A.
Judul
UPAYA
PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATERI PERKALIAN PADA MATA PELAJARAN
MATEMATIKA MELALUI VARIASI METODE KUMON MODEL KONSTRUKTIVISME
(Penelitian Tindakan di Kelas VI SD Negeri 4 Kertaharja, Kecamatan
Cimerak, Kabupaten Ciamis Tahun Pelajaran 2011/2012)
B.
Nama Penulis
Mamat Rohimat,
S.Pd. SD
C.
Abstrak dan Kata
Kunci
Abstrak
Kata Kunci: Hasil Belajar, Materi Perkalian, Metode
Kumon
D.
Pendahuluan
- Latar Belakang Masalah
Keberhasilan pembelajaran
matematika pada jenjang pendidikan dasar, khususnya di Sekolah Dasar akan
menjadi faktor penentu keberhasilan pembelajaran matematika pada jenjang
pendidikan berikutnya (SMP dan SMA). Hal ini dapat dimaklumi, tentunya dengan
berbagai alasan yang normatif, terutama karena pada jenjang pendidikan dasar
ini siswa dibekali dengan berbagai kemampuan dasar matematika, seperti yang
telah ditetapkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Sekolah Dasar
khususnya untuk Mata Pelajaran Matematika di masing-masing kelas. Tanpa
memiliki kemampuan yang sangat mendasar ini, tidak mungkin mampu menguasai
kemampuan selanjutnya. Itu sebabnya, demi keberhasilan pembelajaran matematika
pada jenjang pendidikan dasar patut
diupayakan melalui berbagai cara yang tepat, tentunya oleh guru (Asher,
2008:13).
Tujuan pembelajaran matematika di
kelas VI Sekolah Dasar, adalah, “Untuk melatih siswa berpikir sistematis
(teratur), logis (masuk akal), kritis (banyak bertanya, tidak lekas percaya),
kreatif (berdaya cipta), dan konsisten (taat aturan). Hal ini dilakukan, antara
lain melalui pelatihan penambahan, pengurangan, pembagian, dan perkalian
bilangan” (Fajariyah dan Triratnawati, 2008:6).
Sementara itu berkaitan dengan
kegiatan pembelajaran adalah hasil belajar, hasil belajar itu dapat dipahami
sebagai kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia melaksanakan
pengalaman belajarnya. Adapun factor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan
belajar tersebut dapat dibagi menjadi dua
bagian besar yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
yaitu faktor biologis dan faktor fsikologis. Sementara faktor eksternal yaitu
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat.
Faktor-faktor di atas akan menjadi patokan
guna mengukur tingkat keberhasilan siswa setelah mengikuti pembelajaran
matematika dengan materi ajar tertentu, termasuk di dalamnya adalah perkalian.
Khusus untuk mengetahui hasil belajar mata pelajaran matematika maka hasil
belajar tersebut adalah Hasil belajar siswa terhadap materi ajar perkalian,
dinilai sangat penting, karena perkalian mendasari beberapa konsep matematika
lain. Hal ini sebagaimana ditegaskan Sumarno dan Sukahar (dalam Khotimah dkk.,
2010:85), bahwa ‘Perkalian adalah penjumlahan berulang. Perkalian mendasari
beberapa konsep matematika lain. Perkalian dibutuhkan untuk memecahkan
persoalan berhitung dalam kehidupan sehari-hari’.
Untuk mengetahui sudah sampai
sejauh mana tingkat hasil belajar perkalian pada siswa kelas VI SD Negeri 4
Kertaharja, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis, maka dilakukan evaluasi. Untuk
kemudian data evaluasi masing-masing siswa dinilai dengan menggunakan ketentuan
yang berlaku, yaitu Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk setiap kompetensi
dasar mata pelajaran matematika yang berlaku di sekolah. Hasilnya menunjukkan tujuh
puluh lima persen (75%) siswa tingkat hasil belajarnya terhadap materi ajar
perkalian masih kurang. Rata-rata nilai yang diperoleh mereka masih kurang dari
nilai 6 (hasil evaluasi guru kelas VI SD Negeri 4 Kertaharja).
Bertolak dari kenyataan di atas,
penulis merasa perlu meneliti permasalahan yang muncul agar siswa mampu menggunakan
dasar perkalian, seperti: Pembagian, Kelipatan Persekutuan Terkecil, Faktor
Persekutuan Terbesar, Penyederhanaan Pemecahan, Konversi Pemecahan, Soal Cerita
Perkalian, dan lain-lain.
Timbulnya masalah yang tidak
diharapkan itu sebagai akibat keterbatasan kemampuan mereka untuk dididik dalam
memahami pelajaran. Akibat lain, sangat mungkin hal ini dikarenakan guru kurang
mampu mengelola pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi mereka.
Sehingga, wajarlah apabila kemudian mereka berlaku asal belajar dan akhirnya
kurang menguasai materi ajar.
Untuk mengatasi masalah di atas
solusi yang diupayakan oleh penulis adalah mengelola pembelajaran perkalian
berdasarkan langkah-langkah metode KUMON. Dasar pertimbangan solusi ini
ditempuh, antara lain:
1.
Terinsprirasi
oleh temuan hasil penelitian Jaiyaroh (2006:87) yang menyimpulkan bahwa
pembelajaran perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON model
konstruktivisme membuat siswa Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Melalui
pembelajaran berorientasi PAKEM ini kinerja siswa dan guru lebih meningkat,
proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan berkualitas, siswa lebih kreatif,
hasil belajar perkalian lebih optimal, dan hasil belajar matematika lebih
memuaskan.
2.
Tingkat
hasil belajar siswa dapat dikembangkan secara bertahap (step by step), memupuk tanggung jawab pribadi, meningkatkan
kemandirian, menanamkan dasar perkalian yang kuat sesuai prinsip metode KUMON
model konstruktivisme yang dikembangkan oleh Toru KUMON dari Jepang.
Keistimewaan metode KUMON model konstruktivisme adalah bimbingan perseorangan
sesuai kemampuan masing- masing siswa, bahan pelajaran disusun secara efektif,
sistematis, dan step by step. Siswa
dilatih memahami dan mengerjakan soal dengan kemampuannya sendiri untuk
membentuk kemandirian.
3.
Metode
KUMON model konstruktivisme belum pernah digunakan oleh guru kelas VI SD Negeri
4 Kertaharja, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis, baik dalam pembelajaran
perkalian maupun yang lain.
Besar harapan
setelah mengikuti pembelajaran perkalian dengan menggunakan metode KUMON model
konstruktivisme hasil belajar siswa mengalami peningkatan.
Berdasarkan
uraian di atas, penulis merasa terdorong untuk mengadakan penelitian tindakan
kelas dengan judul “UPAYA PENINGKATAN HASIL
BELAJAR SISWA DALAM MATERI PERKALIAN PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA MELALUI
VARIASI METODE KUMON MODEL KONSTRUKTIVISME (Penelitian Tindakan di Kelas VI SD
Negeri 4 Kertaharja, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis)”.
b.
Perumusan
Masalah
Bertolak dari
batasan masalah di atas, pokok masalah dalam penelitian tindakan kelas ini dapat
dirumuskan secara lebih spesifik menjadi sebagai berikut.
1.
MBagaimanakah
perencanaan pembelajaran mata pelajaran matematika pada pokok bahasan perkalian
berdasarkan variasi metode KUMON model konstruktivisme model konstruktivisme yang
diupayakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri 4
Kertaharja?
2.
Bagaimanakah
pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran matematika pokok bahasan perkalian
berdasarkan variasi metode KUMON model konstruktivisme model konstruktivisme untuk
meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri 4 Kertaharja?
3.
Bagaimanakah
peningkatan hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri 4 Kertaharja dalam mata
pelajaran matematika pada pokok bahasan perkalian setelah menggunakan metode
KUMON model konstruktivisme model konstruktivisme?
c.
Tujuan
Penelitian
Bertolak
dari pokok masalah yang telah dirumuskan lebih dulu, tujuan penelitian ini
dapat ditentukan sebagai berikut.
1.
Untuk
meningkatkan kemampuan guru menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
mata pelajaran matematika pada pokok bahasan perkalian berdasarkan variasi metode
KUMON model konstruktivisme model konstruktivisme untuk meningkatkan hasil
belajar siswa kelas VI SD Negeri 4 Kertaharja.
2.
Untuk
meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran mata pelajaran
matematika pokok bahasan perkalian berdasarkan variasi metode KUMON model
konstruktivisme model konstruktivisme yang diupayakan untuk meningkatkan hasil
belajar siswa kelas VI SD Negeri 4 Kertaharja.
3.
Untuk
mengetahui hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri 4 Kertaharja dalam mata
pelajaran matematika pada pokok bahasan perkalian setelah diupayakan melalui
variasi metode KUMON model konstruktivisme model konstruktivisme.
E.
Kajian Pustaka
a. Metode Kumon
Metode
KUMON model konstruktivisme adalah metode pembelajaran yang ditemukan oleh Toru
KUMON dari jepang. Dengan prinsip pembelajaran perseorangan sesuai kemampuan
masing-masing siswa dan disusun secara sistematis step by step.
Sistem
belajar KUMON berbeda dengan sistem belajar yang ada di kursus lain yang
memberikan pelajaran secara sama rata. Dari website KUMON, diketahui bahwa
system belajar KUMON adalah “sistem belajar perseorangan yang mengembangkan
kemampuan setiap individu anak” (www.kumon.co.id)
Pada mulanya KUMON diperuntukan dalam
pelajaran matematika untuk membantu anak mengembangkan potensi yang
dimilikinya. Namun, KUMON juga dikembangkan untuk pembelajaran bahasa inggris
dan tersebar di 44 negara, termasuk Indonesia.
Bahan pelajaran matematika KUMON bertujuan
untuk membantu kemampuan dasar agar anak dapat mempelajari matematika tingkat
SMA dengan kemampuannya sendiri.
Bahan pelajaran matematika KUMON terdiri
dari 23 level. Bahannya dimulai dari yang paling sederhana, seperti: pengenalan
bilangan, hingga limit fungsi, integral, diferensial, dan statistik setara
pelajaran tingkat SD. Rangkaian soal KUMON tersusun secara sistematis dan small steps untuk memudahkan anak
belajar. Tahapan penguasaan materi pelajaran dibuat detail setapak demi
setapak. Tujuannya agar anak memiliki kemampuan yang baik untuk maju ke
pelajaran berikutnya. Pada akhirnya, siswa tidak kesulitan dengan pelajaran
matematika. Di lembar kerja diberikan petunjuk dan contoh soal sehingga anak
dapat mengerjakan soal dengan kemampuannya sendiri. KUMON dapat diikuti oleh
anak prasekolah siswa SD, siswa SMP, dan siswa SMA dengan segala tingkat
kemampuannya.
Keberhasilan belajar KUMON ditentukan oleh
penguasaan siswa per lembar kerja dan target waktu pencapaian yang disepakati
bersama, di kursus KUMON kecekatan siwa dan pembimbing, pemberi pujian, dan
pemberian feed back, sangat
mempengaruhi hasil belajar siswa.
Sebelum
memulai pelajaran di KUMON, mula-mula anak perlu mengikuti tes penempatan untuk
mengetahui level awal yang tepat. Setelah itu, anak belajar kursus setiap 2
kali seminggu. Pada hari kursus, siswa bebas datang jam berapa saja diantara
jam buka kursus yang telah ditentukan. Di KUMON, masing-masing anak mendapatkan
program belajar secara individual sesuai dengan kemampuan masing-masing dan
mengerjakan secara mandiri. Setelah selesai, lembar kerja diserahkan ke
pembimbing untuk diperiksa dan diberi nilai. Jika ada yang salah, siswa disuruh
membetulkan sendiri agar anak benar-benar menguasai apa yang dipelajari dan
tidak mengulang kesalahan yang sama. Selanjutnya, siswa akan menerima lembar
kerja PR untuk dikerjakan di rumah hingga hari kursus berikutnya. Sebelum
pulang, siswa mengikuti latihan secara lisan bersama pembimbing.
Keistimewaan KUMON dibanding kursus
lain adalah sebagai berikut.
1.
Pelajaran
disesuaikan dengan kemampuan masing-masing anak.
2.
Mulai
pelajaran dari hal mudah
3.
Membentuk
kemandirian belajar.
Karena
keistimewaan KUMON tersebut, penulis berpendapat metode ini tepat untuk siswa
tingkat MI atau yang sederajat. Sebab, kemampuan dasar perkalian masing-masing
siswa tidak sama. Kecepatan belajar mereka juga berbeda. Prinsip belajar step by step sangat cocok bagi mereka,
demikian juga pembentukan kemandirian belajar.
Untuk melatih keterampilan sosial sehingga
siswa tidak tumbuh menjadi egois dan individualis, serta untuk menyiasati hambatan
belajar siswa akibat keterbatasannya, sengaja diupayakan adanya variasi dalam
menerapkan strategi KUMON. Variasi yang dimaksud yaitu dengan menggunakan model
konstruktivis elaborasi. Uraian lebih jauh mengenai variasi KUMON berdasarkan
model konstruktivisme elaborasi diuraikan secara khusus,yaitu:
1.
Pusat kegiatan
belajar mengajar adalah peserta didik yang aktif.
2.
Pembelajaran
dimulai dari yang sudah diketahui dan dipahami peserta didik.
3.
Bangkitkan
motivasi belajar peserta didik dengan membuat materi pelajaran sebagai hal yang
menarik dan berguna bagi kehidupannya.
4.
Guru harus
segera mengenali materi pelajaran dan metode pembelajaran yang membuat peserta
didik bosan. Ini harus segera ditanggulangi.
5.
Siswa harus
selalu aktif selama pembelajaran.
6.
Proses aktif ini
tidak terjadi melalui transmisi, tapi melalui interpretasi.
7.
Interpretasi
selalu dipengaruhi oleh pengetahuan sebelumnya.
8.
Interpretasi
dibangun oleh metode instruksi yang memungkinkan negosiasi pemikiran (bertukar
pikiran), melalui diskusi, tanya jawab, dan sebagainya.
9.
Tanya jawab
didorong oleh kegiatan inkuiri (ingin tahu) para siswa. Jadi kalau siswa tidak bertanya/tidak bicara berarti dia
tidak belajar secara optimal.
10.
Kegiatan belajar
mengajar tidak hanya merupakan suatu proses pengalihan pengetahuan, tapi juga
pengalihan keterampilan dan kemampuan.
Ada
beberapa langkah konkret yang harus diupayakan guru dalam mengelola proses
belajar siswa bila menggunakan model pembelajaran konstruktivisme. Beberapa
langkah dimaksud dijelaskan Mulyasa (2003:243) dalam rangkaian tahapan berikut.
Pertama,
tahap pemanasan-apersepsi selama lebih kurang 5 s.d. 10 menit, dengan
langkah-langkah berikut: (1) pelajaran dimulai dengan hal-hal yang diketahui
dan dipahami peserta didik; (2) motivasi peserta didik dengan bahan ajar yang
menarik dan berguna baginya; (3) peserta didik didorong agar tertraik untuk
mengetahui hal-hal yang baru. Kedua, tahapan eksplorasi selama
lebih kurang 25 s.d. 30 menit, dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1)
materi/keterampilan baru diperkenalkan; (2) libatkan siswa secara aktif dalam problem solving; (3) letakkan penekanan pada kaitan struktural, yaitu
kaitan antara materi ajar yang baru dengan berbagai aspek kehidupan di dalam
lingkungan; dan (4) cari metodologi yang paling tepat sehingga materi ajar
dapat terproses menjadi bagian dari pengetahuan peserta didik. Ketiga,
tahapan konsolidasi pembelajaran, dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1)
melibatkan peserta didik secara aktif dalam menafsirkan dan memahami materi
ajaran baru; (2) libatkan siswa secara aktif dalam problem solving; (3) letakkan penekanan pada kaitan struktural,
yaitu kaitan antara materi ajar yang baru dengan berbagai aspek
kegiatan/kehidupan di dalam lingkungan; dan (4) cari metodologi yang paling
tepat sehingga materi ajar dapat terproses menjadi bagian dari pengetahuan
peserta didik. Keempat, tahapan
pembentukan sikap dan perilaku selama lebih kurang 10 menit, dengan
langkah-langkah sebagai berikut: (1) peserta didik didorong untuk menerapkan
konsep/pengertian yang dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari; (2) peserta
didik membangun sikap dan perilaku baru dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan
pengertian yang dipelajari; dan (3) cari metodologi yang paling tepat agar
terjadi perubahan pada sikap dan perilaku peserta didik. Kelima, tahap penilaian
formatif selama lebih kurang 10 menit, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
(1) kembangkan cara-cara untuk menilai hasil pembelajaran peserta didik; (2)
gunakan hasil penilaian tersebut untuk melihat kelemahan atau kekurangan
peserta didik dan masalah-masalah yang dihadapi guru; dan (3) cari metodologi yang paling tepat yang
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Keunggulan-keunggulan metode
KUMON model konstruktivisme berbeda dengan metode lain, dan ini belum tentu
dimiliki dalam beberapa metode tersebut. Menurut Mulyasa dan beberapa ahli
lainnya, seperti telah dijelaskan di atas, diperoleh gambaran keunggulan metode
KUMON model konstruktivisme, di antaranya:
1.
Materi
ajar dipelajari siswa secara bertahap.
2.
Pengelolaan
materi ajar didasarkan pada tingkat kebutuhan siswa untuk mencapai tujuan.
3.
Tidak
membutuhkan waktu yang lama untuk membimbing dan mengarahkan siswa ke arah
pembelajaran yang diharapkan.
4.
Pemberian
tugas akan meningkatkan kematangan berpikir siswa terhadap materi ajar yang
dipelajari.
5.
Mudah
bagi guru untuk mengarahkan dan membimbing siswa pada tingkat proses
pembelajaran yang berdinamika sebagai dampak adanya model konstruktivisme yang
diterapkan.
6.
Pembelajaran
tidak akan terkesan membosankan karena aktivitas pembelajaran berorientasi
PAIKEM (pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan).
Selain
ada sisi keunggulannya, metode KUMON model konstruktivisme pun tidak lepas dari
beberapa kelemahan, di antaranya:
1.
Perbedaan
kemampuan awal peserta didik susah diprediksi upaya untuk mengatasinya, dan
biasanya ini bisa di atasi setelah berlangsungnya kegiatan pembelajaran inti.
2.
Membutuhkan
situasi yang benar-benar kondusif dan media pembelajaran yang tidak seadanya,
harus bermutu, dan valid untuk materi yang dipelajari.
3.
Butuh
waktu untuk mempejalari kesesuaian suatu model KUMON yang benar-benar efektif
untuk mengatasi permasalahan siswa yang sejalan dengan materi ajar dan tujuan
yang diinginkan tercapai setelah pembelajaran berlangsung.
b.
Hipotesis
Tindakan
Bertolak
dari pokok masalah penelitian tindakan kelas ini dan kerangka teoretik di atas,
maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut “Variasi metode KUMON
model konstruktivisme dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas III SD
Negari 3 Cibenda dalam Pembelajaran Mata Pelajaran Matematika pada Pokok
Bahasan Perkalian”.
F.
Metodologi
Penelitian
a.
Rencana Penelitian
1.
Setting Penelitian
Setting dalam penelitian
ini meliputi : tempat penelitian, waktu penelitian, dan siklus PTK sebagai
berikut.
a)
Tempat Penelitian
Penelitian
tindakan kelas tentang upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada materi ajar
perkalian melalui variasi metode KUMON model konstruktivisme ini dilaksanakan kelas VI SD Negeri 4
Kertaharja, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis.
b)
Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini berlangsung pada bulan
Februari sampai dengan bulan Maret 2011, tahun pelajaran 2011/2012. Penetapan waktu tersebut mengacu pada kalender
akademik sekolah.
c)
Siklus PTK
Penelitian tindakan kelas ini direncanakan dalam tiga siklus yang
diupayakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dalam materi ajar
perkalian. Namun, apabila selama dalam tiga siklus tersebut masih terdapat
siswa yang belum mengalami peningkatan hasil belajar yang diharapkan, ada
kemungkinan berlanjut pada siklus berikutnya hingga seluruh siswa dinyatakan
menguasai materi ajar perkalian.
2. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian
tindakan kelas ini adalah guru dan siswa kelas VI SD Negeri 4 Kertaharja,
Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis, yang memasuki semester II tahun
pelajaran 2011/2012. Jumlah siswa tersebut ada 35 orang, yang terdiri atas 27
orang siswa berjenis kelamin laki-laki dan 8 orang siswa berjenis kelamin
perempuan.
b.
Rencana Tindakan
Secara sederhana,
tahapan-tahapan dalam setiap siklus PTK seperti telah dijelaskan di atas,
divisualisasikan Kemmis dan Taggart (dalam Hermawan, 2009:8) sebagai berikut.
c. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam setiap
siklus PTK ini menggunakan beberapa teknik berikut.
1.
Teknik observasi
diupayakan untuk mengumpulkan data aktivitas guru dan siswa selama berinteraksi
dalam KBM pada masing-masing siklus PTK. Kegiatan yang dilakukan pengamat
selama proses pengumpulan data melalui teknik ini antara lain merekam dan
mencatat semua peristiwa yang sedang berlangsung dari awal hingga akhir
masing-masing siklus PTK.
2.
Teknik wawancara
diupayakan untuk memperoleh data tanggapan secara lisan dari guru dan siswa
sehubungan dengan beberapa pertanyaan yang diajukan terkait dengan situasi KBM
yang telah berlangsung pada masing-masing siklus PTK.
3.
Teknik tes
diupayakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam memenuhi setiap tuntutan pembelajaran pada masing-masing
siklus PTK.
- Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Data yang dikumpulkan melalui beberapa teknik dan instrumen pengumpulan
data pada setiap pelaksanaan siklus PTK dianalisis secara deskriptif dengan
menggunakan teknik persentase untuk melihat kecenderungan yang terjadi dalam
kegiatan pembelajaran.
1.
Hasil belajar yang
diperoleh siswa dalam pembelajaran pada masing-masing siklus PTK,
dianalisis dengan cara menganalisis
nilai rata-rata hasil evaluasi. Kemudian hasilnya dikategorikan dalam
klasifikasi tinggi, sedang, dan rendah.
2.
Aktivitas
siswa dalam pembelajaran untuk masing-masing siklus PTK dianalisis dengan cara menganalisis
tingkat keaktifan siswa dalam memenuhi tuntutan pembelajaran. Kemudian hasilnya
dikategorikan dalam klasifikasi tinggi, sedang, dan rendah.
3.
Kemampuan
guru dalam mengelola proses pembelajaran untuk masing-masing siklus PTK
dianalisis dengan cara menganalisis tingkat kemampuan guru dalam memenuhi
setiap tuntutan proses pembelajaran. Kemudian hasilnya dikategorikan dalam
klasifikasi tinggi, sedang, dan rendah. Kemampuan dimaksud, baik dalam
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, maupun tindak lanjut hasil pembelajaran
untuk masing-masing siklus PTK.
Kerangka pengolahan dan analisis
data tersebut di atas akan diberlakukan pada setiap siklus tindakan sampai
peningkatan hasil belajar siswa tercapai dan kinerja guru pun meningkat.
G. Hasil Penelitian dan Pembahasan
a.
Deskripsi Siklus
1
Penelitian tindakan kelas siklus 1 menempuh empat tahapan berikut: (1)
perencanaan tindakan (planning); (2)
pelaksanaan tindakan (acting); (3)
pengamatan (observing); dan (4)
refleksi (reflecting). Data
masing-masing tahapan tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut.
1. Perencanaan
Tindakan (Planning)
Pada tahap perencanaan tindakan siklus 1,
tim peneliti menempuh serangkaian kegiatan yang diupayakan agar berkontribusi
pada kelancaran pelaksanaan tindakan siklus 1. Setiap kegiatan yang
direncanakan tidak lepas dari masalah yang ingin diselesaikan dan solusi untuk
mengatasinya. Adapun kegiatan dimaksud, sebagai berikut.
1)
Tim
peneliti menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran pokok bahasan perkalian
berdasarkan langkah-langkah variasi metode KUMON model konstruktivisme. Setiap
komponen yang direncanakan dituangkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran
tertulis untuk dijadikan sebagai pedoman bagi guru dan siswa pada saat
pelaksanaan tindakan siklus 1 berlangsung. Beberapa komponen yang dirumuskan
itu, antara lain: (1) standar kompetensi; (2) kompetensi dasar; (3) indikator
hasil belajar; (4) tujuan pembelajaran; (5) materi pokok; (6) kegiatan belajar
mengajar; (7) alat dan sumber belajar; dan (8) penilaian.
2)
Membuat
instrumen, antara lain: (1) Lembar Kerja Siswa; (2) Lembar Observasi; dan (3)
Lembar Tes Siklus 1.
2. Pelaksanaan Tindakan (Acting)
Pada
tahap pelaksanaan tindakan (acting)
siklus 1, guru dan siswa melaksanakan kegiatan belajar mengajar pokok bahasan
perkalian berdasarkan langkah-langkah variasi metode KUMON model
konstruktivisme, sesuai dengan rencana tindakan siklus 1. Adapun
langkah-langkah pelaksanaannya sebagai berikut.
1)
Penyajian
epitome, guru menerangkan kerangka isi materi ajar dan menjelaskan
langkah-langkah belajar yang harus ditempuh oleh siswa dalam rangka mencapai
tujuan.
2)
Elaborasi
1, guru menjelaskan materi ajara perkalian.
3)
Sintesis
1, guru membimbing siswa memahami materi ajar, terutama siswa yang nilai hasil
belajarnya dengan kategori sedang.
4)
Pengumpulan
hasil unjuk kerja siswa oleh guru untuk selanjutnya dinilai sebagai data nilai
pemahaman siswa terhadap materi ajar.
5)
Elaborasi
2, guru menjelaskan tentang pokok bahasan perkalian.
6)
Konsolidasi,
guru menanyakan permasalahan/kesulitan siswa dalam memahami materi ajar,
terutama kepada siswa yang nilai hasil unjuk kerjanya dinilai dengan kategori
sedang pada pembelajaran sebelumnya.
7)
Pengumpulan
hasil unjuk kerja siswa oleh guru untuk dievaluasi sebagai data hasil pemahaman
siswa terhadap materi ajar. Seluruh data yang harus didapat oleh observer,
yaitu penilaian sikap, pengamatan aktivitas siswa dan guru, serta data yang
didapat oleh guru, yaitu nilai hasil belajar siswa dan unjuk kerja siswa.
Selanjutnya, diolah bersama untuk diketahui kekurangan dan kelebihannya sebagai
acuan perencanaan siklus 2.
3. Pengamatan (Observing)
Pengamatan atau observasi dilakukan
untuk mendapatkan data aktivitas guru dan siswa sebagai bahan acuan evaluasi
proses pembelajaran. Tahap pengamatan dilakukan dua kali. Setiap pengamatan
dilakukan oleh dua orang observer pada waktu proses pembelajaran, yaitu sebagai
berikut.
1)
Pada
waktu penyajian epitome, elaborasi 1, sintesis 1, observer I mengamati
aktivitas guru, sedangkan observer II mengamati/menilai sikap siswa dalam
proses pembelajaran. Adapun hasil rangkuman jawaban yang dikotomi dari daftar
penilaian sikap siklus 1 seperti pada daftar tabel 1 dalam pembelajaran pokok
bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme,
dapat dilihat pada tabel 4.1 (data keaktifan dalam pembelajaran siklus 1) dan
tabel A1.1 (data keaktifan siswa siklus 1), seperti berikut ini.
Tabel 4.1
Data Keaktifan dalam Pembelajaran Siklus 1
No.
|
Aspek
|
Nilai
Rata-rata
|
Tingkat
Keaktifan
dalam
Pembelajaran
|
1
|
Disiplin
|
7,50
|
Baik
|
2
|
Ketekunan
|
7,50
|
Baik
|
3
|
Tanggung
jawab
|
8,00
|
Sangat Baik
|
4
|
Konsultasi
|
7,47
|
Baik
|
5
|
Solusi
|
7,47
|
Baik
|
6
|
Kerja
sama
|
8,00
|
Sangat Baik
|
7
|
Kemandirian
|
7,66
|
Baik
|
Rata-rata
|
7,66
|
Baik
|
Pada tabel 4.1, menunjukkan bahwa
tingkat keaktifan siswa dalam pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan
menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme, dari 32 siswa memiliki
nilai rata-rata 7,66 dengan kategori baik.
Tabel 4.2
Data Keaktifan Siswa Memahami Materi Ajar Siklus 1
Kategori Keaktifan Menganalisis
Materi Ajar
|
|||
Sangat Baik
|
Baik
|
Cukup
|
Kurang
|
>8.00
|
7,50 _ 7,99
|
7,00 _ 7,49
|
6,00 _ 6,99
|
11 Siswa
|
12 Siswa
|
9 Siswa
|
-
|
Pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa tingkat
keaktifan siswa belajar dari 32 siswa dalam memahami materi ajar tentang pokok
bahasan perkalian: (1) 11 orang siswa dengan ketegori sangat baik; (2) 12 orang
siswa dengan kategori baik; dan (3) 9 orang siswa dengan kategori cukup. Dari
32 orang siswa, hasil penilaian keaktifan belajar rata-rata sebagian besar
siswa menunjukkan baik, tetapi 9 orang siswa lainnya tingkat keaktifannya masih
dalam kategori cukup.
2)
Pada
waktu penyajian elaborasi 2, konsolidasi, sintesis 2, observer I mengamati
aktivitas guru, sedangkan observer II mengamati aktivitas siswa. Rangkuman
hasil pengamatan dari daftar observasi siswa siklus 1, seperti pada tabel 2
dalam pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode
KUMON model konstruktivisme dapat dilihat pada tabel 4.3 (data keaktifan dalam
unjuk kerja siklus 1), sebagai berikut.
Tabel 4.3
Data Keaktifan dalam Unjuk Kerja Siklus 1
No
|
Aspek
|
Nilai
Rata-rata
|
Tingkat Keaktifan dalam Unjuk Kerja
|
1
|
Mengingat
|
7,56
|
Baik
|
2
|
Menggunakan
|
7,50
|
Baik
|
3
|
Mengembangkan
|
7,58
|
Baik
|
Rata-rata
|
7,55
|
Baik
|
Tabel
4.3 menunjukkan bahwa tingkat keaktifan siswa dalam unjuk kerja dari 32 orang
siswa dalam pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode
KUMON model konstruktivisme memiliki nilai rata-rata kelas 7,55 dengan kategori
baik.
Tabel 4.4
Data Keaktifan
Unjuk Kerja Siswa pada Siklus 1
Kategori
Keaktifan Unjuk Kerja Siswa
|
|||
Sangat
Baik
|
Baik
|
Cukup
|
Kurang
|
>8,00
|
7,50 _
7,99
|
7,00 _
7,49
|
6,00 _
6,99
|
5 siswa
|
19 siswa
|
8 siswa
|
-
|
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa tingkat
keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan
menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme, sebagai berikut: (1) 5
orang siswa dengan kategori sangat baik; (2) 19 orang siswa dengan kategori
baik; dan (3) 8 orang siswa dengan kategori cukup.
Berdasarkan hasil pengamatan
menunjukkan sebagian besar siswa dinyatakan sudah aktif dengan kategori baik,
sedangkan 8 orang siswa lainnya masih terkategori cukup.
Dari hasil pengamatan aktivitas guru
dalam mengelola pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan menggunakan
strategi pembelajaran konstruktiisme tipe elaborasi yang dilakukan dua orang
observer, seperti tertuang pada lampiran 7. Hasil rangkuman pengamatan yang
dikotomi dari daftar tabel 10 lembar observasi guru ditunjukkan pada tabel 4.5
(data hasil observasi aktivitas guru), seperti berikut ini.
Tabel 4.5
Data Keaktifan Guru pada Siklus 1
No
|
Aspek
|
Nilai
Observer I
|
Nilai
Observer II
|
Nilai
Rata-rata
|
Kategori
|
1
|
Strategi
pengajaran
|
8,40
|
8,60
|
8,50
|
Baik
|
2
|
Kefektifan
|
8,33
|
8,33
|
8,33
|
Baik
|
3
|
Kemampuan
|
8,50
|
8,62
|
8,56
|
Baik
|
No
|
Aspek
|
Nilai
Observer I
|
Nilai
Observer II
|
Nilai
Rata-rata
|
Nilai
Kategori
|
4
|
Fasilitas
media
|
8,00
|
8,00
|
8,00
|
Baik
|
Jumlah
|
33,23
|
33,55
|
33,39
|
|
|
Rata-rata
|
8,20
|
8,38
|
8,34
|
|
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa keaktifan guru
dalam proses pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode
KUMON model konstruktivisme siklus 1, komposisinya sebagai berikut: (1)
strategi pengajaran terkategori baik; (2) keefektifan terkategori baik; (3)
kemampuan terkategori baik; dan (4) fasilitas media terkategori baik.
4. Evaluasi dan Refleksi (Reflecting)
Keberhasilan dan kelemahan hasil
belajar siswa pada siklus 1, dari 32 orang siswa semuanya memahami materi ajar perkalian.
Adapun rangkuman jawaban yang dikotomi dari daftar nilai hasil belajar siswa
siswa siklus 1, seperti pada tabel 3, dapat pada tabel 4.6 (data keberhasilan
dalam pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode
KUMON model konstruktivisme siklus 1), dan tabel 4.7 (data keberhasilan siswa
memahami materi ajar siklus 1), seperti berikut.
Tabel 4.6
Data
Keberhasilan dalam Pembelajaran Memahami
Materi Ajar Siklus 1
No
|
Aspek
|
Nilai Rata-rata
|
Tingkat Keberhasilan dalam
Pembelajaran
|
1
|
Kecermatan
|
8,53
|
Sangat Tinggi
|
2
|
Kecepatan
|
7,62
|
Tinggi
|
3
|
Kesesuaian
|
7,59
|
Tinggi
|
4
|
Kuantitas
|
7,84
|
Tinggi
|
5
|
Kualitas
|
7,81
|
Tinggi
|
Rata-rata
|
7,87
|
Tinggi
|
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa keberhasilan
ketuntasan belajar dari 32 orang siswa dalam memahami materi ajar perkalian dengan
menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme memiliki nilai rata-rata kelas 7,87 dengan
kategori tinggi.
Tabel 4.7
Data
Keberhasilan Siswa
dalam Memahami
Materi Ajar pada Siklus 1
Kategori
Keberhasilan Siswa dalam Memahami Materi Ajar pada Siklus 1
|
|||
Sangat
Tinggi
|
Tinggi
|
Sedang
|
Kurang
|
>8,00
|
7,50 _ 7,99
|
7,00 _ 7,49
|
6,00 _
6,99
|
Tuntas
|
Tuntas
|
Tuntas
|
Belum Tuntas
|
5 siswa
|
19 siswa
|
8 siswa
|
-
|
Tabel 4.7 menunjukkan bahwa
keberhasilan/ketuntasan belajar dari 32 siswa, tentang pokok bahasan perkalian
dengan menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme, sebagai berikut:
(1) 7 orang siswa dengan kategori sangat tinggi (tuntas); (2) 19 orang siswa
dengan kategori tinggi (tuntas); dan (3) 6 orang siswa dengan kategori sedang
(tuntas).
Dari 32 orang siswa, keberhasilan
belajarnya dinyatakan tuntas semua, tetapi masih ada 6 orang siswa yang tingkat
keberhasilannya termasuk kategori sedang.
Dari 32 orang siswa semuanya mengikuti
kegiatan pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode
KUMON model konstruktivisme. Adapun rangkuman jawaban yang dikotomi dari daftar
nilai hasil unjuk kerja siswa pada siklus 1, seperti pada tabel 3 dapat dilihat
pada tabel 4.8 (data keberhasilan dalam unjuk kerja siklus 1) dan tabel 4.9
(data keberhasilan unjuk kerja siswa siklus 1), sebagai berikut.
Tabel 4.8
Data
Keberhasilan
dalam
Pembelajaran Berdasarkan Unjuk Kerja Siswa Siklus 1
No
|
Aspek
|
Nilai Rata-rata
|
Tingkat Keberhasilan dalam Unjuk Kerja
|
1
|
Kemampuan
efektif
|
7,48
|
Sedang
|
2
|
Kemampuan
kognitif
|
7,55
|
Tinggi
|
3
|
Kemampuan
psikomotorik
|
7,62
|
Tinggi
|
Rata-rata
|
7,55
|
Tinggi
|
Tabel D.1 menunjukkan bahwa
keberhasilan/ketuntasan belajar dari 32 orang siswa, dalam unjuk kerja tentang pokok
bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme
memiliki nilai rata-rata 7,55 dengan kategori tinggi.
Tabel 4.9
Data Keberhasilan Unjuk Kerja Siswa pada Siklus 1
Kategori
Keberhasilan Siswa Memahami Materi Ajar
|
|||
Sangat
Tinggi
|
Tinggi
|
Sedang
|
Kurang
|
>8,00
|
7,50 _
7,99
|
7,00 _
7,49
|
6,00 _
6,99
|
Tuntas
|
Tuntas
|
Tuntas
|
Belum Tuntas
|
10 siswa
|
14 siswa
|
8 siswa
|
|
Tabel 4.9 menunjukkan bahwa
keberhasilan/ketuntasan belajar dari 32 orang siswa dalam unjuk kerja pada
materi ajar pokok bahasan perkalian, komposisinya sebagai berikut: (1) 10 orang
siswa dengan kategori sangat tinggi (tuntas); (2) 14 orang siswa dengan
kategori tinggi (tuntas); dan (3) 8
siswa dengan kategori sedang (tuntas).
Hasil proses pembelajaran pokok
bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme,
hasil unjuk kerja dan keaktifan siswa dapat dilihat pada grafik 1, berikut ini.
Grafik 1
Keberhasilan dan
Kelemahan Siklus 1
Baik keberhasilan dan kelemahan pembelajaran
pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON model
konstruktivisme dapat dilihat pada grafik 1 di atas. Jelasnya
mengenai hal itu, sebagai berikut.
1)
7
orang siswa dengan kategori sangat tinggi, dan 19 0rang siswa dengan kategori
tinggi berhasil memahami materi ajar.
2)
11
orang siswa dengan kategori sangat baik, dan 12 orang siswa dengan kategori
baik, aktif mengikuti pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi
metode KUMON model konstruktivisme.
3)
6
orang siswa dengan kategori sedang, disebabkan kurang mampu memahami materi
ajar, yaitu dari aspek: kecermatan, kecepatan, kesesuaian, kuantitas, dan
kualitas.
4)
9
orang siswa dengan kategori cukup, disebabkan kurang aktif mengikuti
pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON
model konstruktivisme, yaitu dari aspek: solusi, konsultasi, disiplin, dan
ketekunan.
5)
10
siswa, dengan kategori sangat tinggi dan 14 orang siswa dengan kategori tinggi,
berhasil memahami materi ajar.
6)
5
siswa dengan kategori sangat baik, dan 19 orang siswa dengan kategori baik dan
aktif mengikuti unjuk kerja pokok bahasan perkalian.
7)
8
orang siswa dengan kategori sedang disebabkan kurang mampu memahami materi
ajar, yaitu dari aspek: kemampuan apektif, kemampuan kognitif, dan kemampuan
psikomotorik.
8)
8
orang siswa dengan kategori cukup disebabkan kurang aktif mengikuti unjuk kerja
pokok bahasan perkalian.
Evaluasi kekurangan dan solusi pelaksanaan tindakan siklus 1, yang
didapat dari hasil diskusi antara guru dan observer, pada proses pembelajaran pokok
bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme,
adalah sebagai berikut: (1) mutu tindakan masih kurang sempurna menurut
pendapat peneliti walaupun oleh observer dikategorikan baik; (2) kecukupan
waktu masih mengalami kendala sebab kondisi siswa usai libur panjang. Artinya,
konsentrasi belajar siswa masih kurang; (3) ketentuan belajar siswa semuanya
tuntas namun masih ada siswa yang nilainya dengan kategori sedang; dan (4) kelemahan atau kekurangan dalam tindakan
siklus 1 tersebut diperbaiki pada tindakan siklus 2 dan diharapkan hasilnya
lebih meningkat.
b. Deskripsi Siklus 2
Penelitian
tindakan kelas siklus 2 menempuh empat tahapan berikut: (1) perencanaan
tindakan (planning); (2) pelaksanaan
tindakan (acting); (3) pengamatan (observing); dan (4) refleksi (reflecting). Data masing-masing tahapan
tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut.
1. Perencanaan Tindakan (Planning)
Perencanaan
tindakan siklus 2 dikembangkan berdasarkan hasil refleksi siklus 1. Pada tahap
ini tim peneliti melakukan upaya sebagai berikut.
1)
Tim
peneliti menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran pokok bahasan perkalian
berdasarkan langkah-langkah variasi metode KUMON model konstruktivisme. Setiap
komponen yang direncanakan dituangkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran
tertulis untuk dijadikan sebagai pedoman bagi guru dan siswa pada saat
pelaksanaan tindakan siklus 2 berlangsung. Beberapa komponen yang dirumuskan
itu, antara lain: (1) standar kompetensi; (2) kompetensi dasar; (3) indikator
hasil belajar; (4) tujuan pembelajaran; (5) materi pokok; (6) kegiatan belajar
mengajar; (7) alat dan sumber belajar; dan (8) penilaian.
2) Membuat instrumen, antara lain: (1) Lembar Kerja
Siswa; (2) Lembar Observasi; dan (3) Lembar Tes Siklus 2.
2. Pelaksanaan Tindakan (Acting)
Pada
tahap pelaksanaan tindakan (acting)
siklus 2, guru dan siswa melaksanakan kegiatan belajar mengajar pokok bahasan
perkalian berdasarkan langkah-langkah variasi metode KUMON model
konstruktivisme, sesuai dengan rencana tindakan siklus 2, sebagai hasil
refleksi siklus 1. Adapun
langkah-langkah pelaksanaannya sebagai berikut.
1)
Penyajian
epitome, guru menerangkan kerangka isi materi ajar dan menjelaskan
langkah-langkah belajar yang harus ditempuh oleh siswa dalam rangka mencapai
tujuan.
2)
Elaborasi
1, guru menjelaskan pokok bahasan perkalian.
3)
Sintesis
1, guru membimbing siswa memahami materi ajar, terutama siswa yang nilai hasil
belajarnya dengan kategori sedang.
4)
Pengumpulan
hasil unjuk kerja siswa oleh guru untuk selanjutnya dinilai sebagai data nilai
pemahaman siswa terhadap materi ajar.
5) Elaborasi 2, guru menjelaskan tentang hal-hal yang
kurang dan belum dipahami siswa.
6) Konsolidasi, guru menanyakan permasalahan/kesulitan
siswa dalam memahami materi ajar, terutama kepada siswa yang nilai hasil unjuk
kerjanya dinilai dengan kategori sedang pada siklus 1.
7) Pengumpulan hasil unjuk kerja siswa oleh guru untuk
dievaluasi sebagai data hasil pemahaman siswa terhadap materi ajar.
8) Seluruh data yang harus didapat oleh observer, yaitu
penilaian sikap, pengamatan aktivitas siswa dan guru, serta data yang didapat
oleh guru, yaitu nilai hasil belajar siswa dan unjuk kerja siswa. Selanjutnya,
diolah bersama untuk diketahui kekurangan dan kelebihannya sebagai acuan
perencanaan siklus 3.
3. Pengamatan (Observing)
Pengamatan atau observasi dilakukan untuk mendapatkan data aktivitas
guru dan siswa sebagai bahan acuan evaluasi proses pembelajaran. Tahap
pengamatan dilakukan dua kali. Setiap pengamatan dilakukan oleh dua orang
observer pada waktu proses pembelajaran, yaitu sebagai berikut.
1) Pada waktu penyajian epitome, elaborasi 1, sintesis 1,
observer I mengamati aktivitas guru, sedangkan observer II mengamati/menilai
sikap siswa dalam proses pembelajaran. Adapun hasil rangkuman jawaban yang dikotomi
dari daftar penilaian sikap siklus 2 seperti pada daftar tabel 1 dalam
pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON
model konstruktivisme dapat dilihat pada tabel 4.10 (data keaktifan dalam pembelajaran
siklus 2) dan tabel 4.11 (data keaktifan siswa siklus 2), seperti berikut ini.
Tabel 4.10
Data Keaktifan dalam Pembelajaran Siklus 2
No
|
Aspek
|
Nilai Rata-rata
|
Tingkat Keaktifan
dalam Pembelajaran
|
1
|
Disiplin
|
7,56
|
Baik
|
2
|
Ketekunan
|
7,78
|
Baik
|
3
|
Tanggung jawab
|
7,53
|
Baik
|
4
|
Konsultasi
|
7,69
|
Baik
|
5
|
Solusi
|
7,75
|
Baik
|
6
|
Kerja sama
|
7,65
|
Baik
|
7
|
Kemandirian
|
7,62
|
Baik
|
Rata-rata
|
7,65
|
Baik
|
Pada tabel 4.10, menunjukkan bahwa
tingkat keaktifan siswa dalam pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan
menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme, dari 32 siswa memiliki
nilai rata-rata kelas 7,65 dengan kategori baik.
Tabel 4.11
Data Keaktifan Siswa Memahami Materi Ajar Siklus 2
Kategori Keaktifan Menganalisis
Materi Ajar
|
|||
Sangat Baik
|
Baik
|
Cukup
|
Kurang
|
>8.00
|
7,50 _ 7,99
|
7,00 _ 7,49
|
6,00 _ 6,99
|
14 Siswa
|
11 Siswa
|
7 Siswa
|
-
|
Pada tabel 4.11 menunjukkan bahwa
tingkat keaktifan siswa belajar dari 32 siswa dalam memahami materi ajar
mengenai cara pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON
model konstruktivisme, sebagai berikut: (1) 14 orang siswa dengan ketegori
sangat baik; (2) 11 orang siswa dengan kategori baik; dan (3) 7 orang siswa
dengan kategori cukup. Dari 32 orang siswa, hasil penilaian keaktifan belajar
rata-rata sebagian besar siswa menunjukkan baik, tetapi 7 orang siswa lainnya
tingkat keaktifannya masih dalam kategori cukup.
Pada waktu penyajian elaborasi 2,
konsolidasi, sintesis 2, observer I mengamati aktivitas guru, sedangkan
observer II mengamati aktivitas siswa. Rangkuman hasil pengamatan dari daftar
observasi siswa siklus 2, seperti pada tabel 7 dalam pembelajaran pokok bahasan
perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme dapat
dilihat pada tabel 4.12 (data keaktifan dalam unjuk kerja siklus 2), sebagai
berikut.
Tabel 4.12
Data Keaktifan
dalam Unjuk Kerja Siklus 2
No
|
Aspek
|
Nilai
Rata-rata
|
Tingkat
Keaktifan dalam Unjuk Kerja
|
1
|
Mengingat
|
7,66
|
Baik
|
2
|
Menggunakan
|
7,57
|
Baik
|
3
|
Mengembangkan
|
7,61
|
Baik
|
Rata-rata
|
7,61
|
Baik
|
Tabel
4.12 menunjukkan bahwa tingkat keaktifan siswa dalam unjuk kerja dari 32 orang
siswa dalam pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode
KUMON model konstruktivisme memiliki nilai rata-rata kelas 7,61 dengan kategori
baik.
Tabel 4.13
Data Keaktifan Unjuk Kerja Siswa pada Siklus 2
Kategori Keaktifan Unjuk Kerja
Siswa
|
|||
Sangat Baik
|
Baik
|
Cukup
|
Kurang
|
>8,00
|
7,50 _ 7,99
|
7,00 _ 7,49
|
6,00 _ 6,99
|
9 siswa
|
16 siswa
|
7 siswa
|
-
|
Tabel 4.13 menunjukkan bahwa tingkat keaktifan
belajar siswa dalam pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi
metode KUMON model konstruktivisme, sebagai berikut: (1) 9 orang siswa dengan
kategori sangat baik; (2) 16 orang siswa dengan kategori baik; dan (3) 7 orang
siswa dengan kategori cukup. Berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan sebagian
besar siswa dinyatakan sudah aktif dengan kategori baik, sedangkan 8 orang
siswa lainnya masih terkategori cukup. Dari hasil pengamatan aktivitas guru
dalam mengelola pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi
metode KUMON model konstruktivisme yang dilakukan dua orang observer, seperti
tertuang pada lampiran 7. Hasil rangkuman pengamatan yang dikotomi dari daftar
tabel 10 lembar observasi guru ditunjukkan pada tabel 4.14 (data hasil
observasi aktivitas guru), seperti berikut ini.
Tabel
4.14
Data Keaktifan Guru pada Siklus 2
No
|
Aspek
|
Nilai
Observer I
|
Nilai
Observer II
|
Nilai
Rata-rata
|
Kategori
|
1
|
Strategi
pengajaran
|
8,50
|
8,40
|
8,45
|
Baik
|
2
|
Kefektifan
|
8,50
|
8,40
|
8,50
|
Baik
|
3
|
Kemampuan
|
8,62
|
8,38
|
8,50
|
Baik
|
No
|
Aspek
|
Nilai
Observer I
|
Nilai
Observer II
|
Nilai
Rata-rata
|
Kategori
|
4
|
Fasilitas
media
|
9,00
|
8,00
|
8,50
|
Baik
|
Jumlah
|
34,62
|
33,18
|
33,95
|
|
|
Rata-rata
|
8,65
|
8,30
|
8,48
|
|
Tabel 4.14 menunjukkan bahwa keaktifan guru
dalam proses pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode
KUMON model konstruktivisme siklus 2, komposisinya sebagai berikut: (1)
strategi pengajaran terkategori baik; (2) keefektifan terkategori baik; (3)
kemampuan terkategori baik; dan (4) fasilitas media terkategori baik.
4. Evaluasi dan Refleksi (Reflecting)
Keberhasilan dan kelemahan hasil
belajar siswa pada siklus 2, dari 32 orang siswa semuanya memahami materi ajar
tentang cara pokok bahasan perkalian. Adapun rangkuman jawaban yang dikotomi
dari daftar nilai hasil belajar siswa siswa siklus 2, seperti pada tabel 8,
dapat pada tabel 4.15 (data keberhasilan dalam pembelajaran pokok bahasan
perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme siklus
2), dan tabel 4.16 (data keberhasilan siswa memahami materi ajar siklus 2),
seperti berikut.
Tabel 4.15
Data Keberhasilan
dalam Pembelajaran Memahami Materi Ajar Siklus 2
No
|
Aspek
|
Nilai
Rata-rata
|
Tingkat Keberhasilan dalam
Pembelajaran
|
1
|
Kecermatan
|
7,65
|
Tinggi
|
2
|
Kecepatan
|
7,68
|
Tinggi
|
3
|
Kesesuaian
|
7,81
|
Tinggi
|
4
|
Kuantitas
|
7,71
|
Tinggi
|
5
|
Kualitas
|
7,84
|
Tinggi
|
Rata-rata
|
7,74
|
Tinggi
|
Tabel 4.15 menunjukkan bahwa keberhasilan
ketuntasan belajar dari 32 orang siswa dalam memahami materi ajar tentang pokok
bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme
memiliki nilai rata-rata kelas 7,74 dengan kategori tinggi.
Tabel 4.16
Data Keberhasilan Siswa dalam Memahami Materi
Ajar pada Siklus 2
Kategori Keberhasilan Siswa
dalam Memahami Materi Ajar pada Siklus 2
|
|||
Sangat Tinggi
|
Tinggi
|
Sedang
|
Kurang
|
>8,00
|
7,50 _ 7,99
|
7,00 _ 7,49
|
6,00 _ 6,99
|
Tuntas
|
Tuntas
|
Tuntas
|
Belum Tuntas
|
15 siswa
|
13 siswa
|
4 siswa
|
-
|
Tabel 4.16 menunjukkan bahwa
keberhasilan/ketuntasan belajar dari 32, tentang cara pokok bahasan perkalian
dengan menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme, sebagai berikut:
(1) 15 orang siswa dengan kategori sangat tinggi (tuntas); (2) 13 orang siswa
dengan kategori tinggi (tuntas); dan (3) 4 orang siswa dengan kategori sedang
(tuntas).
Dari 32 orang siswa, keberhasilan
belajarnya dinyatakan tuntas semua, tetapi masih ada 4 orang siswa yang tingkat
keberhasilannya termasuk kategori sedang.
Dari 32 orang siswa semuanya
mengikuti kegiatan pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi
metode KUMON model konstruktivisme. Adapun rangkuman jawaban yang dikotomi dari
daftar nilai hasil unjuk kerja siswa pada siklus 2, seperti pada tabel 8 dapat
dilihat pada tabel 4.17 (data keberhasilan dalam unjuk kerja siklus 2) dan
tabel 4.18 (data keberhasilan unjuk kerja siswa siklus 2), sebagai berikut.
Tabel 4.17
Data
Keberhasilan
dalam Pembelajaran Berdasarkan Unjuk Kerja
Siswa Siklus 2
No
|
Aspek
|
Nilai
Rata-rata
|
Tingkat Keberhasilan dalam Unjuk Kerja
|
1
|
Kemampuan
efektif
|
7,60
|
Tinggi
|
2
|
Kemampuan
kognitif
|
7,70
|
Tinggi
|
3
|
Kemampuan
psikomotorik
|
7,74
|
Tinggi
|
Rata-rata
|
7,68
|
Tinggi
|
Tabel 4.17 menunjukkan bahwa
keberhasilan/ketuntasan belajar dari 32 orang siswa, dalam unjuk kerja tentang pokok
bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme
memiliki nilai rata-rata 7,68 dengan kategori tinggi.
Tabel 4.18
Data Keberhasilan Unjuk Kerja Siswa pada Siklus 2
Kategori Keberhasilan Siswa
Memahami Materi Ajar
|
|||
SangatTinggi
|
Tinggi
|
Sedang
|
Kurang
|
>8,00
|
750 _ 7,99
|
7,00 _ 7,49
|
6,00 _ 6,99
|
Tuntas
|
Tuntas
|
Tuntas
|
Belum Tuntas
|
10 siswa
|
16 siswa
|
6 siswa
|
-
|
Tabel 4.18 menunjukkan bahwa
keberhasilan/ketuntasan belajar dari 32 orang siswa dalam unjuk kerja materi
ajar perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme,
komposisinya sebagai berikut: (1) 10 orang siswa dengan kategori sangat tinggi
(tuntas); (2) 16 orang siswa dengan kategori tinggi (tuntas); dan (3) 6 siswa dengan kategori sedang (tuntas).
Hasil proses pembelajaran pokok bahasan perkalian
dengan menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme, hasil unjuk
kerja dan keaktifan siswa dapat dilihat pada grafik 2, berikut ini.
Grafik 2
Keberhasilan dan
Kelemahan Siklus 2
Baik keberhasilan dan kelemahan
pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON
model konstruktivisme dapat dilihat pada grafik di atas. Jelasnya
mengenai hal itu, sebagai berikut.
1)
15
orang siswa, dengan kategori sangat tinggi, dan 13 0rang siswa dengan kategori
tinggi berhasil memahami materi ajar.
2)
14
orang siswa dengan kategori sangat baik, dan 11 orang siswa dengan kategori
baik, aktif mengikuti pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi
metode KUMON model konstruktivisme.
3)
4
orang siswa dengan kategori sedang, disebabkan kurang mampu memahami materi
ajar, yaitu dari aspek: kecermatan, kecepatan, kesesuaian, kuantitas, dan
kualitas.
4)
7
orang siswa dengan kategori cukup, disebabkan kurang aktif mengikuti
pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON
model konstruktivisme, yaitu dari aspek: solusi, konsultasi, disiplin, dan
ketekunan.
5)
10
siswa, dengan kategori sangat tinggi dan 16 orang siswa dengan kategori tinggi,
berhasil memahami materi ajar.
6)
9
siswa dengan kategori sangat baik, dan 16 orang siswa dengan kategori baik dan
aktif mengikuti unjuk kerja pokok bahasan perkalian.
7)
6
orang siswa dengan kategori sedang disebabkan kurang mampu memahami materi
ajar, yaitu dari aspek: kemampuan afektif, kemampuan koggnitif, dan kemampuan
psikomotorik.
8)
7
orang siswa dengan kategori cukup disebabkan kurang aktif mengikuti unjuk kerja
pokok bahasan perkalian.
Evaluasi kekurangan dan solusi pelaksanaan tindakan siklus 2, yang
didapat dari hasil diskusi antara guru dan observer, pada proses pembelajaran pokok
bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme,
adalah sebagai berikut.
1)
Menurut
pendapat peneliti, mutu tindakan masih agak sempurna walaupun oleh observer
dikategorikan baik.
2)
Ketersedian
waktu tidak mengalami kendala, sebab konsolidasi dan arahan dalam pembelajaran
perlu dilakukan secara optimal.
3)
Ketuntasan
belajar siswa semuanya tuntas namun masih ada siswa yang nilainya dengan
kategori sedang menurun jumlahnya.
4)
Kelemahan
atau kekurangan dalam tindakan siklus 2 diperbaiki pada tindakan siklus 3 dan diharapkan hasilnya lebih meningkat
lagi.
c. Deskripsi Siklus 3
Penelitian
tindakan kelas siklus 3 menempuh empat tahapan berikut: (1) perencanaan tindakan
(planning); (2) pelaksanaan tindakan
(acting); (3) pengamatan (observing); dan (4) refleksi (reflecting). Data masing-masing tahapan
tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut.
1. Perencanaan Tindakan (Planning)
Pada
tahap perencanaan tindakan siklus 3, tim peneliti menempuh serangkaian kegiatan
yang diupayakan agar berkontribusi pada kelancaran pelaksanaan tindakan siklus
3. Setiap kegiatan yang direncanakan tidak lepas dari masalah yang ingin
diselesaikan dan solusi untuk mengatasinya. Adapun kegiatan dimaksud, sebagai
berikut.
1)
Tim
peneliti menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran pokok bahasan perkalian
berdasarkan langkah-langkah variasi metode KUMON model konstruktivisme. Setiap
komponen yang direncanakan dituangkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran
tertulis untuk dijadikan sebagai pedoman bagi guru dan siswa pada saat
pelaksanaan tindakan siklus 3 berlangsung. Beberapa komponen yang dirumuskan
itu, antara lain: (1) standar kompetensi; (2) kompetensi dasar; (3) indikator
hasil belajar; (4) tujuan pembelajaran; (5) materi pokok; (6) kegiatan belajar
mengajar; (7) alat dan sumber belajar; dan (8) penilaian.
2) Membuat instrumen, antara lain: (1) Lembar Kerja
Siswa; (2) Lembar Observasi; dan (3) Lembar Tes Siklus 3.
2. Pelaksanaan
Tindakan (Acting)
Pada
tahap pelaksanaan tindakan (acting)
siklus 3, guru dan siswa melaksanakan kegiatan belajar mengajar pokok bahasan
perkalian berdasarkan langkah-langkah variasi metode KUMON model
konstruktivisme, sesuai dengan rencana tindakan siklus 3, sebagai hasil
refleksi siklus 2. Adapun
langkah-langkah pelaksanaannya sebagai berikut.
1)
Penyajian
epitome, guru menerangkan kerangka isi materi ajar dan menjelaskan
langkah-langkah belajar yang harus ditempuh oleh siswa dalam rangka mencapai
tujuan.
2)
Elaborasi
1, guru menjelaskan pokok bahasan perkalian.
3)
Sintesis
1, guru membimbing siswa memahami materi ajar, terutama siswa yang nilai hasil
belajarnya dengan kategori sedang.
4)
Pengumpulan
hasil unjuk kerja siswa oleh guru untuk selanjutnya dinilai sebagai data nilai
pemahaman siswa terhadap materi ajar.
5)
Elaborasi
2, guru menjelaskan tentang materi ajar perkalian.
6)
Konsolidasi,
guru menanyakan permasalahan/kesulitan siswa dalam memahami materi ajar,
terutama kepada siswa yang nilai hasil unjuk kerjanya dinilai dengan kategori
sedang pada siklus 3.
7)
Pengumpulan
hasil unjuk kerja siswa oleh guru untuk dievaluasi sebagai data hasil pemahaman
siswa terhadap materi ajar.
8)
Seluruh
data yang harus didapat oleh observer, yaitu penilaian sikap, pengamatan
aktivitas siswa dan guru, serta data yang didapat oleh guru, yaitu nilai hasil
belajar siswa dan unjuk kerja siswa. Selanjutnya, diolah bersama untuk
diketahui kekurangan dan kelebihannya sebagai acuan perencanaan siklus
berikutnya.
3. Pengamatan (Observing)
Pengamatan atau observasi dilakukan untuk
mendapatkan data aktivitas guru dan siswa sebagai bahan acuan evaluasi proses
pembelajaran. Tahap pengamatan dilakukan dua kali. Setiap pengamatan dilakukan
oleh dua orang observer pada waktu proses pembelajaran, yaitu sebagai
berikut.
1) Pada waktu
penyajian epitome, elaborasi 1, sintesis 1, observer I mengamati aktivitas
guru, sedangkan observer II mengamati/menilai sikap siswa dalam proses
pembelajaran. Adapun hasil rangkuman jawaban yang dikotomi dari daftar penilaian
sikap siklus 3 seperti pada daftar tabel 11 dalam pembelajaran pokok bahasan
perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme, dapat
dilihat pada tabel 19 (data keaktifan dalam pembelajaran siklus 3) dan tabel
4.20 (data keaktifan siswa siklus 3), seperti berikut ini.
Tabel 4.19
Data Keaktifan dalam Pembelajaran Siklus 3
No
|
Aspek
|
Nilai
Rata-rata
|
Tingkat
Keaktifan
dalam
Pembelajaran
|
1
|
Disiplin
|
8,39
|
Sangat Baik
|
2
|
Ketekunan
|
8,37
|
Sangat Baik
|
3
|
Tanggung
jawab
|
8,37
|
Sangat Baik
|
4
|
Konsultasi
|
8,22
|
Sangat Baik
|
5
|
Solusi
|
8,28
|
Sangat Baik
|
6
|
Kerja
sama
|
8,56
|
Sangat Baik
|
7
|
Kemandirian
|
7,59
|
Baik
|
Rata-rata
|
8,04
|
Sangat
Baik
|
Pada tabel 4.19, menunjukkan bahwa
tingkat keaktifan siswa dalam pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan
menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme, dari 32 siswa memiliki
nilai rata-rata 8,04 dengan kategori sangat baik.
Tabel 4.20
Data Keaktifan Siswa Memahami Materi Ajar Siklus 3
Kategori Keaktifan Menganalisis
Materi Ajar
|
|||
Sangat
Baik
|
Baik
|
Cukup
|
Kurang
|
>8.00
|
7,50
_ 7,99
|
7,00 _ 7,49
|
6,00 _ 6,99
|
23 Siswa
|
4 Siswa
|
5 Siswa
|
-
|
Pada tabel 4.20 menunjukkan bahwa tingkat
keaktifan siswa belajar dari 32 siswa dalam memahami materi ajar perkalian
dengan menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme, sebagai berikut:
(1) 23 orang siswa dengan ketegori sangat baik; (2) 4 orang siswa dengan
kategori baik; dan (3) 5 orang siswa dengan kategori cukup. Dari 32 orang
siswa, hasil penilaian keaktifan belajar rata-rata sebagian besar siswa
menunjukkan baik, tetapi 5 orang siswa lainnya tingkat keaktifannya masih dalam
kategori cukup.
2)
Pada
waktu penyajian elaborasi 2, konsolidasi, sintesis 2, observer I mengamati
aktivitas guru, sedangkan observer II mengamati aktivitas siswa. Rangkuman
hasil pengamatan dari daftar observasi siswa siklus 3, seperti pada tabel 2
dalam pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode
KUMON model konstruktivisme dapat dilihat pada tabel 4.21 (data keaktifan dalam
unjuk kerja siklus 3), sebagai berikut.
Tabel 4.21
Data Keaktifan dalam Unjuk Kerja Siklus 3
No
|
Aspek
|
Nilai
Rata-rata
|
Tingkat Keaktifan dalam Unjuk Kerja
|
1
|
Mengingat
|
7,81
|
Baik
|
2
|
Menggunakan
|
7,77
|
Baik
|
3
|
Mengembangkan
|
7,88
|
Baik
|
Rata-rata
|
7,82
|
Baik
|
Tabel 4.21 menunjukkan bahwa tingkat
keaktifan siswa dalam unjuk kerja dari 32 orang siswa dalam pembelajaran pokok
bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme
memiliki nilai rata-rata kelas 7,82 dengan kategori baik.
Tabel 4.22
Data Keaktifan Unjuk Kerja Siswa pada Siklus 3
Kategori Keaktifan Unjuk Kerja
Siswa
|
|||
Sangat
Baik
|
Baik
|
Cukup
|
Kurang
|
>8,00
|
7,50 _ 7,99
|
7,00 _ 7,49
|
6,00 _ 6,99
|
12 siswa
|
16 siswa
|
4 siswa
|
-
|
Tabel 4.22 menunjukkan bahwa tingkat keaktifan
belajar siswa dalam pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi
metode KUMON model konstruktivisme, sebagai berikut: (1) 12 orang siswa dengan
kategori sangat baik; (2) 16 orang siswa dengan kategori baik; dan (3) 4 orang
siswa dengan kategori cukup.
Berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan
sebagian besar siswa dinyatakan sudah aktif dengan kategori baik, sedangkan 4
orang siswa lainnya masih terkategori cukup.
Dari hasil pengamatan aktivitas guru dalam
mengelola pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode
KUMON model konstruktivisme yang dilakukan dua orang observer, seperti tertuang
pada lampiran 7. Hasil rangkuman pengamatan yang dikotomi dari daftar tabel 10
lembar observasi guru ditunjukkan pada tabel 4.23 (data hasil observasi
aktivitas guru), seperti berikut ini.
Tabel 4.23
Data Keaktifan Guru pada Siklus 3
No
|
Aspek
|
Nilai
Observer I
|
Nilai
Observer II
|
Nilai
Rata-rata
|
Kategori
|
1
|
Strategi
pengajaran
|
8,50
|
8,40
|
8,45
|
Baik
|
2
|
Kefektifan
|
8,40
|
8,60
|
8,05
|
Baik
|
3
|
Kemampuan
|
8,60
|
8,40
|
8,05
|
Baik
|
No
|
Aspek
|
Nilai
Observer I
|
Nilai
Observer II
|
Nilai
Rata-rata
|
Kategori
|
4
|
Fasilitas
media
|
8,80
|
8,00
|
8,04
|
Baik
|
Jumlah
|
34,30
|
33,40
|
33,85
|
|
|
Rata-rata
|
8,76
|
8,46
|
8,61
|
|
Tabel 4.23 menunjukkan bahwa keaktifan
guru dalam proses pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi
metode KUMON model konstruktivisme siklus 3, komposisinya sebagai berikut: (1)
strategi pengajaran terkategori baik; (2) keefektifan terkategori baik; (3) kemampuan
terkategori baik; dan (4) fasilitas media terkategori baik.
4. Evaluasi dan Refleksi (Reflecting)
Keberhasilan dan kelemahan hasil belajar
siswa pada siklus 3, dari 32 orang siswa semuanya memahami materi ajar tentang
cara pokok bahasan perkalian. Adapun rangkuman jawaban yang dikotomi dari
daftar nilai hasil belajar siswa siswa siklus 3, seperti pada tabel 13, dapat
pada tabel 4.24 (data keberhasilan dalam pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan
menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme siklus 3), dan tabel
4.25 (data keberhasilan siswa memahami materi ajar siklus 3), seperti berikut.
Tabel 4.24
Data Keberhasilan dalam Pembelajaran Memahami Materi Ajar Siklus 3
No
|
Aspek
|
Nilai
Rata-rata
|
Tingkat
Keberhasilan dalam Pembelajaran
|
1
|
Kecermatan
|
8,56
|
Sangat Tinggi
|
2
|
Kecepatan
|
8,06
|
Sangat Tinggi
|
3
|
Kesesuaian
|
7,53
|
Tinggi
|
4
|
Kuantitas
|
8,09
|
Sangat Tinggi
|
5
|
Kualitas
|
7,50
|
Tinggi
|
Rata-rata
|
7,95
|
Tinggi
|
Tabel
4.24 menunjukkan bahwa keberhasilan ketuntasan belajar dari 32 orang siswa
dalam memahami materi ajar perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON
model konstruktivisme memiliki nilai rata-rata kelas 7,95 dengan kategori tinggi.
Tabel 4.25
Data Keberhasilan Siswa dalam Memahami Materi
Ajar pada Siklus 3
Kategori
Keberhasilan Siswa dalam Memahami Materi Ajar pada
Siklus 3
|
|||
Sangat Tinggi
|
Tinggi
|
Sedang
|
Kurang
|
>8,00
|
7,50 _
7,99
|
7,00 _
7,49
|
6,00 _
6,99
|
Tuntas
|
Tuntas
|
Tuntas
|
Belum
Tuntas
|
21 siswa
|
9 siswa
|
2 siswa
|
-
|
Tabel 4.25 menunjukkan bahwa
keberhasilan/ketuntasan belajar dari 32, tentang cara pokok bahasan perkalian
dengan menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme, sebagai berikut:
(1) 21 orang siswa dengan kategori sangat tinggi (tuntas); (2) 9 orang siswa
dengan kategori tinggi (tuntas); dan (3) 2 orang siswa dengan kategori sedang
(tuntas).
Dari 32 orang siswa, keberhasilan
belajarnya dinyatakan tuntas semua, tetapi masih ada 2 orang siswa yang tingkat
keberhasilannya termasuk kategori sedang.
Dari 32 orang siswa semuanya
mengikuti kegiatan pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi
metode KUMON model konstruktivisme. Adapun rangkuman jawaban yang dikotomi dari
daftar nilai hasil unjuk kerja siswa pada siklus 3, seperti pada tabel 14 dapat
dilihat pada tabel 4.26 (data keberhasilan dalam unjuk kerja siklus 3) dan tabel
4.27 (data keberhasilan unjuk kerja siswa siklus 3), sebagai berikut.
Tabel 4.26
Data Keberhasilan
dalam Pembelajaran Berdasarkan Unjuk Kerja Siswa
Siklus 3
No
|
Aspek
|
Nilai
Rata-rata
|
Tingkat Keberhasilan dalam Unjuk Kerja
|
1
|
Kemampuan
efektif
|
7,66
|
Sedang
|
2
|
Kemampuan
kognitif
|
7,84
|
Tinggi
|
3
|
Kemampuan
psikomotorik
|
7,83
|
Tinggi
|
Rata-rata
|
7,79
|
Tinggi
|
Tabel 4.26 menunjukkan bahwa
keberhasilan/ketuntasan belajar dari 32 orang siswa, dalam unjuk kerja tentang
cara pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON model
konstruktivisme memiliki nilai rata-rata 7,79 dengan kategori tinggi.
Tabel 4.27
Data Keberhasilan Unjuk Kerja Siswa pada Siklus 3
Kategori Keberhasilan Siswa
Memahami Materi Ajar
|
|||
Sangat Tinggi
|
Tinggi
|
Sedang
|
Kurang
|
>8,00
|
7,50 _ 7,99
|
7,00 _ 7,49
|
6,00 _ 6,99
|
Tuntas
|
Tuntas
|
Tuntas
|
Belum Tuntas
|
11 siswa
|
18 siswa
|
3 siswa
|
|
Tabel 4.27 menunjukkan bahwa
keberhasilan/ketuntasan belajar dari 32 orang siswa dalam unjuk kerja pokok
bahasan perkalian, dengan menggunakan variasi metode KUMON model
konstruktivisme komposisinya sebagai berikut: (1) 11 orang siswa dengan
kategori sangat tinggi (tuntas); (2) 18 orang siswa dengan kategori tinggi
(tuntas); dan (3) 3 siswa dengan
kategori sedang (tuntas).
Hasil proses pembelajaran pokok bahasan
perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme, hasil
unjuk kerja dan keaktifan siswa dapat dilihat pada grafik berikut ini.
Grafik 3
Keberhasilan dan
Kelemahan Siklus 3
Baik keberhasilan dan kelemahan
pembelajaran pokok bahasan perkalian dapat dilihat pada grafik 3 di atas.
Jelasnya mengenai hal itu, sebagai berikut.
1)
21
orang siswa, dengan kategori sangat tinggi, dan 9 0rang siswa dengan kategori
tinggi berhasil memahami materi ajar.
2)
23
orang siswa dengan kategori sangat baik, dan 4 orang siswa dengan kategori
baik, aktif mengikuti pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi
metode KUMON model konstruktivisme.
3)
2
orang siswa dengan kategori sedang, disebabkan kurang mampu memahami materi
ajar, yaitu dari aspek: kecermatan, kecepatan, kesesuaian, kuantitas, dan
kualitas.
4)
5
orang siswa dengan kategori cukup, disebabkan kurang aktif mengikuti
pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON
model konstruktivisme, yaitu dari aspek: solusi, konsultasi, disiplin, dan
ketekunan.
5)
11
siswa, dengan kategori sangat tinggi dan 18 orang siswa dengan kategori tinggi,
berhasil memahami materi ajar.
6)
12
siswa dengan kategori sangat baik, dan 16 orang siswa dengan kategori baik dan
aktif mengikuti unjuk kerja pada materi ajar pokok bahasan perkalian.
7)
3
orang siswa dengan kategori sedang disebabkan kurang mampu memahami materi
ajar, yaitu dari aspek: kemampuan afektif, kemampuan kognitif, dan kemampuan
psikomotorik.
8)
4
orang siswa dengan kategori cukup disebabkan kurang aktif mengikuti unjuk kerja
pokok bahasan perkalian.
Evaluasi kekurangan dan solusi pelaksanaan tindakan siklus 3, yang
didapat dari hasil diskusi antara guru dan observer, pada proses pembelajaran pokok
bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme,
adalah sebagai berikut.
1)
Menurut
pendapat peneliti maupun observer, mutu tindakan dikategorikan baik, akan
tetapi bagi yang melanjutkan penelitian ini tingkatkan lagi.
2)
Ketersediaan
waktu tidak mengalami kendala, sebab kondisi pembelajaran diatur secara
bertahap, sehingga pembelajaran mengikuti jatah waktu yang sudah ditentukan
pada tahap pembelajaran (lampiran 2) secara optimal.
3)
Ketuntasan
belajar siswa semuanya tuntas, namun masih ada siswa yang nilainya dengan
kategori sedang.
4)
Kelemahan
atau kekurangan dalam tindakan siklus 3 tersebut diperbaiki pada tindakan
pembelajaran berikutnya dan diharapkan hasilnya lebih meningkat.
d. Peningkatan
Hasil perubahan dalam peningkatan
pemahaman, aktivitas, dan pengembangan pembelajaran adalah sebagai berikut.
Grafik 4
Peningkatan
Pemahaman Siswa
Hasil perubahan peningkatan pemahaman
siswa dapat dilihat pada grafik 4, yang dapat dijelaskan sebagai berikut.
1)
Nilai
rata-rata keberhasilan dalam pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan
menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme dari siklus 1, siklus 2,
dan siklus 3 menunjukkan peningkatan, yaitu peningkatan pemahaman siswa yang
disebabkan oleh mutu tindakan.
2)
Nilai
keaktifan dalam unjuk kerja dari siklus 1, siklus 2, dan siklus 3 menunjukkan
peningkatan, yaitu peningkatan pemahaman siswa yang mencerminkan ketersediaan
waktu belajar tercapai, serta ketuntasan belajar.
Grafik 5
Hasil Peningkatan Aktivitas Siswa
Hasil
perubahan meningkatkan aktivitas unjuk kerja, dapat dilihat pada grafik 5, yang
menunjukkan sebagai berikut.
1)
Nilai
rata-rata keberhasilan dalam pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan
menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme dari siklus 1, siklus 2,
dan siklus 3 menunjukkan peningkatan, yaitu peningkatan pemahaman siswa yang
disebabkan oleh mutu tindakan.
2)
Nilai
keaktifan dalam unjuk kerja dari siklus 1, siklus 2, dan siklus 3 menunjukkan
peningkatan, yaitu peningkatan pemahaman siswa yang mencerminkan ketersediaan
waktu belajar tercapai, serta ketuntasan belajar.
Grafik 6
Hasil Perubahan Pengembangan Pembelajaran
Hasil
perubahan pengembangan pembelajaran dapat dilihat pada grafik 6, yang
menunjukkan sebagai berikut.
1)
Nilai
pengamatan kemampuan dan fasilitas dari siklus 1, siklus 2, dan siklus 3,
menyatakan rata-rata dengan kategori baik, berarti ada perubahan pengembangan
pembelajaran.
2)
Nilai
dari hasil pengamatan fasilitas pembelajaran dari siklus 1, siklus 2, dan
siklus 3 rata-rata dengan kategori sangat tinggi, berarti adanya daya tarik
dalam pembelajaran.
3)
Nilai
pengamatan strategi pengajaran dan keefektifan rata-rata dengan kategori sangat
tinggi, berarti adanya perencanaan strategi pengajaran yang baik dapat
berakibat pada efisiensi waktu/ketersediaan waktu.
4)
Hasil
belajar tuntas, seiring meningkatnya pemahaman siswa terhadap materi ajar.
- Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan terhadap penggunaan variasi metode KUMON model konstruktivisme dalam
pembelajaran perkalian, dapat diambil simpulan sebagai berikut.
1.
Perencanaan
pembelajaran mata pelajaran matematika pada pokok bahasan perkalian berdasarkan
variasi metode KUMON model konstruktivisme yang diupayakan untuk meningkatkan
hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri 4
Kertaharja, baik pada siklus 1, siklus 2, maupun siklus 3 terdiri atas komponen
berikut: (1) standar kompetensi, (2) kompetensi dasar, (3) indikator hasil
belajar, (4) tujuan pembelajaran, (5) materi pokok, (6) kegiatan belajar
mengajar, (7) alat dan sumber belajar, dan (8) penilaian.
2.
Pelaksanaan
pembelajaran mata pelajaran matematika pokok bahasan perkalian berdasarkan
variasi metode KUMON model konstruktivisme untuk meningkatkan hasil belajar
siswa kelas VI SD Negeri 4 Kertaharja,
baik pada siklus 1, siklus 2, maupun siklus 3 menempuh langkah-langkah berikut:
(1) guru menjelaskan kerangka isi materi ajar dan langkah-langkah belajar yang
harus ditempuh oleh siswa dalam rangka mencapai tujuan, (2) guru menjelaskan
materi ajar perkalian sesuai dengan kerangka isi materi pokok yang telah
direncanakan, (3) guru membimbing siswa saat memahami materi ajar, (4) guru
menilai hasil unjuk kerja siswa yang menunjukkan tarap pemahamannya terhadap
materi ajar, (5) guru memberikan tindak lanjut, (6) guru bertanya jawab dengan
siswa sehubungan dengan materi ajar yang telah dipelajari, dan (7) guru
memberikan bahan penugasan untuk diselesaikan di rumah secara individu dan
menutup kegiatan pembelajaran.
3.
Ada
peningkatan hasil belajar siswa kelas VI
SD Negeri 4 Kertaharja dalam mata pelajaran matematika pada pokok bahasan
perkalian setelah menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme.
- Daftar Pustaka
Amat, Mukadis. 2006. Pengorganisasian
Isi Pembelajaran Tipe Prosedural. Malang: Universitas Negeri Malang.
Arikunto, Suharsimi. 2005. Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Arief,
Aminudin. 1989. Dinamika Kegiatan dalam Strategi Belajar Mengajar. Malang: LSW.
Dengeng,
I Nyoman Sudana. 2000. Peran Teknologi Pembelajaran di Era
Kesemrawutan Global, Makalah Seminar Nasional Teknologi Pendidikan.
Jakarta: Forum Komunikasi Mahasiswa Pascasarjana Teknologi Pendidikan UNJ.
……………………………….,1989.
Ilmu
Pembelajaran Taksonomi Variabel. Jakarta:Depdikbud, Dirjen Dikti:
Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tinggi.
……………………………….,1988.
Pengorganisasian
Pengajaran Berdasarkan Teori Elaborasi dan Pengaruhnya terhadap Perolehan
Belajar Informasi Verbal dan Konsep. Disertasi untuk Memperoleh Gelar
Doktor di Bidang Teknologi Pengajaran. Malang:FPS IKIP Malang.
Dimyati,
M. 1989. Landasan Kependidikan. Jakarta:Dirjen Dikti Depdikbud RI.
Dimyati,
M. dan Mudjiono. 1994. Belajar dan Pembelajaran.
Jakarta:Rineka Cipta.
Gagne, R. M. 1986. The Condition of Learning.
New York: Holt, Rinehart and Winston.
Gagne,
R.M & Briggs, J.L. 1988. Principles of
Instuctional Technology Second Edition. New York:
Holt, Rinehart and Winston.
Herawati, Susilo. 2006. Pelaporan
Penelitian Tindakan Kelas. Malang: LSW.
Hermawan, Asep. 2007. Strategi
Belajar Mengajar Berorientasi Contextual Teaching and Learning. Ciamis:
Universitas Galuh Press.
Lemlit, U.M. 2006. Pedoman Penyusunan Proposal dan
Laporan Penelitian Tindakan Kelas. Malang: LPUNM.
Millis, Jamie D. 2005. Teaching
The Mixed Model Design. www. Findarticles.com/p/articles/ml.qa3673/2005ai-nl3633258.
Saifudin,
Anwar. 1998. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yagyakarta: Liberty.
Sa’dun,
Akbar. 2006.
Penyusunan
Proposal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Suhadi, Ibnu. 2006. Dinamika Pembelajaran
Berorientasi Konstruktivisme. Jakarta: Rineka Cipta.
Uno, B. Hamzah. 2007. Model
Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif.
Jakarta:Bumi Aksara.
Winkel,
WS. 1983. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia.