A. Judul
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN THINK, WRITE,
AND TALK UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN MINAT BELAJAR MATA PELAJARAN
IPA TENTANG EKOSISTEM PADA KELAS VI SD NEGERI 4 KERTAHARJA, KECAMATAN CIMERAK,
KABUPATEN CIAMIS TAHUN AJARAN 2009/2010
B. Nama Penulis
Mamat Rohimat,
A.Ma.Pd.
C. Abstrak dan Kata Kunci
ABSTRAK
Kata
Kunci:
Mata Pelajaran IPA, Kreativitas dan Minat Siswa, Model
Pembelajaran Think, Write, and Talk
Penelitian ini bermula dari adanya kesenjangan yang terjadi dalam
pembelajaran IPA tentang ekosistem yang telah
dilakukan guru dan siswa kelas VI SD Negeri 04 Kertaharja, Kecamatan Cimerak,
Kabupaten Ciamis. Kesenjangan dimaksud, yakni kreativitas
dan minat belajar
siswa di kelas ini, masih jauh dari yang diharapkan. Hal ini disebabkan oleh
penggunaan model pembelajaran yang kurang
tepat. Untuk mengatasi masalah tersebut digunakan model pembelajaran Think, Wrire,
and Talk.
Prosedur yang akan ditempuh untuk membuktikan tepat tidaknya solusi tersebut,
adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian tersebut, dilaksanakan dalam dua
siklus. Setiap siklusnya menempuh tahapan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan,
dan refleksi. Setelah melakukan penelitian ini dapat diambil simpulan bahwa
penggunaan model pembelajaran Think,
Wrire, and Talk dalam mata pelajaran
IPA tentang ekosistem dapat meningkatkan kreativitas
dan minat siswa
kelas VI SD Negeri 4 Kertaharja, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis, Tahun
Pelajaran 2009/2010. Adanya
peningkatan tersebut, tidak lepas dari upaya sekemampuan guru, baik dalam
merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi kemampuan
siswa dalam pembelajaran, dan menindaklanjuti hasilnya agar diperoleh
peningkatan yang lebih baik.
D. Pendahuluan
a. Latar Belakang Masalah
Saat ini
pengetahuan dan teknologi mengalami perkembangan yang sangat pesat. Manusia
dengan segala persoalan dan kegiatannya secara dinamis dituntut untuk mampu
beradaftasi dan memecahkan segala persoalan yang telah dan sedang dihadapi saat
ini. Tentunya dalam memecahkan segala persoalan itu dibutuhkan kecerdasan,
kreativitas, dan kearifan agar dalam menyelesaikan masalah tidak menimbulkan
masalah yang lebih sulit.
Untuk
menciptakan manusia yang berkualitas, tentunya tidak terlepas dari dunia
pendidikan. Karena, pendidikan merupakan suatu proses untuk menghasilkan
generasi yang berkualitas dan mandiri. Untuk itu, proses pendidikan yang sedang
berlangsung saat ini dituntut untuk berkualitas juga. Jika tidak demikian,
mustahil apa yang diharapkan akan berhasil dicapai.
Perbaikan mutu
pendidikan dan pengajaran senantiasa harus tetap diupayakan dan dilaksanakan
dengan jalan meningkatkan kualitas pembelajaran. Melalui peningkatan kualitas
pembelajaran, siswa akan semakin termotivasi untuk belajar, daya kreativitasnya
akan semakin meningkat, semakin positif sikapnya, semakin bertambah jenis
pengetahuan dan keterampilan yang dikuasainya, dan semakin mantap pemahamannya
terhadap setiap materi ajar yang dipelajari.
Upaya perbaikan
mutu pembelajaran dewasa ini secara
strategik melahirkan tatanan pembelajaran baru berorientasi pada Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam proses pembelajarannya lebih menekankan
pada pemberian pengalaman secara langsung untuk mengembangkan kompetensi
melalui berbagai mata pelajaran, termasuk di dalamnya IPA.
Melalui mata pelajaran IPA, peserta didik diarahkan untuk dapat megetahui dan menguasai suatu kompetensi tentang pengetahuan alam
(Hermawan, 2008:34).
Dalam hal tersebut,
khususnya siswa kelas VI, dituntut untuk mempelajari rangkaian
materi ajar mengidentifikasi
kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi keseimbangan alam (ekosistem). Dengan
mempelajari rangkaian materi ajar tersebut diharapkan para siswa memiliki
kemampuan yang kompetitif.
Tuntutan
kurikulum seperti di atas harus dapat dilaksanakan dalam rangkaian pembalajaran
secara bermakna, sinergis, kreatif ,inovatif, manantang, dan menyenangkan
peserta didik. Tidak asal dilakukan, dan apalagi menempuh jalan pintas. Hanya
dengan cara seperti itu, kreativitas dan minat belajar peserta didik dapat
ditingkatkan secara bermutu.
Masih rendahnya
kreativitas dan minat belajar siswa terjadi pula pada siswa binaan, yaitu kelas
VI SD Negeri 4 Kertaharja. Dampak dari
hal ini, sebagian besar siswa dinyatakan tidak mengalami tuntas belajar,
seperti dalam mempelajari mengidentifik-asi kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi keseimbangan
alam (ekosistem).
Tanpa ditunjang oleh kreativitas dan minat belajar yang tinggi, bukan saja
mempelajari materi ajar ini tetapi dalam mempelajari materi ajar lainnya pun
tipis kemungkinan akan berhasil hingga mencapai tujuan yang diharapkan. Untuk
mengetahui faktor apa saja penyebabnya selain itu, telah dilakukan refleksi
yang hasilnya sebab akibat ini sangat berkorelasi dengan pengelolaan proses
pembelajaran yang dilakukan guru. Apabila masalah ini tetap dibiarkan, proses
dan hasil belajar siswa akan lebih parah. Atas dasar itu, yang telah mendasari
dan mendorong untuk dilakukannya penelitian tindakan kelas. Untuk mengatasi
masalah tersebut, adalah berusaha meningkatkan
kreativitas dan minat belajar siswa melalui model pembelajaran inovatif yang
berorientasi konstruktivisme, yaitu Think,
Write, and Talk.
b. Identifikasi Masalah
Berdasarkan
uraian latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi adanya indikasi
masalah-masalah sebagai berikut.
1.
Sebagian besar siswa kelas VI SD Negeri
4 Kertaharja belum tuntas belajar mengidentifikasi kegiatan manusia yang dapat
mempengaruhi keseimbangan alam (ekosistem).
2.
Saat proses pembelajaran ini sedang
berlangsung, kreativitas dan minat belajar mereka, diketahui rendah.
3.
Sebab timbulnya kreativitas dan minat
belajar sebagian besar siswa yang belum tuntas belajar itu rendah, adalah
proses pengelolaan pembelajaran tidak dilakukan secara bermakna, sinergis, kreatif, inovatif, manantang, dan menyenangkan
peserta didik. Ini menunjukkan profesionalisme kinerja guru dalam mengajar,
masih rendah.
4.
Hal-hal yang dimungkinkan terjadi pada
saat proses pembelajaran ini sedang berlangsung, di antaranya: (1) rendahnya
kemampuan berpikir kritis siswa; (2) rendahnya kemampuan untuk bertanya jawab;
dan (3) rendahnya kemauan dan kemampuan untuk belajar bekerja sama secara
kooperatif.
c. Rumusan dan Pemecahan Masalah
a) Rumusan Masalah
Bertolak dari identifikasi masalah di
atas, pokok masalah dalam penelitian tindakan kelas ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
1.
Bagaimana meningkatkan kreativitas
belajar siswa kelas VI SD Negeri 4 Kertaharja
melalui model Think, Write, and
Talk pada pembelajaran mengidentifikasi kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi keseimbangan
alam (ekosistem)?
2.
Bagaimana
meningkatkan minat belajar siswa kelas VI SD Negeri 4 Kertaharja melalui model Think, Write, and Talk pada pembelajaran mengidentifikasi kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi
keseimbangan alam (ekosistem)?
b) Pemecahan Masalah
Upaya untuk mengatasi masalah rendahnya
kreativitas dan minat belajar siswa kelas VI SD Negeri 4 Kertaharja dalam
pembelajaran mengidentifikasi kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi
keseimbangan alam (ekosistem)digunakan pembelajaran konstruktivisme model Think, Write, and Talk.
d. Tujuan Penelitian
Tujuan melakukan
penelitian ini, ada yang lebih khusus, yaitu sebagai berikut.
1.
Untuk meningkatkan kreativitas belajar
siswa pada pembelajaran model Think,
Write, and Talk.
2.
Untuk meningkatkan kreativitas siswa
dalam berpikir kritis, berkarya, dan berkomunikasi pada materi pembelajaran
melalui model Think, Write, and Talk.
E. Kajian Teori
a. Kreativitas
a) Arti Kreativitas
Rendahnya
kreativitas siswa akan mempengaruhi prestasi akademik maupun nonakademik, atau
sebaliknya, tinggi rendahnya kreativitas siswa akan mendorong kemauan dalam
pengembangan diri, sehingga seseorang siswa akan menghasilkan sesuatu yang
baru.
Berikut ini akan
disajikan penjelasan kreativitas dilihat dari arti menurut beberapa pandangan
para ahli bidang ini. Menurut Semiawan dkk., (1987) kreativitas sebagai proses
merupakan hal yang lebih sesnsial dan perlu ditanamkan pada individu sejak dini
dengan cara menyibukkan diri secara kreatif. Misalnya, dalam proses bermain. Dengan adanya gagasan atau
unsur-unsur pikiran akan menjadi keasyikan yang menyenangkan dan penuh
tantangan bagi anak yang kreatif. Dengan kata lain, kreativitas dalam hal ini
merupakan proses berpikir yang mengarah pada suatu usaha untuk menentukan
hubungan-hubungan baru, mendapatkan jawaban, dan metode atau cara baru dalam
memecahkan masalah.
Ditinjau dari
segi product, kreativitas merupakan
kemampuan untuk menghasilkansesuatu yang baru, yang pada umumnya bersifat
original atau unik. Secara lebih rinci, Munandar (1992) menjelaskan bahwa
kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru berdasarkan banyak
kemungkinan jawaban suatu masalah dengan menekankan pada kuantitas,
ketepatgunaan, dan keragaman jawaban. Kreativitas yang dimaksud adalah berpikir
kreatif atau divergen.
Dimensi press (tekanan/dorongan) adalah kondisi
yang dapat mendorong atau menghambat seseorang untuk bertindak kreatif.
Dorongan atau hambatan tersebut dapat berasal dari luar, yaitu lingkungan
keluarga, sekolah, atau masayarakat, maupun dari dalam diri individu itu
sendiri. Jika kedua kondisi ini menguntungkan atau menunjang, yakni adanya
keinginan dari seseorang untuk melibatkan diri secara aktif dan ia mendapatkan
kesempatan, hal ini akan lebih memungkinkan individu tersebut untuk bertindak
secara kreatif.
Definisi lain
mengenai kreativitas diungkapkan oleh Amien (1980), yang mengatakan bahwa
kreativitas merupakan pola pikir atau ide yang spontan atau imajinatif yang
mencirikan hasil artistik, penemuan-penemuan ilmiah, dan penciptaan-penciptaan
secara mekanik. Lebih lanjut, dijelaskan bahwa kreativitas meliputi hasil
sesuatu yang baru atau sama sekali baru bagi dunia ilmiah atau relatif baru
bagi individunya.
Berdasarkan
paparan mengenai beberapa definisi kreativitas di atas, dapat dilihat bahwa
kreativitas mengandung arti yang luas dan mempunyai tahapan yang diawali dengan
suatu pemikiran atau ide kreatif, kemudian melakukan kegiatan kreatif, sehingga
tercipta hasil yang kreatif. Namun demikian, pada intinya terdapat persamaan antara
definisi yang satu dengan yang lain, yaitu kreativitas merupakan kemampuan
seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru atau relatif baru, baik berupa
gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada
sebelumnya.
b) Ciri-ciri Kreativitas
Ciri-ciri atau
karakteristik kreativitas pada umumnya dapat dijadikan sebagai tolok ukur untuk
menentukan kemampuan kreatif dari seseorang menurut Guilford (dalam Kuncoro,
1992). Ciri-ciri kreativitas seseorang dapat dilihat dari aspek berpikir, dan
aspek dorongan atau motivasi. Aspek berpikir kreatif ditunjukkan oleh
sifat-sifat kelancaran (fluency),
kelenturan (flexibility), keaslian (originality), dan penguraian (elaboration). Aspek dorongan atau
motivasi ditunjukkan oleh sifat-sifat karakter, seperti sikap, percaya diri,
tidak konversional, dan aspirasi keindahan.
Kelancaran (fluency) adalah kemampuan untuk
menghasilkan banyak gagasan. Ciri-cirinya, meliputi hal-hal berikut. (1) word fluency, yakni kemampuan untuk
menghasilkan kata-kata yang terdiri dari huruf-huruf tertentu atau kombinasi
dari huruf-huruf. Kelancaran kata (word
fluency) pertama kali mulai dipublikasikan oleh Thurstone pada tahun 1938.
Pendapat Gulford mengenai kelancaran kata diungkapkan behwa kemampuan tersebut
tidak mudah untuk dilihat. Namun hal
itu, merupakan sesuatu yang amat penting dalam kegiatan kreativitas
sehari-hari. (2) associational fluency,
yaitu kemampuan untuk menghasilkan sejumlah kata-kata yang mengandung beberapa
macam hubungan, dapat berbentuk sebuah ide, pemberian judul, atau memberikan
arti serupa. Selain itu, dapat juga diartikan sebagai kemampuan berpikir secara
analog atau kebalikannya. (3) expressional
fluency, yaitu kemampuan untuk menyusun kata-kata terorganisasi, seperti
dalam bentuk ungkapan-ungkapan atau kalimat-kalimat. Dengan kata lain,
kemampuan ini merupakan kelancaran dalam mengekspresikan pikiran-pikiran,
ide-ide, atau pemecahan masalah dalam bentuk kata-kata atau kalimat. (4) ideational fluency, yaitu kemampuan
untuk menghasilkan sejumlah ide-ide dengan cepat yang sesuai dengan kegunaan
yang diminta. Beberapa jenis tes mengenai ideational
fluency, bahwa kecepatan lebih penting dari kualitas. Ide yang dihasilkan
dapat berbentuk simpel atau kompleks, dapat berupa pemberian judul, baik untuk
gambar maupun cerita, atau dapat pula berupa ungkapan-ungkapan dalam kalimat
pendek yang merupakan kesatuan hasil pemikiran.
Kelenturan (felxibility), adalah kemampuan
untuk mengemukakan bermacam-macam
pemecahan atau pendekatan terhadap masalah. Hal-hal yang termasuk dalam
ciri-ciri ini sebagai berikut. (1) spontaneous
flexibility, yakni kemampuan atau kecenderungan untuk menghasilkan bermacam-macam
variasi dari ide-ide yang bebas dari hambatan atau keterpaksaan. Spontaneous
flexibility dapat dikatakan pula sebagai keluwesan dalam mengadakan
pendekatan terhadap masalah. Artinya, bila melalui pendekatan yang satu tidak
mendapatkan hasil yang diharapkan, dengan segera akan menggantikannya dengan cara
pendekatan lain. Seseorang yang memiliki kemampuan spontaneous flexibility
trendah, akan terlihat kaku dalam membicarakan ide atau pendapatnya. Ia akan
cenderung untuk bertahan pada satu atau beberapa pemikiran yang sempit saja.
Namun demikian, orang tersebut masih mempunyai kemungkinan untuk menyelesaikan
masalah yang dihadapi meskipun tidak melakukannya secara spontan. (2) adaptive flexibility, yaitu penyesuaian yang fleksibel dalam menghadapi masalah
sampai diperoleh hasil pemecahannya. Mengenai hal ini, seseorang akan gagal
untuk menyelesaikan masalah bila ia tidak mampu untuk bertindak fleksibel dalam
menyesuaikan diri dengan masalah yang sedang dihadapi.
Kreativitas
adalah kemampuan untuk meneruskan gagasan dengan cara-cara yang asli dan tidak
klise. Dapat pula diartikan sebagai kemampuan untuk menghasilkan ide-ide yang
luar biasa, jarang ditemui, dan unik.
Elaborasi adalah
kemampuan untuk menguraikan sesuatu secara terperinci, yakni aktivitas untuk
merangkai sebuah ide atau jawaban-jawaban sederhana agar menjadi lebih
mendetail. Elaborasi ini dapat dikembangkan dengan cara memberi latihan kepada
anak untuk memberikan informasi tambahan atau melalui komunikasi verbal.
b. Pembelajaran Think, Write, and Talk
Think, Write, and Talk merupakan salah satu model pembelajaran
kooperatif yang memiliki empat langkah penting dalam pelaksanaannya. Keempat
langkah penting itu, sebagai berikut.
1.
Langkah 1 – berpikir (thinking). Siswa diberi kesempatan untuk
memikirkan materi atau menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru
berupa lembar kerja dan dilakukan secara individu.Langkah 2 – menulis (writing).
2.
Pada tahap ini siswa diminta untuk
menulis dengan bahasa dan pemikiran sendiri hasil dari belajar dan diskusi
kelompok yang diperolehnya.
3.
Langkah 3 – berdiskusi (talking). Setelah diorganisasikan dalam
kelompok, siswa diarahkan untuk terlibat secara aktif dalam berdiskusi kelompok
mengenai lembar kerja yang telah disediakan, interaksi pada tahap ini
diharapkan siswa dapat saling berbagi jawaban dan pendapat dengan anggota
kelompok masing-masing.
4.
Hasil tulisan siswa dipamerkan untuk
ditunjukkan di hadapan kawan-kawan sekaligus memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengoreksi hasil kerja kelompok lain.
Keterampilan berpikir bagi siswa dapat
dicapai dengan baik apabila dihubungkan dengan
topik-topik yang dikenal siswa. Karena itu, untuk dapat mengajak siswa
berpikir, guru harus mampu menghubungkan materi yang disajikan dengan hal-hal
yang sudah dikenal dan dekat dengan siswa. Tujuan pembelajaran berpikir kritis
adalah menciptakan suatu semangat berpikir kritis yang mendorong siswa
mempertanyakan apa yang mereka dengar dan mengkaji pemikiran mereka sendiri
untuk memastikan tidak terjadi logika yang tidak konsisten atau keliru.
Menurut Mansyur (dalam Sutusiyah, 2006)
komponen selanjutnya pada model Think,
Write, and Talk adalah diskusi. Diskusi adalah percakapan ilmiah yang
berisi pertukaran pendapat, pemunculan ide-ide, dan pengujian pendapat yang
dilakukan oleh beberapa orang yang tergabung dalam kelompok untuk mencari
kebenaran, keputusan, kesimpulan, dan pemecahan dari suatu masalah. Banyak
permasalahan yang terjadi di lingkungan siswa yang memerlukan pembahasan lebih
dari seseorang saja, terutama masalah-masalah yang memerlukan kerja sama dalam
sebuah kelompok. Dengan demikian, diskusi menjadi jalan pemecahan yang memberi
kemungkinan untuk mendapatkan penyelesaian yang terbaik.
De Potter (dalam Sutusiyah, 2006)
metode diskusi dalam proses belajar dan mengajar berarti metode mengemukakan
pendapat dalam sebuah kelompok untuk mendapatkan kesimpulan dari keputusan
bersama. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tahap ini termasuk ke dalam
fase 3 dan fase 4, yaitu guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya
membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi
secara efisien serta membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka
mengerjakan tugas. Daam pembelajaran kooperatif terjadi komunikasi antarsiswa.
Siswa mengajukan pertanyaan yang berarti dia berhubungan dan mengukakan hasil
temuan secara lisan. Dengan begitu, siswa belajar dan mengajar sau sama lain
dalam proses diskusi tersebut. Melalui diskusi ada beberapa kelebihan yang
didapati antara lain sebagai berikut.
1.
Suasana kelas lebih hudup, karena siswa
mengarahkan pemikirannya pada masalah yang sedang didiskusikan.
2.
Siswa dilatih berpikir kritis untuk
mempertimbangkan pendapat teman-temannya, kemudian menentukan sikap, menerima,
dan menolak.
3.
Meningkatkan prestasi kepribadian
individual, seperti toleransi, sikap demokratis, sikap kritis, berpikir
sistematis, dan sebagainya.
Di samping
kelebihan-kelebihan yang telah dikekukakan di atas, melalui diskusi juga
didapati beberapa kekurangan, sebagai berikut.
1.
Diskusi umumnya dikuasai oleh siswa yang
gemar berbicara.
2.
Bagi siswa yang tida ikut aktif, ada
kecenderungan untuk melepaskan diri dari tanggung jawab.
3.
Banyak waktu yang terpakai, namun hasil
yang diperoleh kadang-kadang tidak seperti yang diharapkan.
Selama ini dalam
teknik-teknik mengajar tradisional selalu mengabaikan kebenaran bahwa menulis
merupakan aktivitas penting dalam proses pembelajaran yang melibatkan seluruh
komponen otak. Menulis hanya dianggap sebagai kegiatan menyalin kembali materi
yang telah dibaca atau didengar, sehingga mudah membuat siswa merasa bosan. Hal
ini tidak selamanya benar, karena menulis justeru bisa menjadi kegiatan yang
menyenangkan bagi siswa jika guru bisa menyajikannya dalam bentuk yang berbeda.
Dalam penelitian ini, siswa diminta untuk menuliskan hal-hal yang diperoleh
saat belajar berlangsung, baik itu permasalahan, maupun temuan-temuan lain yang
didapat selama proses pembelajaran, baik permasalahan yang dihadapi, cara
memecahkan permasalahan, maupun temuan-temuan lain yang didapat selama proses
pembelajaran berlangsung. Kegiatan menulis yang disajikan dalam bentuk seperti
ini diharapkan bukan lagi menjadi kegiatan yang membosankan bagi siswa
melainkan suatu kegiatan yang dapat melahirkan pemikiran-pemikiran baru dari siswa.
Sebelum
pelaksanaan strategi Think, Write, and
Talk, pertemuan diawali terlebih dahulu dengan melakukan
persiapan-persiapan, di antaranya guru membuat rencana pelaksanaan pembelajaran, menyiapkan lembar
kerja untuk siswa, menyiapkan instrumen-instrumen, dan menentukan
kelompok-kelompok siswa di mana setiap kelompok bersifat heterogen dalam hal
jenis kelamin, prestasi akademik, dan lain-lain.
Pada pelaksanaan
strategi Think, Write, and Talk,
pertemuan diawali dengan penyampaian materi secara garis besar dan kompetensi
yang ingin dicapai secara klasikal. Selanjutnya guru menyampaikan materi secara
singkat dan permasalahan kepada siswa. Kemudian guru membagikan lembar kerja
kepada asing-masing siswa dan meminta siswa mengerjakan lembar kerja tersebut
secara individu. Selanjutnya, guru mengorganisasikan siswa ke dalam
kelompok-kelompok kecil yang heterogen. Dalam kelompok tersebut, siswa diminta
untuk mendiskusikan lembar kerja sesuai dengan hasil pemikiran masing-masing,
saling bertukar pendapat, dan berbagi jawaban. Setelah bekerja dalam kelompok,
siswa kembali ke bangku masing-masing dan meminta untuk menuliskan hasil
belajar secara individu dengan bahasa dan pemikiran siswa sendiri. Tahap
selanjutnya, guru mengadakan pembahasan lembar kerja berupa tanya jawab singkat
kepada seluruh siswa. Di akhir pembelajaran, guru membimbing siswa untuk
menyimpulkan materi secara lisan dan menambahkan hal-hal yang belum diungkapkan
oleh siswa serta menyempurnakannya.
Keberhasilan
proses belajar mengajar dipengaruhi oleh metode dan strategi pembelajaran yang
dirancang oleh seorang guru. Metode dan strategi dalam proses pembelajaran
sangat beragam yang mana masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan.
Metode dan strategi yang dipilih guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
diinginkan.
Salah satu
inovasi model pembelajaran adalah Think,
Write, and Talk yang bertujuan meningkatkan dan mengembangkan kreativitas siswa
dalam berpikir kritis, berkarya dan berkomunikasi secara aktif melalui proses
diskusi kelompok, presentasi, dan kunjungan anggota kelompok.
Silberman (2004)
mengatakan bahwa yang saya dengan saya lupa. Yang saya dengan dan lihat, saya
sedikit ingat. Yang saya dengar, lihat, dan pertanyakan atau didiskusikan
dengan orang lain, saya mulai paham. Dari yang saya dengar, lihat, bahas, dan
terapkan, saya mendapatkan pengetahuan dan keterampilan. Yang saya ajarkan
kepada orang lain saya kuasai.
Pendapat di atas itulah yang menjadikan dasar
dan inovasi pembelajaran dengan model Think,
Write, and Talk, sehingga siswa benar-benar dapat menguasai konsep dengan
baik.
Hal senada
diungkapkan oleh Holt (dalam Silberman, 2004) bahwa proses belajar akan
meningkat jika siswa diminta untuk melakukan hal-hal berikut ini.
1.
Mengemukakan kembali informasi dengan
kata-kata mereka sendiri.
2.
Memberikan contoh.
3.
Mengenalinya dalam bermacam bentuk dan
situasi.
4.
Melihat kaitan antara informasi itu
dengan fakta atau gagasan lain.
5.
Menggunakannya dengan beragam cara.
6.
Memprediksikan sejumlah konsekuensinya.
7.
Menyebutkan lawan atau kebalikannya.
Spencer (dalam
Nur, 2005) telah mendeskrisikan banyak struktur pembelajaran kooperatif yang
dapat diterapkan dalam pembelaaran sehari-hari. Sebagian dari struktur tersebut
salah satunya adalah Think, Write, and
Talk.
Think, Write, and Talk,
dikembangkan oleh Frank Lyman. Yang memberikan kesempatan kepada siswa
memikirkan sendiri jawaban dari pertanyaan yang kemudian didiskusikan dengan
pasangannya untuk mencapai konsensus atas jawaban tersebut dan akhirnya guru
meminta siswa untuk berbagi jawaban yang mereka sepakati kepada semua siswa di
kelas.
Berdasarkan
landasan teori di atas, penulis mencoba melakukan inovasi pembelajaran Think, Write, and Talk. Model
pembelajaran ini banyak melibatkan siswa untuk berpikir kritis, berkreasi, dan
bertukar informasi serta akan terjadi kompetensi yang dinamis dalam proses
pembelajaran. Langkah-langkah model pembelajaran ini adalah sebagai berikut. Think, pada saat ini siswa dirangsang
untuk berpikir bersama kelompoknya untuk dapat menemukan ide-ide pokok atau
konsep-konsep penting. Write, masing-masing
kelompok harus menuliskan kembali hasil temuannya pada kertas pleno untuk
dipamerkan pada kelompok lain. Talk,
pada tahap ini masing-masing kelompok diberi kesempatan 4 siswa berkunjung
untuk melihat hasil kerja kelompok lain untuk bertanya dan melihat kekurangan
masing-masing, 2 orang siswa tetap menunggu hasil kerjanya yang mempunyai
kewajiban untuk menjawab pertanyaan dari kelompok lain. Pada akhir kegiatan,
guru membantu siswa untuk menyimpulkan hasil kegiatan pembelajaran. Penulis
mempunyai estimasi bahwa dengan inovasi model seperti ini, siswa akan lebih
kreatif dan menyenangkan yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar.
F. Metodologi Penelitian
a. Metode Penelitian
Penelitian ini mengikuti alur metode penelitian tindakan kelas, yang
direncanakan dalam tiga siklus. Dalam setiap siklusnya menempuh empat tahapan
berikut: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi, dan (4) refleksi.
b. Setting dan Subjek Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini
dilaksanakan di SD Negeri 4
Kertaharja,
Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis pada semester
1 tahun pelajaran 2009/2010, dengan
kompetensi dasar mengidentifikasi kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi keseimbangan
alam (ekosistem).
Subjek penelitian ini adalah siswa
kelas VI yang berjumlah 25
orang siswa, yang terdiri atas 12 orang
siswa berjenis kelamin laki-laki dan 13 orang
siswa yang berjenis kelamin perempuan yang karakteristiknya dalam pembelajaran
IPA, baik kreativitas maupun hasil
belajarnya masih rendah.
G. Hasil Penelitian dan
Pembahasan
a. Hasil Penelitian dan
Pembahasan Siklus I
Dalam
perencanaan tindakan kelas ini, peneliti telah menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran pada kompetensi dasar mengidentifikasi kegiatan manusia yang dapat
mempengaruhi keseimbangan alam (ekosistem), mengembangkan
instrumen untuk pengamatan guru, siswa pada kegiatan belajar mengajar dan
angket siswa setelah kegiatan belajar mengajar, memberikan tugas siswa untuk belajar
di rumah, menyiapkan media pembelajaran berupa kertas pleno,
spidol 6 set, isolasi, membagi kelas menjadi 6 kelompok yang heterogen sesuai
dengan data yang ada pada peneliti, dan mengembangkan skenario pembelajaran think, write, and talk sebagaimana RPP
terlampir.
Selanjutnya, ketika
peneliti melakukan tindakan pada tahap ini, guru melakukan apersesi
untuk memberikan motivasi dan mengarahkan siswa untuk memasuki kompetensi dasar
mengidentifikasi
kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi keseimbangan alam (ekosistem) yang
akan dipelajari, menjelaskan tujuan yang akan dicapai, menjelaskan
langkah-langkah pembelajaran, guru mengarahkan agar siswa berkumpul sesuai dengan
daftar kelompok, guru membagikan media pembelajaran, berupa: kertas plano;
spidol; isolasi pada tiap-tiap kelompok belajar, dan masing-masing kelompok
diberi permasalahan yang harus dipelajari dan didiskusikan. Siswa diberi
kesempatan mencari sumber belajar dan berdiskusi selama 20 menit dan 10 menit
kemudian masing-mesing kelompok harus menulis hasil diskusi kelompok pada
kertas pleno untuk dipamerkan pada kelompok yang
lain dengan menempel hasil diskusi yang sudah jadi di dekat kelompok. Dua siswa
dari masing-masing kelompok bertanggung
jawab menjaga hasil karyanya dan empat anggota lainnya diberi kesempatan
berkunjung pada kelompok lain sambil bertanya dan melihat kekurangan pada
kelompok lain selama 15 menit. Pada saat siswa berkunjung, antar kelompok peneliti
berkeliling sambil melihat hasil kerja siswa yang dipamerkan untuk dipriksa
kebenaran konsep yang ditulis, sekaligus melihat interaksi antar kelompok dan
aktivitas siswa.
Masing-masing
kelompok diberi kesempatan presentasi selama 5 menit sekaligus menjawab
pertanyaan kelompok lain bila ada. Selanjutnya, dilakukan diskusi kelas untuk
menuliskan kesimpulan di akhir kegiatan yang sekaligus menentukan kelompok yang
terbaik menurut pengamatan siswa dengan memberi kesempatan pada ketua kelompok
menilai hasil kerja kelompok. Peneliti memberikan tepuk tangan bersama siswa
pada kelompok terbaik.
Pada saat yang
sama, kolabolator melakukan pengamatan dengan mengisi instrumen yang sudah
disiapkan, yang meliputi: pengamatan kegiatan guru, siswa pada saat kegiatan
belajar mengajar, dan angket siswa setelah kegiatan berakhir. Hasil yang
didapat dari pengamatan ini adalah sebagai berikut. Antusias siswa dalam
mengikuti kegiatan belajar mengajar, keaktifan siswa dalam diskusi, kemampuan
siswa dalam menghimpun hasil diskusi, kelancaran dalam menjawab pertanyaan
kelompok lain, mendapat hasil diskusi, mendapatkan nilai kriteria cukup dengan
rentangan nilai 60-70 yang mencapai 50%. Kelancaran mengemukakan ide atau
pendapat, ketelitian menghimpun hasil diskusi , keaktifan bertanya, keaktifan
mencari sumber belajar, mendapat nilai kurang dengan rentang nilai >60 yang
mencapai 33,3% dan siswa yang dapat menyelesaikan tugas hanya
50%, kelancaran pada saat prsentasi hanya 50%, dan sedikit sekali yang dapat
mengemukakan pertanyaan hanya 33,3%.
Hasil angket
siswa setelah kegiatan belajar mengajar terdapat 90% siwa merasa senang, 40%
merasa kesulitan belajar, 50% siswa ada yang keberanian mengemukakan pendapat,
90% mendorong siswa lebih kreatif, presentasi belajar siswa pada siklus I,
mendapat nilai rata-rata kelas 72,00 dan masih terdapat 30,23% siswa yang
nilainya di bawah standar SKBM yang telah ditentukan sekolah.
Melihat dari
hasil pengamatan pada siklus I, antusias, keaktifan, kemampuan menghimpun data,
kelancaran mengemukakan pendapat masih cukup dan kelancaran mengemukakan ide
atau pendapat ketelitian menghimpun hasil diskusi, keaktifan bertanya,
keaktifan mencari sumber belajar, mendapat nilai kurang dengan rentang nilai
>60, ini menunjukkan siswa masih kesulitan dan belum siap
karena baru mengenal model pembelajaran think,
write, and talk. Di sisi lain, siswa
merasa senang dan terdorong untuk lebih kreatif walaupun terdapat 40% yang
masih kesulitan memahami materi dan 50% kurang berani berpendapat.Dengan
demikian, pada siklus I perlu adanya motivasi yang dapat mendorong siswa lebih
berkompetensi dengan memberikan hadiah bolpoin
pada semua anggota kelompok terbaik, menyediakan sumber belajar berupa foto
copy materi, dan meminjami buku ajar. Berdasarkan siklus I didapat nilai
prestasi siswa dengan rata-rata 72,00 yang berarti ada kenaikan 10,18% dari
sebelum tindakan. Hal ini yang mendorong dilanjutkan pada siklus II.
b. Hasil Penelitian dan
Pembahasan Siklus II
Dalam
perencanaan tindakan kelas ini, peneliti telah menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran
pada kompetensi dasar mengidentifikasi
kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi keseimbangan alam (ekosistem),
mengembangkan instrumen untuk pengamatan guru, siswa pada kegiatan belajar
mengajar dan angket siswa setelah kegiatan belajar mengajar, memberikan tugas
siswa untuk belajar di rumah, menyiapkan sumber belajar berupa buku-buku
penunjang, membagi kelas menjadi 6 kelompok yang heterogen sesuai dengan data
yang ada pada peneliti, dan mengembangkan skenario pembelajaran think, write, and talk sebagaimana RPP
terlampir.
Selanjutnya,
ketika peneliti melakukan tindakan pada tahap ini, guru melakukan apersepsi
untuk memberikan motivasi dan mengarahkan siswa untuk memasuki kompetensi dasar mengidentifikasi
kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi keseimbangan alam (ekosistem) yang
akan dipelajari, menjelaskan tujuan yang
akan dicapai, menjelaskan langkah-langkah pembelajaran, guru mengarahkan agar
siswa berkumpul sesuai dengan daftar kelompok, guru membagikan
media pembelajaran, berupa: kertas pleno;
spidol; isolasi pada tiap-tiap kelompok belajar, dan masing-masing kelompok
diberi permasalahan yang harus dipelajari dan didiskusikan. Siswa diberi
kesempatan mencari sumber belajar dan berdiskusi selama 20 menit. Kemudian
masing-mesing kelompok dalam 10 menit harus menulis hasil diskusi kelompok pada
kertas pleno untuk dipamerkan pada kelompok yang
lain dengan menempel hasil diskusi yang sudah jadi di dekat kelompok. Dua siswa
dari masing-masing kelompok bertanggung
jawab menjaga hasil karyanya dan empat anggota lainnya diberi kesempatan
berkunjung pada kelompok lain sambil bertanya dan melihat kekurangan pada
kelompok lain selama 25 menit. Pada saat siswa berkunjung, antar- kelompok
peneliti berkeliling sambil melihat hasil kerja siswa yang dipamerkan untuk diperiksa
kebenaran konsep yang ditulis, sekaligus melihat interaksi untuk diperiksa
kebenaran konsep.
Masing-masing
kelompok diberi kesempatan presentasi selama 5 menit sekaligus menjawab
pertanyaan kelompok lain bila ada. Selanjutnya, dilakukan diskusi kelas untuk
menuliskan kesimpulan di akhir kegiatan yang sekaligus menentukan kelompok yang
terbaik menurut pengamatan siswa dengan memberi kesempatan pada ketua kelompok menilai
hasil kerja kelompok. Peneliti memberikan hadiah bolpoin pada semua anggota kelompok
terbaik.
Pada saat yang
sama, kolabolator melakukan pengamatan dengan mengisi instrumen yang sudah
disiapkan, yang meliputi: pengamatan kegiatan guru, siswa pada saat kegiatan
belajar mengajar, dan angket siswa setelah kegiatan berakhir. Hasil yang
didapat dari pengamatan ini adalah sebagai berikut. Antusias siswa dalam
mengikuti kegiatan belajar mengajar, keaktifan siswa dalam diskusi, kemampuan
siswa dalam menghimpun hasil diskusi, kelancaran dalam menjawab pertanyaan kelompok
lain, mendapat nilai kriteria baik dengan rentang nilai 71-85 yang mencapai
80%. Kelancaran mengemukakan ide atau
pendapat, ketelitian menghimpun hasil diskusi , keaktifan bertanya, keaktifan
mencari sumber belajar, mendapat nilai baik dengan rentang nilai 71-85 yang
mencapai 60% dan siswa yang dapat menyelesaikan tugas
hanya 67%, kelancaran pada saat presentasi
hanya 100%, dan siswa yang dapat
mengemukakan pertanyaan hanya 70%.
Hasil angket
siswa setelah kegiatan belajar mengajar terdapat 98% siswa
merasa senang, 15% merasa kesulitan belajar, 70% siswa ada yang keberanian
mengemukakan pendapat, 95% mendorong siswa lebih kreatif, presentasi belajar
siswa pada siklus II, mendapat nilai rata-rata kelas 79,07.
Melihat dari
hasil pengamatan pada siklus II, antusias, keaktifan, kemampuan menghimpun
data, kelancaran mengemukakan pendapat masih cukup dan kelancaran mengemukakan
ide atau pendapat ketelitian menghimpun hasil diskusi, keaktifan bertanya,
keaktifan mencari sumber belajar, mendapat nilai kurang dengan rentang nilai
71-85, ini menunjukkan siswa masih kesulitan dan belum siap
karena baru mengenal model pembelajaran think,
write, and talk. Di sisi lain, siswa
merasa senang dan terdorong untuk lebih kreatif walaupun terdapat 30% yang
masih kesulitan memahami materi dan 30% kurang berani berpendapat. Dengan demikian, pada siklus III
perlu adanya motivasi yang dapat mendorong siswa lebih berkompetensi dengan
memberikan hadiah bolpoin pada semua anggota kelompok terbaik, menyediakan
sumber belajar berupa foto copy materi, dan meminjami buku ajar, menyiapkan
lembar kegiatan. Berdasarkan siklus II didapat nilai prestasi siswa dengan
rata-rata 79,07 yang berarti ada kenaikan 9,82% dari siklus I. Hal ini yang
mendorong dilanjutkan pada siklus III.
c. Hasil Penelitian dan
Pembahasan Siklus III
Dalam
perencanaan tindakan kelas ini, peneliti telah menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran pada kompetensi dasar mengidentifikasi kegiatan manusia yang dapat
mempengaruhi keseimbangan alam (ekosistem), mengembangkan
instrumen untuk pengamatan guru, siswa pada kegiatan belajar mengajar dan
angket siswa setelah kegiatan belajar mengajar, memberikan tugas siswa untuk
belajar di rumah, menyiapkan media pembelajaran berupa kertas pleno dan lembar kegiatan siswa, membagi kelas
menjadi 6 kelompok yang heterogen sesuai dengan data yang ada pada peneliti,
dan mengembangkan skenario pembelajaran think,
write, and talk sebagaimana RPP terlampir.
Selanjutnya,
ketika peneliti melakukan tindakan pada tahap ini, guru melakukan apersepsi
untuk memberikan motivasi dan mengarahkan siswa untuk memasuki pada kompetensi dasar mengidentifikasi
kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi keseimbangan alam (ekosistem),
menjelaskan tujuan yang akan dicapai, menjelaskan langkah-langkah pembelajaran,
guru mengarahkan agar siswa berkumpul sesuai dengan
daftar kelompok, guru membagikan media pembelajaran, berupa: kertas plano; dan
lembar kegiatan siswa pada tiap-tiap kelompok belajar, dan masing-masing
kelompok diberi permasalahan yang harus dipelajari dan didiskusikan. Siswa
diberi kesempatan mencari sumber belajar serta melakukan diskusi selama 20 menit,
dan 10 menit kemudian masing-masing kelompok
harus menulis hasil diskusi kelompok pada kertas pleno
untuk dipamerkan pada kelompok yang lain dengan menempel hasil diskusi yang
sudah jadi di dekat kelompok. Dua siswa dari masing-masing kelompok bertanggung jawab menjaga hasil karyanya dan empat
anggota lainnya diberi kesempatan berkunjung pada kelompok lain sambil bertanya
dan melihat kekurangan pada kelompok lain selama 15 menit. Pada saat siswa
berkunjung, antar kelompok , peneliti
berkeliling sambil melihat hasil kerja siswa yang dipamerkan untuk diperiksa
kebenaran konsep yang ditulis, sekaligus melihat interaksi antar kelompok dan
aktivitas siswa.
Masing-masing
kelompok diberi kesempatan presentasi selama 5 menit sekaligus menjawab
pertanyaan kelompok lain bila ada. Selanjutnya, dilakukan diskusi kelas untuk
menuliskan kesimpulan di akhir kegiatan yang sekaligus menentukan kelompok yang
terbaik menurut pengamatan siswa dengan memberi kesempatan pada ketua kelompok
menilai hasil kerja kelompok. Peneliti memberikan tepuk tangan bersama siswa
pada kelompok terbaik.
Pada saat yang
sama, kolabolator melakukan pengamatan dengan mengisi instrumen yang sudah
disiapkan, yang meliputi: pengamatan kegiatan guru, siswa pada saat kegiatan
belajar mengajar, dan angket siswa setelah kegiatan berakhir. Hasil yang
didapat dari pengamatan ini adalah sebagai berikut. Antusias siswa dalam
mengikuti kegiatan belajar mengajar, keaktifan siswa dalam diskusi, kemampuan
siswa dalam menghimpun hasil diskusi, keaktifan bertanya, keaktifan mencari
sumber belajar, mendapat nilai baik sekali dengan rentang nilai >85 yang
mencapai 90%. Dengan ini, 100% siswa
sudah dapat menyelesaikan tugasnya, kelancaran pada saat presentasi
hanya 90%.
Hasil angket
siswa setelah kegiatan belajar mengajar terdapat 100% siswa
merasa senang, 13% merasa kesulitan belajar, 92% siswa ada yang keberanian
mengemukakan pendapat, 100% mendorong siswa lebih kreatif, presentasi belajar
siswa pada siklus III, mendapat nilai rata-rata kelas 84,65.
Melihat dari
hasil pengamatan pada siklus III, antusias,
keaktifan, kemampuan menghimpun data, kelancaran mengemukakan pendapat masih
cukup dan kelancaran mengemukakan ide atau pendapat ketelitian menghimpun hasil
diskusi, keaktifan bertanya, keaktifan mencari sumber belajar, mendapatkan
nilai baik sekali, ini menunjukkan bahwa sudah
ada peningkatan yang signifikan melalui pembelajaran Think, Write, and Talk,
13% siswa yang masih kesulitan memahami materi dan 8% kurang berani
berpendapat. Dengan demikian, pada siklus III kegiatan dipandang sudah cukup
dan tidak dilanjutkan pada siklus berikutnya,. Berdasarkan siklus III didapat
nilai presentasi siswa dengan rata-rata 84,65 yang berarti ada kenaikan 7,06% dari
siklus II.
Untuk mengetahui
lebih jelas perubahan dari siklus ke siklusnya dapat dilihat dalam tabel
berikut.
Tabel 1 Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa
pada Saat KBM
No
|
Kegiatan/Aspek yang diamati
|
Siklus I
|
Siklus II
|
Siklus III
|
1.
|
Antusias siswa dalam mengikuti KBM
|
Cukup
|
Baik Sekali
|
Baik Sekali
|
2.
|
Kelancaran mengemukakan ide dalam
memecahkan masalah
|
Kurang
|
BaIK
|
Baik Sekali
|
3.
|
Keaktifan siswa dalam diskusi
|
Cukup
|
Baik
|
Baik Sekali
|
4.
|
Kemampuan siswa dalam menghimpun hasil
diskusi
|
Cukup
|
Baik Sekali
|
Baik Sekali
|
5.
|
Ketelitian dalan menghimpun hasil
diskusi
|
Kurang
|
Baik
|
Baik
|
6.
|
Keaktifan
dalam bertanya
|
Kurang
|
Baik
|
Baik
|
7.
|
Keaktifan siswa dalam mencari sumber
belajar
|
Kurang
|
Baik
|
Baik Sekali
|
8.
|
Kelancaran siswa dalam menjawab
pertanyaan
|
Cukup
|
Baik
|
Baik
|
Keterangan: Baik sekali : 86 – 100
Baik : 71 – 85
Cukup : 60 – 70
Kurang : >60
Hasil angket
siswa yang diambil pada setiap siklus, disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 2 Rekapitulasi Hasil Angket Siswa Setelah KBM
No
|
Pertanyaan
|
Jawaban
|
Siklus I (%)
|
Siklus II (%)
|
Siklus III (%)
|
1.
|
Apakah pembelajaran Think, Write, dan Talk menyenangkan?
|
Ya
|
90
|
93
|
100
|
Tidak
|
10
|
7
|
0
|
||
2.
|
Apakah dengan pembelajaran Think, Write, dan Talk membuat kamu mudah
memahami pelajaran?
|
Ya
|
60
|
70
|
87
|
Tidak
|
40
|
30
|
13
|
||
3.
|
Apakah dengan pembelajaran Think, Write, dan Talk membuat kamu
berani mengemukakan pendapat?
|
Ya
|
50
|
70
|
92
|
Tidak
|
50
|
30
|
8
|
||
4.
|
Apakah dengan pembelajaran Think, Write, dan Talk mendorong kamu
lebih kreatif?
|
Ya
|
90
|
95
|
100
|
Tidak
|
10
|
5
|
0
|
||
5.
|
Apakah kamu mengalami kesulitan dalam
pembelajaran Think, Write, dan Talk?
|
Ya
|
30
|
15
|
0
|
Tidak
|
70
|
85
|
100
|
GRAFIK 1 Hasil Ulangan
Sebelum Dan
Tiap Akhir siklus
H. Simpulan
Setelah dilakukan penelitian tindakan kelas yang hasilnya untuk kemudian
dianalisis secara deskriptif, akhirnya diperoleh simpulan sebagai berikut.
1.
Inovasi pembelajaran Think, Write, and Talk menjadikan siswa lebih kreatif dan aktif dalam
pembelajaran.
2.
Keterampilan menyampaikan pendapat
kepada orang lain baik lisan maupun tulisan perlu
ada latihan.
3.
Inovasi pembelajaran Think, Write, and Talk meningkatkan hasil prestasi belajar siswa.
I. Daftar Pustaka
Amien, Moch.
1980. Peranan Kreativitas dalam
Pendidikan.Depdikbud: Analisis Kebudayaan Jakarta.
De Porter,
B & Hernacki, M. 2003. Quantum Learning. Bandung: PT. Mizan Pustaka.
Departemen
Pendidikan Nasional. 2004. Materi Pelatihan Terintegrasi Ilmu Pengethuan Sosial.
Hermawan, Asep. 2008. Upaya Peningkatan Mutu Pengelolaan Proses
Belajar Mengajar Melalui Penerapan Meaningful Learning Strategy.
Makalah : Tidak dipublikasikan.
Kuncoro,
S. A. 1992. Nilai-nilai Keagamaan dan Mengembangkan Kreativitas Anak (Suatu
Tantangan bagi Kehidupan Modern) Cakrawala Pendidikan. Yogyakarta: PPM
IKIP Yogyakarta.
Mulyana, E.
2005. Implementasi Kurikulum 2004.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Meier, D. 2003. The
Acceleratied Learning. Bandung: PT. Mizan Pustaka.
Nur, Muhammad. 2005.
Guru
yang Berhasil dan Pengajaran Langsung. Departemen Pendidikan Nasional.
Semiawan, C,
Munandar,A. S. dan Munandar, S O U. 1987. Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah.
Jakarta: Gramedia.
Sutusiah,
2006. Peningkatan Minat Belajar dan Aktivitas Siswa Pokok Bahasan
Keanekaragaman Hayati Kelas VI Melalui
Pembelajaran Think, Write, and Talk,
Laporan PTK.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar