri secara aktif dan ia mendapatkan kesempatan, hal ini akan lebih memungkinkan individu tersebut untuk bertindak secara kreatif.
Definisi lain mengenai kreativitas diungkapkan oleh Amien (1980), yang mengatakan bahwa kreativitas merupakan pola pikir atau ide yang spontan atau imajinatif yang mencirikan hasil artistik, penemuan-penemuan ilmiah, dan penciptaan-penciptaan secara mekanik. Lebih lanjut, dijelaskan bahwa kreativitas meliputi hasil sesuatu yang baru atau sama sekali baru bagi dunia ilmiah atau relatif baru bagi individunya.
Berdasarkan paparan mengenai beberapa definisi kreativitas di atas, dapat dilihat bahwa kreativitas mengandung arti yang luas dan mempunyai tahapan yang diawali dengan suatu pemikiran atau ide kreatif, kemudian melakukan kegiatan kreatif, sehingga tercipta hasil yang kreatif. Namun demikian, pada intinya terdapat persamaan antara definisi yang satu dengan yang lain, yaitu kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru atau relatif baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya.
   
b)     Ciri-ciri Kreativitas
Ciri-ciri atau karakteristik kreativitas pada umumnya dapat dijadikan sebagai tolok ukur untuk menentukan kemampuan kreatif dari seseorang menurut Guilford (dalam Kuncoro, 1992). Ciri-ciri kreativitas seseorang dapat dilihat dari aspek berpikir, dan aspek dorongan atau motivasi. Aspek berpikir kreatif ditunjukkan oleh sifat-sifat kelancaran (fluency), kelenturan (flexibility), keaslian (originality), dan penguraian (elaboration). Aspek dorongan atau motivasi ditunjukkan oleh sifat-sifat karakter, seperti sikap, percaya diri, tidak konversional, dan aspirasi keindahan.
Kelancaran (fluency) adalah kemampuan untuk menghasilkan banyak gagasan. Ciri-cirinya, meliputi hal-hal berikut. (1) word fluency, yakni kemampuan untuk menghasilkan kata-kata yang terdiri dari huruf-huruf tertentu atau kombinasi dari huruf-huruf. Kelancaran kata (word fluency) pertama kali mulai dipublikasikan oleh Thurstone pada tahun 1938. Pendapat Gulford mengenai kelancaran kata diungkapkan behwa kemampuan tersebut tidak mudah  untuk dilihat. Namun hal itu, merupakan sesuatu yang amat penting dalam kegiatan kreativitas sehari-hari. (2) associational fluency, yaitu kemampuan untuk menghasilkan sejumlah kata-kata yang mengandung beberapa macam hubungan, dapat berbentuk sebuah ide, pemberian judul, atau memberikan arti serupa. Selain itu, dapat juga diartikan sebagai kemampuan berpikir secara analog atau kebalikannya. (3) expressional fluency, yaitu kemampuan untuk menyusun kata-kata terorganisasi, seperti dalam bentuk ungkapan-ungkapan atau kalimat-kalimat. Dengan kata lain, kemampuan ini merupakan kelancaran dalam mengekspresikan pikiran-pikiran, ide-ide, atau pemecahan masalah dalam bentuk kata-kata atau kalimat. (4) ideational fluency, yaitu kemampuan untuk menghasilkan sejumlah ide-ide dengan cepat yang sesuai dengan kegunaan yang diminta. Beberapa jenis tes mengenai ideational fluency, bahwa kecepatan lebih penting dari kualitas. Ide yang dihasilkan dapat berbentuk simpel atau kompleks, dapat berupa pemberian judul, baik untuk gambar maupun cerita, atau dapat pula berupa ungkapan-ungkapan dalam kalimat pendek yang merupakan kesatuan hasil pemikiran.
Kelenturan (felxibility), adalah kemampuan untuk  mengemukakan bermacam-macam pemecahan atau pendekatan terhadap masalah. Hal-hal yang termasuk dalam ciri-ciri ini sebagai berikut. (1) spontaneous flexibility, yakni kemampuan atau kecenderungan untuk menghasilkan bermacam-macam variasi dari ide-ide yang bebas dari hambatan atau keterpaksaan.  Spontaneous flexibility dapat dikatakan pula sebagai keluwesan dalam mengadakan pendekatan terhadap masalah. Artinya, bila melalui pendekatan yang satu tidak mendapatkan hasil yang diharapkan, dengan segera akan menggantikannya dengan cara pendekatan lain. Seseorang yang memiliki kemampuan spontaneous flexibility trendah, akan terlihat kaku dalam membicarakan ide atau pendapatnya. Ia akan cenderung untuk bertahan pada satu atau beberapa pemikiran yang sempit saja. Namun demikian, orang tersebut masih mempunyai kemungkinan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi meskipun tidak melakukannya secara spontan. (2) adaptive flexibility, yaitu penyesuaian yang fleksibel dalam menghadapi masalah sampai diperoleh hasil pemecahannya. Mengenai hal ini, seseorang akan gagal untuk menyelesaikan masalah bila ia tidak mampu untuk bertindak fleksibel dalam menyesuaikan diri dengan masalah yang sedang dihadapi.
Kreativitas adalah kemampuan untuk meneruskan gagasan dengan cara-cara yang asli dan tidak klise. Dapat pula diartikan sebagai kemampuan untuk menghasilkan ide-ide yang luar biasa, jarang ditemui, dan unik.
Elaborasi adalah kemampuan untuk menguraikan sesuatu secara terperinci, yakni aktivitas untuk merangkai sebuah ide atau jawaban-jawaban sederhana agar menjadi lebih mendetail. Elaborasi ini dapat dikembangkan dengan cara memberi latihan kepada anak untuk memberikan informasi tambahan atau melalui komunikasi verbal.       
b.      Pembelajaran Think, Write, and Talk
       Think, Write, and Talk  merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang memiliki empat langkah penting dalam pelaksanaannya. Keempat langkah penting itu, sebagai berikut.
1.      Langkah 1 – berpikir (thinking). Siswa diberi kesempatan untuk memikirkan materi atau menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru berupa lembar kerja dan dilakukan secara individu.Langkah 2 – menulis (writing).
2.      Pada tahap ini siswa diminta untuk menulis dengan bahasa dan pemikiran sendiri hasil dari belajar dan diskusi kelompok yang diperolehnya.
3.      Langkah 3 – berdiskusi (talking). Setelah diorganisasikan dalam kelompok, siswa diarahkan untuk terlibat secara aktif dalam berdiskusi kelompok mengenai lembar kerja yang telah disediakan, interaksi pada tahap ini diharapkan siswa dapat saling berbagi jawaban dan pendapat dengan anggota kelompok masing-masing.
4.      Hasil tulisan siswa dipamerkan untuk ditunjukkan di hadapan kawan-kawan sekaligus memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengoreksi hasil kerja kelompok lain.
        Keterampilan berpikir bagi siswa dapat dicapai dengan baik apabila dihubungkan dengan  topik-topik yang dikenal siswa. Karena itu, untuk dapat mengajak siswa berpikir, guru harus mampu menghubungkan materi yang disajikan dengan hal-hal yang sudah dikenal dan dekat dengan siswa. Tujuan pembelajaran berpikir kritis adalah menciptakan suatu semangat berpikir kritis yang mendorong siswa mempertanyakan apa yang mereka dengar dan mengkaji pemikiran mereka sendiri untuk memastikan tidak terjadi logika yang tidak konsisten atau keliru.
        Menurut Mansyur (dalam Sutusiyah, 2006) komponen selanjutnya pada model Think, Write, and Talk adalah diskusi. Diskusi adalah percakapan ilmiah yang berisi pertukaran pendapat, pemunculan ide-ide, dan pengujian pendapat yang dilakukan oleh beberapa orang yang tergabung dalam kelompok untuk mencari kebenaran, keputusan, kesimpulan, dan pemecahan dari suatu masalah. Banyak permasalahan yang terjadi di lingkungan siswa yang memerlukan pembahasan lebih dari seseorang saja, terutama masalah-masalah yang memerlukan kerja sama dalam sebuah kelompok. Dengan demikian, diskusi menjadi jalan pemecahan yang memberi kemungkinan untuk mendapatkan penyelesaian yang terbaik.
        De Potter (dalam Sutusiyah, 2006) metode diskusi dalam proses belajar dan mengajar berarti metode mengemukakan pendapat dalam sebuah kelompok untuk mendapatkan kesimpulan dari keputusan bersama. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tahap ini termasuk ke dalam fase 3 dan fase 4, yaitu guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien serta membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas. Daam pembelajaran kooperatif terjadi komunikasi antarsiswa. Siswa mengajukan pertanyaan yang berarti dia berhubungan dan mengukakan hasil temuan secara lisan. Dengan begitu, siswa belajar dan mengajar sau sama lain dalam proses diskusi tersebut. Melalui diskusi ada beberapa kelebihan yang didapati antara lain sebagai berikut.
1.      Suasana kelas lebih hudup, karena siswa mengarahkan pemikirannya pada masalah yang sedang didiskusikan.
2.      Siswa dilatih berpikir kritis untuk mempertimbangkan pendapat teman-temannya, kemudian menentukan sikap, menerima, dan menolak.
3.      Meningkatkan prestasi kepribadian individual, seperti toleransi, sikap demokratis, sikap kritis, berpikir sistematis, dan sebagainya.
Di samping kelebihan-kelebihan yang telah dikekukakan di atas, melalui diskusi juga didapati beberapa kekurangan, sebagai berikut.
1.      Diskusi umumnya dikuasai oleh siswa yang gemar berbicara.
2.      Bagi siswa yang tida ikut aktif, ada kecenderungan untuk melepaskan diri dari tanggung jawab.
3.      Banyak waktu yang terpakai, namun hasil yang diperoleh kadang-kadang tidak seperti yang diharapkan.
Selama ini dalam teknik-teknik mengajar tradisional selalu mengabaikan kebenaran bahwa menulis merupakan aktivitas penting dalam proses pembelajaran yang melibatkan seluruh komponen otak. Menulis hanya dianggap sebagai kegiatan menyalin kembali materi yang telah dibaca atau didengar, sehingga mudah membuat siswa merasa bosan. Hal ini tidak selamanya benar, karena menulis justeru bisa menjadi kegiatan yang menyenangkan bagi siswa jika guru bisa menyajikannya dalam bentuk yang berbeda. Dalam penelitian ini, siswa diminta untuk menuliskan hal-hal yang diperoleh saat belajar berlangsung, baik itu permasalahan, maupun temuan-temuan lain yang didapat selama proses pembelajaran, baik permasalahan yang dihadapi, cara memecahkan permasalahan, maupun temuan-temuan lain yang didapat selama proses pembelajaran berlangsung. Kegiatan menulis yang disajikan dalam bentuk seperti ini diharapkan bukan lagi menjadi kegiatan yang membosankan bagi siswa melainkan suatu kegiatan yang dapat melahirkan pemikiran-pemikiran baru dari siswa.
Sebelum pelaksanaan strategi Think, Write, and Talk, pertemuan diawali terlebih dahulu dengan melakukan persiapan-persiapan, di antaranya guru membuat rencana  pelaksanaan pembelajaran, menyiapkan lembar kerja untuk siswa, menyiapkan instrumen-instrumen, dan menentukan kelompok-kelompok siswa di mana setiap kelompok bersifat heterogen dalam hal jenis kelamin, prestasi akademik, dan lain-lain.
Pada pelaksanaan strategi Think, Write, and Talk, pertemuan diawali dengan penyampaian materi secara garis besar dan kompetensi yang ingin dicapai secara klasikal. Selanjutnya guru menyampaikan materi secara singkat dan permasalahan kepada siswa. Kemudian guru membagikan lembar kerja kepada asing-masing siswa dan meminta siswa mengerjakan lembar kerja tersebut secara individu. Selanjutnya, guru mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen. Dalam kelompok tersebut, siswa diminta untuk mendiskusikan lembar kerja sesuai dengan hasil pemikiran masing-masing, saling bertukar pendapat, dan berbagi jawaban. Setelah bekerja dalam kelompok, siswa kembali ke bangku masing-masing dan meminta untuk menuliskan hasil belajar secara individu dengan bahasa dan pemikiran siswa sendiri. Tahap selanjutnya, guru mengadakan pembahasan lembar kerja berupa tanya jawab singkat kepada seluruh siswa. Di akhir pembelajaran, guru membimbing siswa untuk menyimpulkan materi secara lisan dan menambahkan hal-hal yang belum diungkapkan oleh siswa serta menyempurnakannya.
Keberhasilan proses belajar mengajar dipengaruhi oleh metode dan strategi pembelajaran yang dirancang oleh seorang guru. Metode dan strategi dalam proses pembelajaran sangat beragam yang mana masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Metode dan strategi yang dipilih guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.
Salah satu inovasi model pembelajaran adalah Think, Write, and Talk yang bertujuan meningkatkan dan mengembangkan kreativitas siswa dalam berpikir kritis, berkarya dan berkomunikasi secara aktif melalui proses diskusi kelompok, presentasi, dan kunjungan anggota kelompok.
Silberman (2004) mengatakan bahwa yang saya dengan saya lupa. Yang saya dengan dan lihat, saya sedikit ingat. Yang saya dengar, lihat, dan pertanyakan atau didiskusikan dengan orang lain, saya mulai paham. Dari yang saya dengar, lihat, bahas, dan terapkan, saya mendapatkan pengetahuan dan keterampilan. Yang saya ajarkan kepada orang lain saya kuasai.
 Pendapat di atas itulah yang menjadikan dasar dan inovasi pembelajaran dengan model Think, Write, and Talk, sehingga siswa benar-benar dapat menguasai konsep dengan baik.
Hal senada diungkapkan oleh Holt (dalam Silberman, 2004) bahwa proses belajar akan meningkat jika siswa diminta untuk melakukan hal-hal berikut ini.
1.      Mengemukakan kembali informasi dengan kata-kata mereka sendiri.
2.      Memberikan contoh.
3.      Mengenalinya dalam bermacam bentuk dan situasi.
4.      Melihat kaitan antara informasi itu dengan fakta atau gagasan lain.
5.      Menggunakannya dengan beragam cara.
6.      Memprediksikan sejumlah konsekuensinya.
7.      Menyebutkan lawan atau kebalikannya.
Spencer (dalam Nur, 2005) telah mendeskrisikan banyak struktur pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan dalam pembelaaran sehari-hari. Sebagian dari struktur tersebut salah satunya adalah Think, Write, and Talk.
Think, Write, and Talk, dikembangkan oleh Frank Lyman. Yang memberikan kesempatan kepada siswa memikirkan sendiri jawaban dari pertanyaan yang kemudian didiskusikan dengan pasangannya untuk mencapai konsensus atas jawaban tersebut dan akhirnya guru meminta siswa untuk berbagi jawaban yang mereka sepakati kepada semua siswa di kelas.
Berdasarkan landasan teori di atas, penulis mencoba melakukan inovasi pembelajaran Think, Write, and Talk. Model pembelajaran ini banyak melibatkan siswa untuk berpikir kritis, berkreasi, dan bertukar informasi serta akan terjadi kompetensi yang dinamis dalam proses pembelajaran. Langkah-langkah model pembelajaran ini adalah sebagai berikut. Think, pada saat ini siswa dirangsang untuk berpikir bersama kelompoknya untuk dapat menemukan ide-ide pokok atau konsep-konsep penting. Write, masing-masing kelompok harus menuliskan kembali hasil temuannya pada kertas pleno untuk dipamerkan pada kelompok lain. Talk, pada tahap ini masing-masing kelompok diberi kesempatan 4 siswa berkunjung untuk melihat hasil kerja kelompok lain untuk bertanya dan melihat kekurangan masing-masing, 2 orang siswa tetap menunggu hasil kerjanya yang mempunyai kewajiban untuk menjawab pertanyaan dari kelompok lain. Pada akhir kegiatan, guru membantu siswa untuk menyimpulkan hasil kegiatan pembelajaran. Penulis mempunyai estimasi bahwa dengan inovasi model seperti ini, siswa akan lebih kreatif dan menyenangkan yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar.

F.     Metodologi Penelitian
      a.      Metode Penelitian
Penelitian ini mengikuti alur metode penelitian tindakan kelas, yang direncanakan dalam tiga siklus. Dalam setiap siklusnya menempuh empat tahapan berikut: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi, dan (4) refleksi.
      b.      Setting dan Subjek Penelitian
         Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 4 Kertaharja, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis pada semester 1 tahun pelajaran 2009/2010, dengan kompetensi dasar mengidentifikasi kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi keseimbangan alam (ekosistem).
         Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VI yang berjumlah 25 orang siswa, yang terdiri atas 12 orang siswa berjenis kelamin laki-laki dan 13 orang siswa yang berjenis kelamin perempuan yang karakteristiknya dalam pembelajaran IPA, baik kreativitas maupun hasil belajarnya masih rendah.

G.    Hasil Penelitian dan Pembahasan
a.      Hasil Penelitian dan Pembahasan Siklus I
Dalam perencanaan tindakan kelas ini, peneliti telah menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran pada kompetensi dasar mengidentifikasi kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi keseimbangan alam (ekosistem), mengembangkan instrumen untuk pengamatan guru, siswa pada kegiatan belajar mengajar dan angket siswa setelah kegiatan belajar mengajar, memberikan tugas siswa untuk belajar di rumah, menyiapkan media pembelajaran berupa kertas pleno, spidol 6 set, isolasi, membagi kelas menjadi 6 kelompok yang heterogen sesuai dengan data yang ada pada peneliti, dan mengembangkan skenario pembelajaran think, write, and talk sebagaimana RPP terlampir.
Selanjutnya, ketika peneliti melakukan tindakan pada tahap ini, guru melakukan apersesi untuk memberikan motivasi dan mengarahkan siswa untuk memasuki kompetensi dasar mengidentifikasi kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi keseimbangan alam (ekosistem) yang akan dipelajari, menjelaskan tujuan yang akan dicapai, menjelaskan langkah-langkah pembelajaran, guru mengarahkan agar siswa berkumpul sesuai dengan daftar kelompok, guru membagikan media pembelajaran, berupa: kertas plano; spidol; isolasi pada tiap-tiap kelompok belajar, dan masing-masing kelompok diberi permasalahan yang harus dipelajari dan didiskusikan. Siswa diberi kesempatan mencari sumber belajar dan berdiskusi selama 20 menit dan 10 menit kemudian masing-mesing kelompok harus menulis hasil diskusi kelompok pada kertas pleno untuk dipamerkan pada kelompok yang lain dengan menempel hasil diskusi yang sudah jadi di dekat kelompok. Dua siswa dari masing-masing kelompok bertanggung  jawab menjaga hasil karyanya dan empat anggota lainnya diberi kesempatan berkunjung pada kelompok lain sambil bertanya dan melihat kekurangan pada kelompok lain selama 15 menit. Pada saat siswa berkunjung, antar kelompok peneliti berkeliling sambil melihat hasil kerja siswa yang dipamerkan untuk dipriksa kebenaran konsep yang ditulis, sekaligus melihat interaksi antar kelompok dan aktivitas siswa.
Masing-masing kelompok diberi kesempatan presentasi selama 5 menit sekaligus menjawab pertanyaan kelompok lain bila ada. Selanjutnya, dilakukan diskusi kelas untuk menuliskan kesimpulan di akhir kegiatan yang sekaligus menentukan kelompok yang terbaik menurut pengamatan siswa dengan memberi kesempatan pada ketua kelompok menilai hasil kerja kelompok. Peneliti memberikan tepuk tangan bersama siswa pada kelompok terbaik.
Pada saat yang sama, kolabolator melakukan pengamatan dengan mengisi instrumen yang sudah disiapkan, yang meliputi: pengamatan kegiatan guru, siswa pada saat kegiatan belajar mengajar, dan angket siswa setelah kegiatan berakhir. Hasil yang didapat dari pengamatan ini adalah sebagai berikut. Antusias siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, keaktifan siswa dalam diskusi, kemampuan siswa dalam menghimpun hasil diskusi, kelancaran dalam menjawab pertanyaan kelompok lain, mendapat hasil diskusi, mendapatkan nilai kriteria cukup dengan rentangan nilai 60-70 yang mencapai 50%. Kelancaran mengemukakan ide atau pendapat, ketelitian menghimpun hasil diskusi , keaktifan bertanya, keaktifan mencari sumber belajar, mendapat nilai kurang dengan rentang nilai >60 yang mencapai  33,3%  dan siswa yang dapat menyelesaikan tugas hanya 50%, kelancaran pada saat prsentasi hanya 50%, dan sedikit sekali yang dapat mengemukakan pertanyaan  hanya 33,3%.
Hasil angket siswa setelah kegiatan belajar mengajar terdapat 90% siwa merasa senang, 40% merasa kesulitan belajar, 50% siswa ada yang keberanian mengemukakan pendapat, 90% mendorong siswa lebih kreatif, presentasi belajar siswa pada siklus I, mendapat nilai rata-rata kelas 72,00 dan masih terdapat 30,23% siswa yang nilainya di bawah standar SKBM yang telah ditentukan sekolah.
Melihat dari hasil pengamatan pada siklus I, antusias, keaktifan, kemampuan menghimpun data, kelancaran mengemukakan pendapat masih cukup dan kelancaran mengemukakan ide atau pendapat ketelitian menghimpun hasil diskusi, keaktifan bertanya, keaktifan mencari sumber belajar, mendapat nilai kurang dengan rentang nilai >60, ini menunjukkan siswa masih kesulitan dan belum siap karena baru mengenal model pembelajaran think, write, and talk. Di sisi lain, siswa merasa senang dan terdorong untuk lebih kreatif walaupun terdapat 40% yang masih kesulitan memahami materi dan 50% kurang berani berpendapat.Dengan demikian, pada siklus I perlu adanya motivasi yang dapat mendorong siswa lebih berkompetensi dengan memberikan hadiah bolpoin pada semua anggota kelompok terbaik, menyediakan sumber belajar berupa foto copy materi, dan meminjami buku ajar. Berdasarkan siklus I didapat nilai prestasi siswa dengan rata-rata 72,00 yang berarti ada kenaikan 10,18% dari sebelum tindakan. Hal ini yang mendorong dilanjutkan pada siklus II.
b.      Hasil Penelitian dan Pembahasan Siklus II
Dalam perencanaan tindakan kelas ini, peneliti telah menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran pada kompetensi dasar mengidentifikasi kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi keseimbangan alam (ekosistem), mengembangkan instrumen untuk pengamatan guru, siswa pada kegiatan belajar mengajar dan angket siswa setelah kegiatan belajar mengajar, memberikan tugas siswa untuk belajar di rumah, menyiapkan sumber belajar berupa buku-buku penunjang, membagi kelas menjadi 6 kelompok yang heterogen sesuai dengan data yang ada pada peneliti, dan mengembangkan skenario pembelajaran think, write, and talk sebagaimana RPP terlampir.
Selanjutnya, ketika peneliti melakukan tindakan pada tahap ini, guru melakukan apersepsi untuk memberikan motivasi dan mengarahkan siswa untuk memasuki kompetensi dasar mengidentifikasi kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi keseimbangan alam (ekosistem) yang akan dipelajari,  menjelaskan tujuan yang akan dicapai, menjelaskan langkah-langkah pembelajaran, guru mengarahkan agar siswa berkumpul sesuai dengan daftar kelompok, guru membagikan media pembelajaran, berupa: kertas pleno; spidol; isolasi pada tiap-tiap kelompok belajar, dan masing-masing kelompok diberi permasalahan yang harus dipelajari dan didiskusikan. Siswa diberi kesempatan mencari sumber belajar dan berdiskusi selama 20 menit. Kemudian masing-mesing kelompok dalam 10 menit harus menulis hasil diskusi kelompok pada kertas pleno untuk dipamerkan pada kelompok yang lain dengan menempel hasil diskusi yang sudah jadi di dekat kelompok. Dua siswa dari masing-masing kelompok bertanggung  jawab menjaga hasil karyanya dan empat anggota lainnya diberi kesempatan berkunjung pada kelompok lain sambil bertanya dan melihat kekurangan pada kelompok lain selama 25 menit. Pada saat siswa berkunjung, antar- kelompok peneliti berkeliling sambil melihat hasil kerja siswa yang dipamerkan untuk diperiksa kebenaran konsep yang ditulis, sekaligus melihat interaksi untuk diperiksa kebenaran konsep.
Masing-masing kelompok diberi kesempatan presentasi selama 5 menit sekaligus menjawab pertanyaan kelompok lain bila ada. Selanjutnya, dilakukan diskusi kelas untuk menuliskan kesimpulan di akhir kegiatan yang sekaligus menentukan kelompok yang terbaik menurut pengamatan siswa dengan memberi kesempatan pada ketua kelompok menilai hasil kerja kelompok. Peneliti memberikan hadiah bolpoin  pada semua anggota kelompok terbaik.
Pada saat yang sama, kolabolator melakukan pengamatan dengan mengisi instrumen yang sudah disiapkan, yang meliputi: pengamatan kegiatan guru, siswa pada saat kegiatan belajar mengajar, dan angket siswa setelah kegiatan berakhir. Hasil yang didapat dari pengamatan ini adalah sebagai berikut. Antusias siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, keaktifan siswa dalam diskusi, kemampuan siswa dalam menghimpun hasil diskusi, kelancaran dalam menjawab pertanyaan kelompok lain, mendapat nilai kriteria baik dengan rentang nilai 71-85 yang mencapai 80%.  Kelancaran mengemukakan ide atau pendapat, ketelitian menghimpun hasil diskusi , keaktifan bertanya, keaktifan mencari sumber belajar, mendapat nilai baik dengan rentang nilai 71-85 yang mencapai  60%  dan siswa yang dapat menyelesaikan tugas hanya 67%, kelancaran pada saat presentasi hanya 100%, dan siswa  yang dapat mengemukakan pertanyaan  hanya 70%.
Hasil angket siswa setelah kegiatan belajar mengajar terdapat 98% siswa merasa senang, 15% merasa kesulitan belajar, 70% siswa ada yang keberanian mengemukakan pendapat, 95% mendorong siswa lebih kreatif, presentasi belajar siswa pada siklus II, mendapat nilai rata-rata kelas 79,07.
Melihat dari hasil pengamatan pada siklus II, antusias, keaktifan, kemampuan menghimpun data, kelancaran mengemukakan pendapat masih cukup dan kelancaran mengemukakan ide atau pendapat ketelitian menghimpun hasil diskusi, keaktifan bertanya, keaktifan mencari sumber belajar, mendapat nilai kurang dengan rentang nilai 71-85, ini menunjukkan siswa masih kesulitan dan belum siap karena baru mengenal model pembelajaran think, write, and talk. Di sisi lain, siswa merasa senang dan terdorong untuk lebih kreatif walaupun terdapat 30% yang masih kesulitan memahami materi dan 30% kurang berani berpendapat. Dengan demikian, pada siklus III perlu adanya motivasi yang dapat mendorong siswa lebih berkompetensi dengan memberikan hadiah bolpoin pada semua anggota kelompok terbaik, menyediakan sumber belajar berupa foto copy materi, dan meminjami buku ajar, menyiapkan lembar kegiatan. Berdasarkan siklus II didapat nilai prestasi siswa dengan rata-rata 79,07 yang berarti ada kenaikan 9,82% dari siklus I. Hal ini yang mendorong dilanjutkan pada siklus III.
c.      Hasil Penelitian dan Pembahasan Siklus III
Dalam perencanaan tindakan kelas ini, peneliti telah menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran pada kompetensi dasar mengidentifikasi kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi keseimbangan alam (ekosistem), mengembangkan instrumen untuk pengamatan guru, siswa pada kegiatan belajar mengajar dan angket siswa setelah kegiatan belajar mengajar, memberikan tugas siswa untuk belajar di rumah, menyiapkan media pembelajaran berupa kertas pleno dan lembar kegiatan siswa, membagi kelas menjadi 6 kelompok yang heterogen sesuai dengan data yang ada pada peneliti, dan mengembangkan skenario pembelajaran think, write, and talk sebagaimana RPP terlampir.
Selanjutnya, ketika peneliti melakukan tindakan pada tahap ini, guru melakukan apersepsi untuk memberikan motivasi dan mengarahkan siswa untuk memasuki pada kompetensi dasar mengidentifikasi kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi keseimbangan alam (ekosistem), menjelaskan tujuan yang akan dicapai, menjelaskan langkah-langkah pembelajaran, guru mengarahkan agar siswa berkumpul sesuai dengan daftar kelompok, guru membagikan media pembelajaran, berupa: kertas plano; dan lembar kegiatan siswa pada tiap-tiap kelompok belajar, dan masing-masing kelompok diberi permasalahan yang harus dipelajari dan didiskusikan. Siswa diberi kesempatan mencari sumber belajar serta melakukan diskusi selama 20 menit, dan 10 menit kemudian masing-masing kelompok harus menulis hasil diskusi kelompok pada kertas pleno untuk dipamerkan pada kelompok yang lain dengan menempel hasil diskusi yang sudah jadi di dekat kelompok. Dua siswa dari masing-masing kelompok bertanggung  jawab menjaga hasil karyanya dan empat anggota lainnya diberi kesempatan berkunjung pada kelompok lain sambil bertanya dan melihat kekurangan pada kelompok lain selama 15 menit. Pada saat siswa berkunjung, antar kelompok , peneliti berkeliling sambil melihat hasil kerja siswa yang dipamerkan untuk diperiksa kebenaran konsep yang ditulis, sekaligus melihat interaksi antar kelompok dan aktivitas siswa.
Masing-masing kelompok diberi kesempatan presentasi selama 5 menit sekaligus menjawab pertanyaan kelompok lain bila ada. Selanjutnya, dilakukan diskusi kelas untuk menuliskan kesimpulan di akhir kegiatan yang sekaligus menentukan kelompok yang terbaik menurut pengamatan siswa dengan memberi kesempatan pada ketua kelompok menilai hasil kerja kelompok. Peneliti memberikan tepuk tangan bersama siswa pada kelompok terbaik.
Pada saat yang sama, kolabolator melakukan pengamatan dengan mengisi instrumen yang sudah disiapkan, yang meliputi: pengamatan kegiatan guru, siswa pada saat kegiatan belajar mengajar, dan angket siswa setelah kegiatan berakhir. Hasil yang didapat dari pengamatan ini adalah sebagai berikut. Antusias siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, keaktifan siswa dalam diskusi, kemampuan siswa dalam menghimpun hasil diskusi, keaktifan bertanya, keaktifan mencari sumber belajar, mendapat nilai baik sekali dengan rentang nilai >85 yang mencapai  90%. Dengan ini, 100% siswa sudah dapat menyelesaikan tugasnya, kelancaran pada saat presentasi hanya 90%.
Hasil angket siswa setelah kegiatan belajar mengajar terdapat 100% siswa merasa senang, 13% merasa kesulitan belajar, 92% siswa ada yang keberanian mengemukakan pendapat, 100% mendorong siswa lebih kreatif, presentasi belajar siswa pada siklus III, mendapat nilai rata-rata kelas 84,65.
Melihat dari hasil pengamatan pada siklus III, antusias, keaktifan, kemampuan menghimpun data, kelancaran mengemukakan pendapat masih cukup dan kelancaran mengemukakan ide atau pendapat ketelitian menghimpun hasil diskusi, keaktifan bertanya, keaktifan mencari sumber belajar, mendapatkan nilai baik sekali, ini menunjukkan bahwa sudah ada peningkatan yang signifikan melalui pembelajaran Think, Write, and Talk, 13% siswa yang masih kesulitan memahami materi dan 8% kurang berani berpendapat. Dengan demikian, pada siklus III kegiatan dipandang sudah cukup dan tidak dilanjutkan pada siklus berikutnya,. Berdasarkan siklus III didapat nilai presentasi siswa dengan rata-rata 84,65 yang berarti ada kenaikan 7,06% dari siklus II.
Untuk mengetahui lebih jelas perubahan dari siklus ke siklusnya dapat dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 1 Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa pada Saat KBM
No
Kegiatan/Aspek yang diamati
Siklus I
Siklus II
Siklus III
1.
Antusias siswa dalam mengikuti KBM
Cukup
Baik Sekali
Baik Sekali
2.
Kelancaran mengemukakan ide dalam memecahkan masalah
Kurang
BaIK
Baik Sekali
3.
Keaktifan siswa dalam diskusi
Cukup
Baik
Baik Sekali
4.
Kemampuan siswa dalam menghimpun hasil diskusi
Cukup
Baik Sekali
Baik Sekali
5.
Ketelitian dalan menghimpun hasil diskusi
Kurang
Baik
Baik
6.
Keaktifan dalam bertanya
Kurang
Baik
Baik
7.
Keaktifan siswa dalam mencari sumber belajar
Kurang
Baik
Baik Sekali
8.
Kelancaran siswa dalam menjawab pertanyaan
Cukup
Baik
Baik

     Keterangan:     Baik sekali      : 86 – 100
                           Baik                 : 71 – 85
                           Cukup             : 60 – 70
                           Kurang           : >60
    
           Hasil angket siswa yang diambil pada setiap siklus, disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 2   Rekapitulasi Hasil Angket Siswa Setelah KBM
No 
Pertanyaan
Jawaban
Siklus I            (%)
Siklus II            (%)
Siklus III            (%)
1.
Apakah pembelajaran Think, Write, dan Talk menyenangkan?
Ya
90
93
100
Tidak
10
7
0
2.
Apakah dengan pembelajaran Think, Write, dan Talk membuat kamu mudah memahami pelajaran?
Ya
60
70
87
Tidak
40
30
13
3.
Apakah dengan pembelajaran Think, Write, dan Talk membuat kamu berani mengemukakan pendapat?
Ya
50
70
92
Tidak
50
30
8
4.
Apakah dengan pembelajaran Think, Write, dan Talk mendorong kamu lebih kreatif?
Ya
90
95
100
Tidak
10
5
0
5.
Apakah kamu mengalami kesulitan dalam pembelajaran Think, Write, dan Talk?
Ya
30
15
0
Tidak
70
85
100

GRAFIK 1 Hasil Ulangan Sebelum Dan
Tiap Akhir siklus



H.    Simpulan
          Setelah dilakukan penelitian tindakan kelas yang hasilnya untuk kemudian dianalisis secara deskriptif, akhirnya diperoleh simpulan sebagai berikut.
1.      Inovasi pembelajaran Think, Write, and Talk menjadikan siswa lebih kreatif dan aktif dalam pembelajaran.
2.      Keterampilan menyampaikan pendapat kepada orang lain baik lisan maupun tulisan perlu ada latihan.
3.      Inovasi pembelajaran Think, Write, and Talk meningkatkan hasil prestasi belajar siswa.

I.       Daftar Pustaka
Amien, Moch. 1980. Peranan Kreativitas dalam Pendidikan.Depdikbud: Analisis Kebudayaan Jakarta.
De Porter, B & Hernacki, M. 2003. Quantum Learning. Bandung: PT. Mizan Pustaka.
Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Materi Pelatihan Terintegrasi Ilmu Pengethuan Sosial.
Hermawan, Asep. 2008. Upaya Peningkatan Mutu Pengelolaan Proses Belajar Mengajar Melalui Penerapan Meaningful Learning Strategy. Makalah :  Tidak dipublikasikan.
Kuncoro, S. A. 1992. Nilai-nilai Keagamaan dan Mengembangkan Kreativitas Anak (Suatu Tantangan bagi Kehidupan Modern) Cakrawala Pendidikan. Yogyakarta: PPM IKIP Yogyakarta.
Mulyana, E. 2005. Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Meier, D. 2003. The Acceleratied Learning. Bandung: PT. Mizan Pustaka.
Nur, Muhammad. 2005. Guru yang Berhasil dan Pengajaran Langsung. Departemen Pendidikan Nasional.
Semiawan, C, Munandar,A. S. dan Munandar, S O U. 1987. Memupuk Bakat  dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah.  Jakarta: Gramedia.
Sutusiah, 2006. Peningkatan Minat Belajar dan Aktivitas Siswa Pokok Bahasan Keanekaragaman Hayati Kelas VI Melalui Pembelajaran  Think, Write, and Talk, Laporan PTK.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar